Menyelami Gaya Hidup Frugal Living di Kalangan Gen Z
Gaya Hidup | 2024-06-03 15:50:04Dinamika yang terjadi di dunia ini tidak datang secara tiba-tiba. Kita dapat menarik sejarah panjang mulai dari masa sebelum globalisasi hingga saat ini yang memberikan kemudahan bagi kita. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dengan akal sehat dan nafsu. Namun, sayang seribu sayang, pemasukan yang terbatas membuat nafsu tersebut sulit untuk direalisasikan.
Frugal living, yaitu gaya hidup minimalis, memiliki arti meminimalkan pengeluaran yang masih bisa dijangkau. Hal ini bukan berarti memotong kebutuhan sehari-hari. Mereka tetap memenuhi kebutuhan pokoknya namun dengan memilih alternatif yang lebih minimalis.
Generasi Z adalah sebutan untuk generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Umumnya disebut sebagai "Gen Z". Generasi ini muncul setelah generasi Milenial dan sebelum generasi Alpha. Hidup berdampingan dengan teknologi membuat generasi ini lebih melek dan mengikuti perkembangan yang sedang terjadi di dunia.
Generasi ini tumbuh di tengah permasalahan global, seperti contohnya COVID-19 dan Perang Rusia-Ukraina. Permasalahan global ini tentunya berpengaruh pada setiap aspek kehidupan manusia, hal inilah yang mendorong pemikiran mereka bahwa “situasi sulit” ini nyata adanya. Sehingga, keamanan finansial di masa depan adalah tantangan yang harus siap dihadapi. Tidak hanya itu, umur bumi yang semakin tua membuat mereka harus menikmati dampaknya.
Kekhawatiran ini terbukti seperti riset yang dilakukan oleh Bank of America Institute bahwa 53% anak muda merasa biaya hidup yang semakin tinggi menjadi penghalang bagi mereka untuk meraih kesuksesan finansial.
Hal ini dapat kita temukan pada mahasiswa yang lebih memilih untuk membawa bekal sendiri, atau memasak nasi saja dan lauknya beli. Mungkin terlihat sepele, namun dari kebiasaan tersebut mereka dapat menyisihkan uang sakunya untuk keperluan lain yang lebih penting.
Hadirnya pelayanan publik yang dikembangkan oleh pemerintah menjadi jembatan bagi kami para generasi muda untuk lebih memilih menggunakan transportasi umum. Selain untuk mengurangi polusi udara karena ramah lingkungan, penggunaan transportasi umum juga lebih ramah di kantong. Dengan menggunakan transportasi umum, kita ikut andil dalam menjaga bumi.
Dengan membawa lauk sendiri dan menggunakan transportasi umum, kita dapat menyisihkan beberapa pengeluaran yang seharusnya keluar menjadi tidak keluar. Biaya tersebut dapat kita sisihkan untuk kebutuhan di masa depan. Tentunya gaya hidup ini tidak hanya berbicara tentang meminimalkan pengeluaran, namun juga bagaimana sikap kita dalam menyikapi dan mengelola pemasukan terhadap pengeluaran sehari-hari.
Perlu diingat bahwa gaya hidup frugal living ini bukanlah gaya hidup pelit. Hal ini sangatlah berbeda. Pelit sendiri memiliki pengertian tidak menunaikan kebutuhan pokok. Sehingga, diri kita tidak menerima sesuatu yang seharusnya diterima.
Sebagai contoh, dikatakan pelit jika kita tidak makan siang hanya karena ingin menghemat. Hal ini sangatlah salah, karena tubuh kita akan mendapatkan energi dari makanan yang kita konsumsi. Memang benar uang tidak berkurang karena tidak makan, namun kita telah bersikap pelit terhadap hak yang mutlak didapatkan sebagai makhluk hidup.
Berbeda dengan gaya hidup pelit, dalam gaya hidup frugal living kita tetap makan. Namun, membawa nasi sendiri atau roti untuk makanan pokoknya, dan lauknya kita beli. Atau, kita dapat juga membeli bahan makanan pokok di pasar untuk mendapatkan harga murah, lalu kita memasak makanan kita sendiri di rumah.
Dapat dilihat perbedaannya dengan gaya hidup pelit. Dalam gaya hidup frugal living, kita tetap mendapatkan hak kita untuk makan, sedangkan gaya hidup pelit kita sama sekali tidak mendapatkan hak kita untuk makan.
Dapat disimpulkan bahwa fenomena frugal living ini bukanlah hal yang buruk, namun merupakan contoh baik yang dapat kita resapi bersama, tidak peduli dari generasi manakah kita lahir. Selagi gaya hidup ini memberikan banyak manfaat bagi kita semua, mengapa tidak mencobanya atau sekadar meresapinya?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.