Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image inas nilasari

Entrepreneur E-Commerce Sebagai Solusi Sulitnya Lapangan Pekerjaan Bagi Lulusan Sarjana

Pendidikan dan Literasi | 2024-06-09 09:15:57

Pendidikan tinggi telah lama dianggap sebagai tiket menuju kesuksesan profesional. Namun, realitas saat ini menunjukkan bahwa sulitnya lapangan pekerjaan bahkan setelah menyelesaikan perguruan tinggi telah menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan bagi banyak lulusan. Meskipun telah menghabiskan waktu bertahun-tahun belajar dan berusaha keras, banyak lulusan masih mengalami kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka. Fenomena ini menggambarkan paradoks ironis bahwa meskipun telah menginvestasikan waktu, tenaga, dan sumber daya untuk pendidikan tinggi, masih banyak orang yang mengalami kesulitan memasuki dunia kerja.

Walaupun institut pendidikan mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan dan menanamkan harapan kepada masyarakat bahwa setiap anaknya yang diterima akan mendapatkan masa depan cerah dengan menjadi pekerja. Hal itu terkesan bagus akan tetapi sang anak tidak hanya bersaing di dalam pendidikannya dengan pelajar yang lain, juga saat kelulusannya bersaing pula dengan lulusan lainnya dalam mencari lapangan pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikan yang dia dapat dan itu belum bersaing dengan lulusan dari institut pendidikan baik dalam maupun luar negeri.

Gambar Tabel Data BPS Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (2023)

Sulitnya lapangan pekerjaan saat ini meskipun sebagai lulusan sarjana. Hal itu diperkuat dengan tingginya angka pengangguran di Indonesia berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun 2023 ada 7.989.275 pengangguran dimana lulusan universitas sebanyak 753.732 orang yang menganggur (Diperbaharui 2 Mei 2024). Angka tersebut masih tergolong tinggi. Dimana lulusan universitas dipersiapkan untuk mendapatkan pekerjaan, namun kenyataan di lapangan tidak sesuai yang diinginkan. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi banyak lulusan universitas dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka.

Fenomena tersebut tentunya membuat mahasiswa khususnya semester tingkat akhir cemas, khawatir, dan takut terhadap kemungkinan mereka mendapatkan pekerjaan. Faktor utama tingginya angka pengangguran lulusan sarjana adalah semakin banyak sarjana yang dihasilkan oleh setiap universitas setiap tahunnya dengan berbagai macam latar belakang dan pendidikan yang tersedia. Akan tetapi hal ini tidak sejalan dengan perkembangan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia untuk para lulusan sarjana. Apalagi dengan semakin berkembangnya tuntutan yang diperlukan dalam setiap jenis pekerjaan yang tersedia telah memberikan dampak semakin banyak sarjana yang tidak terserap.

Tidak seimbang jumlah lapangan pekerjaan dengan lulusan universitas tentu makin memperketat daya saing. Biasanya mahasiswa setelah lulus akan mengejarkan pekerjaan yang aktivitasnya di kantor. Namun, di zaman modern ini sudah terjadi perubahan dalam segala hal di ruang lingkup manusia yaitu ditandai dengan era disrupting. Era disrupting adalah suatu era dimana aktivitas, interaksi dan komunikasi antar manusia berubah begitu cepat, khususnya dibidang pekerjaan dan kebutuhan hidup manusia. Pekerjaan sudah tidak lagi diwajibkan untuk keluar dari rumah dan harus datang tepat waktu di kantor.

Hal tersebut dapat kita manfaatkan sebagai solusi terhadap masalah sulitnya lapangan pekerjaan saat ini. Kita sebagai manusia yang hidup di zaman millennial tidak lepas dari teknologi informasi dan new media khususnya biasanya menggunakan hp. Kita dapat menjadikan itu sebagai peluang salah satunya pengusaha atau entrepreneur seperti berjualan online (e-commerce). Untuk menarik pembeli tentu kita harus mengimbangi antara eksistensi yang diikuti oleh kreativitas. Pemikiran-pemikiran yang kreatif untuk mengupload suatu hal akan menghasilkan materi yang dapat menjadi pekerjaan.

Dalam interpreneur e-commerce tentu kita harus mempunyai strategi penjualan. Strategi penjualan adalah rencana tindakan yang hati-hati untuk mencapai target penjualan. Ini melibatkan beberapa faktor penting seperti target pasar, jenis produk, sistem pemasaran, dan riset serta evaluasi. Selain itu, strategi penjualan memiliki manfaat seperti menambah konsumen baru, meningkatkan pendapatan bisnis, dan mengenalkan produk baru.

Kondisi perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan tingkat persaingan yang sangat tinggi dan kompetitif. Strategi meningkatkan penjualan sangat penting dalam melakukan transaksi. Salah satunya media yang baik untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi online adalah menggunakan website, media sosial, dan marketplace. Seiring berkembangnya zaman, untuk meningkatkan penjualan di era digital, ada beberapa pendekatan penting yang harus dipertimbangkan. Perlu mengetahui bagaimana perilaku konsumen berubah di era teknologi. Banyak toko, mal, dan supermarket fisik telah ditutup karena demokrasi konsumen di era digital. Dengan menerapkan strategi ini secara efektif diharapkan dapat meningkatkan penjualan. Oleh karena itu, reformasi pemasaran harus dilakukan ide tentang pemasaran atau strategi harus dijelaskan dengan jelas, yang berarti ini terkait dengan cara pengusaha bertindak dan berpikir. Sangat penting di era internet saat ini untuk memiliki situs web atau toko virtual.

Dengan menjadi interpreneur juga dapat menjadi sumbangsih bagi lulusan sarjana yang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan adalah menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga para lulusan sarjana dapat mempraktekkan atau mengimplementasikan apa yang telah diperoleh di perkuliahan dalam lapangan. Dengan terciptanya sebuah lapangan pekerjaan baru oleh para lulusan sarjana yang menjadi pengusaha atau entrepreneur, walaupun usahanya dalam skala kecil atau menengah, mereka mempunyai potensi untuk jangka panjang lebih baik dibandingkan mereka yang langsung memulai besar akan tetapi tidak bisa menjalaninya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image