Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Devita Fitri Azzahra

Jangan Pernah Menggantungkan Kebahagiaan pada Manusia Lain

Kisah | Saturday, 08 Jun 2024, 02:23 WIB

Kebahagiaan dan Hubungan Sosial

Dalam konteks psikologi aktif , menggantungkan kebahagiaan pada orang lain sering diartikan sebagai keadaan ketergantungan emosional terhadap orang lain untuk merasa bahagia. Hal ini sering terjadi dalam hubungan asmara, persahabatan, atau bahkan hubungan keluarga. Seseorang mungkin merasa bahwa kebahagiaannya tergantung pada bagaimana orang lain memperlakukannya, bagaimana orang lain meresponsnya, atau bahkan sejauh mana orang lain memenuhi ekspektasinya. Namun, penelitian psikologi menunjukkan bahwa ketergantungan emosional semacam ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis seseorang.

Risiko Menggantungkan Kebahagiaan pada Orang Lain

Meskipun hubungan sosial berperan penting dalam kehidupan seseorang, menggantungkan kebahagiaan sepenuhnya pada orang lain dapat menimbulkan risiko terjadinya depresi, kecemasan dan stress. Pertama, ketergantungan emosional yang berlebihan pada orang lain dapat menyebabkan hilangnya kemampuan seseorang untuk mengelola emosinya sendiri. Karena seseorang terlalu bergantung pada orang lain untuk merasa bahagia hal ini menempatkan beban yang berat pada hubungan tersebut. Pasangan, teman, atau anggota keluarga menjadi tekanan untuk memastikan bahwa seseorang tersebut merasa bahagia, dan hal ini dapat menciptakan ketegangan dan konflik dalam hubungan tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Deci dan Ryan (2017), kebutuhan untuk otonomi merupakan salah satu kebutuhan psikologis dasar manusia. Ketika seseorang terlalu bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya, mereka mungkin kehilangan rasa kendali terhadap hidupnya sendiri.

Kedua, ketidakpastian dalam hubungan manusia dapat menyebabkan ketidakstabilan emosional. Hubungan antar manusia tidak selalu dapat diprediksi dan sering kali mengalami pasang surut. Ketika seseorang menggantungkan kebahagiaannya pada orang lain, seseorang menjadi rentan terhadap fluktuasi emosi yang terkait dengan perubahan dalam hubungan tersebut. Seseorang tersebut mungkin kehilangan rasa percaya diri dan merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk meraih kebahagiaan tanpa campur tangan orang lain.

Pentingnya Kemandirian Emosional

Mengingat risiko yang terkait dengan menggantungkan kebahagiaan pada orang lain, penting bagi individu untuk mengembangkan kemandirian emosional. Kemandirian emosional tidak berarti mengisolasi diri dari hubungan sosial, melainkan memiliki kemampuan untuk menemukan kebahagiaan dari dalam diri sendiri. Penelitian oleh Ryff dan Singer (2017) menunjukkan bahwa individu yang memiliki tingkat kemandirian emosional yang tinggi cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih stabil dan tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan dalam hubungan sosial.

Salah satu cara untuk mengembangkan kemandirian emosional adalah melalui praktik mindfulness atau kesadaran penuh. Mindfulness membantu individu untuk lebih sadar akan emosi dan pikiran mereka sendiri tanpa bergantung pada pengaruh eksternal. Studi oleh Brown dan Ryan (2018) menemukan bahwa praktik mindfulness secara signifikan dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan mengurangi ketergantungan emosional pada orang lain.

Strategi Mengembangkan Kebahagiaan dari Dalam Diri

Ada beberapa strategi yang dapat membantu individu mengembangkan kebahagiaan dari dalam diri. Pertama, mengenali dan mengembangkan minat atau hobi pribadi dapat menjadi sumber kebahagiaan yang signifikan. Melakukan aktivitas yang disukai dapat memberikan perasaan pencapaian dan kepuasan yang mendalam.

Kedua, membangun dan memelihara rutinitas harian yang sehat, termasuk olahraga, tidur yang cukup, dan pola makan yang seimbang, dapat berkontribusi terhadap kebahagiaan. Penelitian oleh Pressman et al. (2018) menunjukkan bahwa kebiasaan hidup sehat memiliki korelasi positif dengan kesejahteraan emosional.

Ketiga, menetapkan tujuan pribadi dan bekerja untuk mencapainya dapat memberikan makna dan arah dalam hidup. Menurut studi oleh Sheldon dan Elliot (2017), pencapaian tujuan pribadi dapat meningkatkan perasaan kebahagiaan yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Dalam konteks mahasiswa, menggantungkan kebahagiaan pada manusia lain dapat menjadi hal yang sangat relevan. Mahasiswa sering kali mengalami tekanan akademik, sosial, dan emosional dalam kehidupan kampus. Dalam situasi seperti ini, penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa kebahagiaan sejati seharusnya berasal dari dalam diri sendiri. Menciptakan hubungan yang sehat dengan orang lain tetap penting, namun tidak boleh menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan.

1. Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2018). The benefits of being present: Mindfulness and its role in psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 84(4), 822-848.

2. Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2017). Self-determination theory: Basic psychological needs in motivation, development, and wellness. Guilford Press.

3. Diener, E., Oishi, S., & Tay, L. (2018). Advances in subjective well-being research. Nature Human Behaviour, 2(4), 253-260.

4. Pressman, S. D., Jenkins, B. N., & Moskowitz, J. T. (2018). Positive affect and health: What do we know and where next should we go? Annual Review of Psychology, 70(1), 627-650.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image