Pentingnya Memakai Sunscreen di Era Gempuran Panasnya Surabaya
Eduaksi | 2024-06-10 17:43:23Pada saai ini kota Surabaya dihadapkan dengan perubahan cuaca yang ekstrem. Per hariannya suhu yang dapat dicapai yaitu kira-kira diatas 35 derajat. Tingginya suhu tersebut dapat memicu permasalahan pada kulit. Gejala-gejala yang muncul pada kulit akibat tingginya suhu yaitu seperti kulit terasa kering dan kusam, kulit kemerahan, kulit terbakar, dan kulit mengalami hiperpegmentasi atau ketidakmerataan warna kulit akibat paparan sinar matahari, serta pori-pori membesar dan munculnya permasalahan jerawat. Gejala-gejal tersebut dapat diakibatkan karena sinar UV dapat memperlambat produksi kolagen dan elastivitas pada kulit menurun. Hal ini disebabkan oleh paparan radiasi sinar ultraviolet (UV) dari sinar matahari dapat memecah kolagen yang terdapat pada lapisan kulit paling dalam (dermis). Selain memicu penurunan dan kerusakan kolagen, paparan sinar UV yang berlebihan juga turut mengurangi kadar glutathione dan enzim antioksidan yang berperan dalam menangkal radikal bebas pada tubuh. Sejak tadi, sudah membicakan dampak-dampak yang terjadi pada kulit akibat paparan sinar matahari. Untuk mengurangi dampak tersebut, pastinya dibutuhkan barang yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahn kulit akibat paparan sinar matahari. Barang tersebut adalah sunscreen. Pastinya sudah tidak asing lagi dengan kata "Sunscreen". Sunscreen dapat disebut barang ajaib, karena barang tersebut dapat dibawa kemanapun dan yang paling penting adalah dapat melindungi kulit kita terhadap paparan sinar matahari. Selain itu, sunscreen memiliki banyak manfaat bagi kulit kita.
Untuk mengenal lebih jauh lagi tentang sunscreen. Apa sih sebenarnya sunscreen itu?. Sunscreen atau tabir surya merupakan produk perawatan kulit yang digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar UVA dan UVB yang dapat merusak kesehatan kulit. Produk ini disajikan dengan berbagai macam varian mulai dari gel, lotion, spray, maupun dalam bentuk stick. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi untuk tidak membawa sunscreen.
Tidak hanya mudah dibawa kemana saja, sunscreen memiliki segudang manfaat bagi kulit kita. Manfaat-manfaat tersebut ialah dapat memperlambat kerutan, karena pada saat terkena UVA kolagen menjadi rusak, sehingga kelastivitasannya menurun dan mengakibatkan munculnya kerutan. Selain itu bermanfaat untuk mencegah kebakaran kulit, menurunkan resiko kanker kulit, mencegah pembentukan noda gelap, menghambat penipisan pada kulit, menjaga kelembapan pada kulit, dan mengurangi gejala rosacea atau dimana kulit kita timbul kemerahan dan berkurat. Untuk menjaga kulit agar tetap sehat, diperlukan komponen-komponen lainnya untuk menunjang keefektivitasan produk tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah memakai moisturaizer, menggunakan produk yang mengandung niacinamide, memakan makanan yang tinggi vitamin C, serta terus mengaplikasikan sunscreen setiap 3 jam sekali.
Jika melihat produk sunscreen pasti terdapat tulisan SPF. Apa sih SPF itu?. SPF atau kepanjangan dari Sun Protection Factor merupakan ukuran efektivitas tabir surya dalam melindungi kulit dari paparan sinar UVA dan UVB. Semakin tinggi tingkat SPFnya semakin bagus produk tersebut dalam melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Namun, dalam akhir-akhir ini maraknya kasus pemalsuan SPF pada sunscreen atau sunscreen tersebut SPF-nya dilebihkan bahkan dikurangi dari SPF yang tertulis dalam produk. Hal tersebut dapat terjadi karena kelalaian pihak BPOM atau pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan sunscreen. Pada kasus tersebut, menyebabkan warga Indonesia semakin ragu atau takut untuk menggunakan sunscreen. Sebelum kasus tersebut muncul, kesadaran warga Indonesia untuk memakai sunscreen sangatlah rendah. Para orang tua atauu orang-orang yang tinggal di pedesaan berasumsi bahwa sunscreen hanya boleh digunakan untuk orang dewasa atau perempuan saja. Mereka juga berasumsi bahwa pria yang memakai sunscreen atau produk skincare lainnya dikatakan "Kemayu". Namun sunscreen dapat digunakan oleh siapa saja dan dapat digunakan dalam semua umur bahkan bayi sudah terdapat sunscreen khusus bayi sendiri. Menurut penelitian yang dilakukan pada RS. Dr. Soetomo, Surabaya, prevelansi pasien melasma atau bercak-bercak kecoklatan pada wajah di Surabaya mencapai 14,1% dengan pasien perempuan sebanyak 99,2%. Tingginya angka tersebut, dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yang paling banyak adalah paparan sinar matahari, dan diikuti oleh penggunaan kosmetik lainnya. Selain itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat 14,4% pria yang menggunakan sunscreen. Rendahnya angka tersebut dapat disebabkan karena stigma terhadap pria yang menggunakan produk skincare dikatakan pria kemayu. Oleh karena itu untuk meningkatkan angka pengguna sunscreen dan melemahkan stigma yang ada diperlukan edukasi atau sosialisasi kepada masyarakat Indonesia tentang manfaat menggunakan sunscreen dan mengajak masyarakat Indonesia agar selalu menggunakan sunscreen agar terhidar dari paparan sinar matahari. Selain itu, apabila membeli sunscreen perlu diperhatikan atau memeriksa terlebih dahulu apakah produk tersebut sudah teruji klinis dan telah terdaftar pada database BPOM. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan sunscreen, namun sebenarnya bahaya bagi kulit kita adalah seperti oxybenzone, paraben, homosalate, titanium oksida dan zink dioksida, serta oktisalate. Bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan efek alergi apabila dikonsumsi jangka panjang. Untuk mencegah efek tersebut, kita perlu memperhatikan bahan-bahan yang terkandung dalam pembuatan sunscreen dan memilih sunscreen yang sesuai kulit kita, serta memakai produk skincare lainnya untuk menunjang keefektivitasannya agar kulit menjadi sehat dan tidak lupa untuk memakan makanan yang mengandung vitamin C.
Disusun oleh:
Indri Izzatul Ilmi- Mahasiswa S-1 Kimia Universitas Airlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.