Pentingnya Penguasaan Bahasa Ibu Sebelum Mengajarkan Bahasa Asing pada Anak
Parenting | 2024-06-09 20:34:35Di era globalisasi yang semakin maju, kemampuan berbahasa asing sering dianggap sebagai salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh generasi muda. Tak heran, banyak orang tua berlomba-lomba mengenalkan anak mereka pada bahasa asing sejak dini. Namun, dalam antusiasme ini, penguasaan bahasa Ibu sering kali terabaikan. Padahal, mengajarkan bahasa Ibu dengan benar sebelum memperkenalkan bahasa asing kepada anak memiliki manfaat yang sangat besar, baik dari segi kognitif, psikologis, identitas budaya, maupun komunikasi dan pembelajaran lebih lanjut.
Penguasaan bahasa Ibu memberikan fondasi kognitif yang kuat bagi anak. Bahasa Ibu adalah alat utama yang digunakan anak untuk memahami dunia di sekitarnya. Melalui bahasa Ibu, anak belajar konsep dasar, berpikir kritis, dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Keterampilan ini kemudian dapat ditransfer saat mereka belajar bahasa asing. Jika anak tidak memiliki dasar yang kuat dalam bahasa Ibu, mereka mungkin akan mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai bahasa asing dengan baik. Misalnya, struktur tata bahasa yang rumit atau konsep-konsep abstrak dalam bahasa asing mungkin sulit dipahami tanpa dasar pemikiran yang matang yang sudah terbentuk melalui bahasa Ibu.
Selain itu, bahasa Ibu adalah cerminan identitas dan budaya seseorang. Mengajarkan bahasa Ibu kepada anak membantu mereka memahami dan menghargai warisan budaya mereka. Ini sangat penting untuk membangun rasa percaya diri dan rasa bangga terhadap identitas mereka. Anak yang menguasai bahasa Ibu dengan baik cenderung memiliki ikatan emosional yang lebih kuat dengan keluarga dan komunitas mereka. Misalnya, cerita rakyat, adat istiadat, dan tradisi yang diceritakan dalam bahasa Ibu akan lebih mudah dipahami dan dihargai oleh anak, sehingga memperkuat rasa keterikatan mereka dengan budaya asal.
Yang terpenting dari semua aspek ini adalah hilangnya aspek kepekaan perasaan pada penutur bahasa asing yang tidak menguasai bahasa Ibu dengan baik. Aspek psikologis ini memberikan efek jangka panjang yang cukup berbahaya dikarenakan anak tidak terbiasa mengekspresikan perasaan secara tepat dan tidak pula dipahami oleh lingkungan terdekatnya secara baik, karena bisa jadi keluarga terdekat (Ibu, Ayah dan Saudara-saudaranya) tidak pula menguasai bahasa asing tersebut secara benar. Hal ini sering terjadi pada keluarga dengan perkawinan campur atau keluarga imigran, di mana salah satu dari Ayah atau Ibu sebenarnya tidak terlalu fasih pula dalam bahasa asing yang digunakan anak. Sehingga mendatangkan rasa frustasi pada anak karena tidak dipahami dan direspon dengan komprehensif. Pada kasus imigran yang berpindah tempat ke negara berbahasa asing lalu memiliki keturunan di sana, biasanya orang tua tidak menguasai bahasa setempat secara baik pula, namun anaknya sudah memiliki kemampuan bahasa lokal yang baik namun tidak memiliki kemampuan bahasa Ibu yang baik.
Bahasa Ibu adalah alat komunikasi utama antara anak dengan orang tua dan lingkungan sekitar mereka. Dengan memiliki kefasihan berbicara dalam bahasa ibu, anak dapat mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan pemikirannya dengan lebih jelas dan efektif. Komunikasi yang baik antara anak dan orang tua sangat penting untuk perkembangan emosional dan sosial anak. Jika anak belum fasih dalam bahasa Ibu, interaksi sehari-hari mereka mungkin menjadi terbatas dan kurang bermakna. Hal ini juga dapat mempengaruhi kemapuan diksi, penyampaian dan kefasihan berbahasa anak.
Tidak hanya itu, anak yang memiliki dasar yang kuat dalam bahasa Ibu cenderung lebih mudah mempelajari bahasa asing. Struktur dan kosakata bahasa Ibu sering kali membantu dalam memahami dan menguasai bahasa baru. Anak yang telah menguasai bahasa Ibu dengan baik biasanya memiliki keterampilan linguistik yang lebih baik, seperti tata bahasa, fonetik, dan kosakata, yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa asing. Misalnya, memahami konsep dasar tata bahasa seperti subjek, predikat, dan objek dalam bahasa Ibu dapat membantu anak memahami struktur kalimat dalam bahasa asing karena telah memiliki kemampuan menguasai pola dasarnya.
Beranjak dari pengalaman saya, di mana saya lahir dan tumbuh besar di keluarga dengan orang tua yang berbicara menggunakan bahasa yang berbeda dan beranjak dari bangsa yang berbeda, kedua orang tua saya bersepakat untuk mengajarkan keempat anaknya dua bahasa tersebut agar kami tidak kehilangan latar belakang dan budaya yang kami miliki. Ini bukanlah hal yang mudah, terlebih kedua orang tua saya pun tidak bisa berbicara bahasa satu sama lain di awal pernikahan mereka. Dengan adanya limitasi dalam berkomunikasi, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mengajarkan anak-anaknya dua bahasa tersebut sambil belajar bahasa satu sama lain.
Tantangan terberat adalah mengajarkan kami agar tidak mencampurkan kedua bahasa tersebut. Oleh karena itu, mereka membagi tugas masing-masing, seperti Ayah hanya berbicara dengan bahasanya kepada anak dan demikian pula sebaliknya dengan Ibu. Cara lain adalah mengulang satu kalimat dua kali dengan bahasa yang berbeda. Contohnya, saat ibu saya mengucapkan “Nak, ayo dihabiskan makanannya!” Ibu akan mengulangi kalimat tersebut dalam bahasa Ayah. Dengan begitu, kami memahami perbedaan dari kedua bahasa.
Setelah memasuki sekolah dasar, kami mulai mempelajari lebih banyak kosakata dengan lebih banyak membaca buku dalam kedua bahasa. Kami juga mulai mempelajari bahasa Inggris di sekolah. Hal ini membuktikan bahwa untuk bisa berbicara bahasa Inggris dengan lancar, anak tidak harus dibiasakan dari rumah. Karena saya dan saudara-saudara saya hanya mempelajari bahasa Inggris di sekolah dan dari buku-buku, di rumah Ibu menegaskan kami untuk menggunakan bahasa Ibu atau bahasa Ayah.
Satu hal yang saya sadari adalah dengan dasar bahasa Ibu yang baik, sangat mempermudah saya saat mempelajari bahasa baru. Susunan bahasa kami pun cenderung lebih rapi saat berbicara karena kami dibiasakan untuk menguasai bahasa sedari kecil. Dengan demikian, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah berusaha menjadi guru terbaik bagi keempat anaknya.
Sebagai seorang mahasiswa Universitas Airlangga, saya merasa kemampuan menggunakan bahasa dengan baik dan benar sangat penting, terlebih jika kita bisa berbicara bahasa asing dengan baik dan benar. Maka dari itu, mengajarkan bahasa Ibu dengan fasih kepada anak sebelum memperkenalkan bahasa asing adalah langkah penting yang tidak boleh diabaikan. Penguasaan bahasa Ibu tidak hanya memberikan fondasi kognitif yang kuat, tetapi juga memperkuat identitas budaya, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan mempermudah pembelajaran bahasa asing di masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.