Hubungan Gaya Hidup Nongkrong dengan Obesitas pada Orang Dewasa
Gaya Hidup | 2024-06-10 06:46:07Status sosial yang menjadi trend saat ini adalah makan bersama, atau banyak dikenal dengan makan bareng, makan diluar, hingga istilah nongkrong. Aktivitas sosial nongkrong melibatkan hubungan manusia yang akan berpengaruh terhadap pola makan modern, dimana saat ini didukung dengan banyak nya tempat makan yang dibuat nyaman untuk berkumpul. Usia beranjak dewasa sudah mulai menjadikan nongkrong sebagai salah satu bentuk hubungan sosial, seperti acara ulang tahun, perayaan hari raya, hari jadi, perpisahan, buka bersama, halal bihalal dan acara sejenis lainnya.
Saat nongkrong, orang cenderung akan memesan makanan yang porsi besar karena dianggap sebanding dengan harga, tanpa melihat kualitas nutrisi makanan tersebut, dengan kata lain harga mahal maka porsi juga harus besar. Lebih lagi saat acara seperti mentraktir teman, dimana orang cenderung menyediakan makanan yang berlebih. Pola makan modern tersebut cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji, gula, dan lemak tinggi yang mempengaruhi kualitas diet yang akan meningkatkan resiko penambahan berat badan atau obesitas.
Artikel ini akan membahas pengaruh dari gaya hidup trend saat ini, nongkrong, terhadap resiko penyakit tidak menular yaitu obesitas yang akan mempengaruhi kualitas diet pada orang dewasa.
Orang dewasa cenderung memiliki cukup fleksibilitas seperti sudah bekerja, berpenghasilan sehingga ingin merasakan hasil pendapatan sendiri, lalu waktu transisi yang fleksibel seperti pulang bekerja, kuliah atau waktu libur yang sering dimanfaatkan untuk aktivitas sosial nongkrong bersama teman atau rekan kerja. Selain itu, nongkrong juga tidak terbatas pada orang yang sudah menikah, makan bersama keluarga, acara kantor dan arisan menjadi hal yang umum terjadi. Sehingga pola hidup nongkrong akan banyak mempengaruhi kualitas pola makan orang dewasa.
Dimensi sosial pangan menganalisis pola persiapan, penyajian, dan konsumsi makanan, serta kebiasaan makan sendiri atau bersama, pandangan agama mengenai pemilihan makanan, dan kebiasaan makan tertentu yang mungkin mengindikasikan individu tergabung dalam komunitas budaya tertentu (Rodhiah et al. 2023). Beberapa poin yang menjadi perhatian dalam hubungan pola makan dengan nongkrong adalah :
● Mayoritas generasi muda menyatakan bahwa mereka menyukai makan bersama saat nongkrong, dan penting untuk memiliki pengalaman makan bersama.
● Perempuan lebih setuju bahwa makan bersama (nongkrong) itu menyenangkan dan bahwa memiliki pengalaman makan bersama itu penting.
● Makan bersama dikaitkan dengan asupan lemak total yang lebih rendah pada wanita
● Makan diluar rumah dikaitkan secara signifikan dengan asupan minuman ringan, makanan cepat saji, lemak total, dan lemak jenuh yang lebih tinggi pada kedua jenis kelamin setelah mengontrol respons terhadap pola makan bersama dan karakteristik kepadatan penduduk
● Di masyarakat luas, nongkrong menjadi cara manusia bersosialisasi, baik dalam keluarga, bermasyarakat, pertemanan maupun di lingkungan kerja. Dalam acara nongkrong makan bersama selain sekedar bersantai, dapat juga menjadi acara serius seperti negosiasi atau sosialisasi.
Membeli makanan di restoran lebih mendorong untuk membeli ukuran porsi besar sehingga mendorong makan berlebihan karena orang makan lebih banyak dan mengonsumsi lebih banyak kalori ketika disajikan dalam porsi besar. Kualitas pola makan yang buruk pada orang dewasa dapat mengakibatkan "malnutrisi modern", yaitu tubuh hanya menerima salah satu nutrisi saja dalam jumlah berlebih namun tidak menerima nutrisi lain yang cukup untuk memenuhi kebutuhan (Rodhiah et al. 2023). Hal ini akan berpengaruh besar terhadap salah satu penyakit tidak menular yaitu obesitas.
Obesitas disebabkan oleh beberapa faktor termasuk adalah faktor genetik atau Keturunan, faktor junk food atau kualitas makanan yang tinggi gula, lemak, garam, dan minyak (Risky 2023). Obesitas merupakan salah satu efek dari konsumsi lemak berlebih karena kadar pada lemak lebih besar 2 kali kadar energi pada karbohidrat (Hanifah et al. 2021). Status sosial ekonomi mempengaruhi pola konsumsi, status ekonomi tinggi cenderung akan mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan lemak tinggi (Safitri et al. 2016). Sayang nya asupan makanan berlebih ini tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, dimana makanan akan tersimpan dalam tubuh yang lama kelamaan akan menjadi lemak. Tidak ada nya aktivitas fisik, maka lemak pada tubuh tidak berkurang. Ketidakseimbangan ini akan mempengaruhi sumber panyakit tidak menular obesitas dan efek penyakit lain seperti jantung koroner.
Gaya hidup nongkrong pada orang dewaa cenderung akan mengkonsumsi kualitas makanan yang buruk. Pola makan yang tidak dapat dikontrol saat nongkrong menyebabkan asupan kalori yang lebih tinggi. Obesitas dari gaya hidup nongkrong akan mempengaruhi kesehatan pribadi dan hasrus diselesaikan juga dengan aktivitas pribadi. Menerapkan gaya hidup sehat dengan asupan yang sesuai diimbangi dengan aktivitas fisik akan mengembalikan kondisi kesehatan seseorang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.