Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vera Astuti

All Eyes on Rafah : Siapa yang Dapat Menghentikan Kekejaman Israel?

Agama | 2024-05-31 21:05:36
All eyes on Rafah

Rafah adalah sebuah kota di sebelah selatan jalur Gaza yang menjadi perbatasan antara Palestina dengan Mesir. Tempat ini menjadi pengungsian terakhir bagi warga Gaza setelah mereka mengatakan "pengungsian terakhir kami adalah syurga.

Israel telah menyerang Rafah yang di klaim sebagai tempat teraman dan memerintahkan warga Gaza untuk mengungsi dan berlindung disana, tapi ternyata mereka dikumpulkan di sana bukan untuk dilindungi melainkan untuk dihabisi. Hal ini sungguh biadab, karena mereka telah menjadi orang munafik yang mengingkari janji mereka untuk tidak menyerang Rafah, tapi itulah Yahudi yang telah disebutkan di dalam Al-Qur'an sebagai makhluk yang ingkar.

Israel telah melakukan tindakan genosida, tindakan biadab diluar batas kewarasan manusia. Mereka bukan berperang, karena berperang dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan yang setara, tapi yang dilakukan israel adalah melawan bayi baru lahir yang tak berdaya, melawan anak-anak, melawan wanita hamil, melawan orang lemah, melawan gedung yang tak bergerak dan melawan siapa saja yang lemah dan tak memiliki senjata.

26 Mei 2024 menjadi hari kelam bagi warga Gaza sejak serangan awal 7 Oktober. Rafah adalah wilayah terakhir yang tersisa karena seluruh wilayah Palestina sudah dibombardir oleh Israel. Puluhan ribu warga sipil telah meninggal dengan cara mengenaskan. Pada penyerangan Rafah terakhir yang dilakukan oleh Israel adalah mereka telah membakar hidup-hidup para pengungsi Gaza di Rafah, bahkan seorang ayah telah menggendong mayat anaknya yang tanpa kepala hasil dari kebiadaban Israel pada rakyat Palestina

Namun, hingga saat ini banyaknya korban pembantaian dan genosida yang dilakukan oleh Israel ternyata tidak juga membangunkan para pemimpin muslim untuk mengirimkan tentaranya guna menghentikan kebiadaban mereka di Palestina, karena hingga saat ini kecaman demi kecaman yang dilakukan oleh para pemimpin muslim tidak cukup untuk menghentikan genosida israel terhadap Palestina, juga tidak mengurangi penderitaan mereka sedikitpun. Bahkan, bantuan kemanusiaan banyak yang tidak sampai pada mereka karena terhalang di pintu perbatasan. Lalu, bantuan seperti apa yang benar-benar mereka butuhkan?

Wahai saudaraku semua, setelah Rafah dihabisi pernahkah kita berpikir akan kemana mereka pergi? maka wajar jika mereka lelah dan hanya ingin beristirahat di syurga, sebab mereka selalu mengungsi tanpa tau kemana mereka akan pergi. Bantuan kemanusiaan tidak menyelesaikan masalah sama sekali. Mereka lapar karena sengaja dilaparkan oleh Israel, mereka bisa makan jika keadaannya normal, Lapar hanyalah dampak dari atau akibat dari akar masalah Palastina Israel yaitu perampasan tanah dan ketiadaan negara islam (khilafah) sebagai simbol kekuatan bagi kaum muslimin.

Maka, harus ada kekuatan besar yang dapat menghentikan kebiadaban Israel teradap Palestina. Israel menganggap dirinya adalah negara yang berdaulat, maka harus ada lawan yang setara yang berbentuk negara pula jika ingin menghentikan Israel, tidak bisa dihentikan oleh oraganisasi atau kelompok yang notabenenya kekuatannya tidak seimbang. Harus ada komando dari kepala negara islam untuk mengirimkan bala tentaranya menghentikan konflik ini.

Seluruh pemimpin negara terutama negara muslim harusnya bersatu mengirimkan tentaranya bukan negosiasi, perundingan atau sejenisnya, karena sejak awal Israel pun tidak menginginkan hal itu, mereka juga selalu ingkar dengan perjanjian. Inilah mengapa tidak ada solusi lain selain negara yang harus dilawan negara.

Rakyat sipil yang merasa kasihan juga tidak bisa membantu apapun kecuali doa dan bersuara karena mereka tidak memilki kekuatan yang sebanding dengan Israel. Maka, keberadaan negara islam menjadi wajib adanya karena itulah lawan yang sebanding dengan Israel dan bisa menghentikan kebiadaban israel.

wallahu alam bi ash shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image