Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tasya Putri Nurhayat

Gadis Menawan, Keadilan, dan Tuhannya

Agama | 2024-06-05 19:30:38
(Sumber: Dok. Pribadi)

Ini adalah cerita tentang seorang Gadis menawan yang pernah saya kenal di kehidupan saya. Tetapi tidak bisa saya sebutkan Namanya. Ia mencari makna dari keadilan, ia berdiri menatap langit, berharap mendapatkan jawaban atas kebingungannya akan arti keadilan. Hembusan semilir angin menghiburnya, seakan membisikan “Keadilan adalah sifat Allah, maka tidak ada satupun yang menyerupai Nya”.

Diapun duduk di bawah rindangnya pohon sambil termenung, “Jika begitu adanya, maka tidak ada manusia yang mampu berlaku adil sebagaimana Allah adil atas semua hamba-hamba Nya, meskipun hamba Nya tidak memahami keadilan yang diberikan oleh Allah”. Senyum pun terukir manis dengan lesung pipi nan indah. Diapun bergumam “lalu apalagi yang kucari selain Allah?”

Ketakutan kadang menyelimuti indahnya malam, takut dan gelisah akan masa depan yang entah bagaimana. Namun, tekadnya begitu kuat “Ah, kerjakanlah apa yang pokok dan berarti dalam hidup ini. Lalu, biarkanlah taqdir Allah berjalan sebagaimana mestinya”. Dia pun merenung “Ah, janganlah kamu takut apapun! Takutlah hanya kepada Allah, karna itu bekal dari segalanya”.

Seperti apa yang dikatakan Imam Sya’rawi “Barang siapa yang takut kepada Allah, orang lain akan takut padanya. Dan barang siapa takut pada manusia, dia akan dibuat takut oleh Allah dan segala-galanya”. Akhirnya diapun bertekad untuk tidak meletakan rasa takutnya pada tempat yang tidak semestinya, karna itu adalah sebuah kedzaliman dan ketidakadilan.

Banyak ketidakadilan ditemukan dalam hidupnya, yang pada hakikatnya ketidakadilan itu mungkin saja merupakan keadilan dari Tuhannya. Bagaimana tidak! Gadis menawan itu selalu mencari rasa kasih sayang dari orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya.

Namun apadaya, meskipun mereka adalah orang tua yang sudah kenyang dengan asam manis kehidupan, perasaan keduanya tidak bisa dikendalikan penuh oleh mereka sendiri, apalagi oleh keingingan Gadis itu. Ia harus menyadari bahwa sejak kelahiran adiknya, kasih sayang itu sudah terbagi dan mungkin dari sinilah Gadis menawan itu mulai merasa ketidakadilan mulai menghantui.

Ketidakadilan adalah ketika keadilan hilang dari kehidupan. Jika meminjam istilah Syed Naquib Al-Attas pada bukunya Risalah Untuk Kaum Muslimin, ketidakadilan merupakan sebuah kedzaliman, yaitu ketika seseorang tidak meletakan sesuatu pada tempat yang semestinya. Begitupun yang dirasakan olehnya, Gadis itu merasa bahwa orang tuanya sudah meletakan kasih sayang padanya dengan takaran yang tidak semestinya.

Air dengan sangat deras mengalir sejalan dengan Gadis menawan yang terus berfikir. Merenungi berbagai cara agar kasih sayang orang tuanya sepenuhnya ia miliki, atau setidaknya sama dengan adik yang hakikatnya ia cintai. Buah dari pemikiran itu menghasilkan sebuah tindakan yang melahirkan beribu prestasi.

Sanjungan dan pujian dari orang lainpun sudah sangat membanjiri. Namun Gadis itu tetap merasa hampa dan sepi. Ia menangis di malam yang sunyi dan bergumam “Mengapa ketidakadilan selalu menghampiri? Kapan aku mendapatkan kasih sayang dan cinta dari orang tua yang sangat aku sayangi? Padahal beribu prestasi sudah ku raih demi mendapatkan perhatian dari keduanya yang sangat aku ingini”.

Hari berlalu, bulan berganti bahkan tahun tidak terasa terus berlari. Gadis itu sudah mulai dewasa dengan karakter penuh pemberani. Pemikirannya begitu luas dan sangat mudah memahami. Ia telah sampai pada sebuah kesimpulan bahwa ketidakadilan yang ia rasakan hakikatnya adalah keadilan dari Tuhannya. Bukankah dengan perasaan diperlakukan tidak adil, karakter dan prestasi yang sangat luar biasa terbentuk dan terukir?

Ia pun bersyukur dengan bergumam “Ah ternyata, selama ini ketidakadilan itu tidak ada, ia hadir hanya dalam fikiranku saja bukan pada Dunia dimana aku berada”. Senyum menawan terukir penuh syukur akhirnya hadir pada Gadis itu, yang hati siapapun jika melihatnya akan tertawan.

Begitulah ketidakadilan membentuk sebuah karakter pemberani dan penuh prestasi. Ketidakadilan dalam pandangan manusia berubah menjadi keadilan jika dilihat ia merupakan sebuah taqdir yang Allah gariskan. Dengan penuh kepercayaan pada yang Maha Kuasa akan melahirkan banyak hikmah dan pelajaran dalam arus kehidupan, karena bagaimanapun juga, pada hakikatnya hanya Allah yang mampu berlaku adil pada semua hambaNya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image