Review Film Atlas (2024): AI kawan atau lawan?
Tontonan | 2024-05-31 11:33:13Review Film Atlas (2024): AI kawan atau lawan?
Jennifer Lopez kembali memeriahkan panggung perfilman bergenre aksi-fiksi ilmiah yang diusung Netflix dengan judul “Atlas”. Film yang disutradarai oleh Brad Peyton ini berlatar belakang masa depan dimana AI (Artificial Intelligence) dan manusia hidup berdampingan ialah hal yang wajar. Bercerita tentang bagaimana seorang data analisis cemerlang bernama Atlas Shepherd (Jennifer Lopez) yang ingin ikut andil dalam misi pencarian teroris AI bernama Harlan (Simu Liu) yang hilang 28 tahun silam, lalu bagaimana kontribusi Atlas dalam misi ini? Mari kita simak keseruan ceritanya
Film ini dibuka dengan berita terkait maraknya pembunuhan massal oleh para robot AI pimpinan Harlan yang telah menewaskan jutaan warga sipil tak bersalah, namun setelah Kedatangan Koalisi Bangsa-Bangsa Internasional (ICN) menyebabkan Harlan melarikan diri ke luar angkasa bersama antek-anteknya.
28 tahun berlalu setelah kejadian itu, scene beralih pada Casca yang merupakan salah satu agen Harlan ditangkap dan diinterogasi oleh Atlas. Dari hasil interogasi tersebut, Atlas menemukan bahwa Harlan melarikan diri ke sebuah planet di Galaksi Andromeda, ia memaksa untuk ikut misi pencarian tersebut bersama Kolonel Elias Banks (Sterling K. Brown).
Setelah perencanaan matang yang dipimpin Atlas mereka pun segera meluncur ke Galaksi Andromeda. Namun setibanya mereka di sana, para anggota Rangers yang mengendarai robot mekanik tiba-tiba diserang dan menewaskan semua anggota kecuali Atlas dan Kolonel Elias Banks yang dibawa paksa oleh tentara Harlan.
Atas perintah Kolonel Elias, Atlas dipaksa mengendarai robot mekanik para Rangers untuk terus bertahan dan mencari Harlan. Mulanya Atlas tidak bisa menggunakan mekanik tersebut, akhirnya bisa menguasai kendali mekanik tersebut dengan bantuan walaupun tidak mempercayai AI bernama Smith yang memperkenalkan dirinya sebagai pemandu Atlas. Perjalanan Atlas bertahan di planet baru, terpaksa berteman dengan seorang robot yang tak disukainya, dan bagaimana ia menyikapi rasa percaya setelah ditinggalkan.
Alur terus berjalan hingga di titik dimana Atlas telah menemukan sosok Harlan yang ternyata merupakan kakak angkat Atlas karena Harlan diciptakan oleh ibunya sendiri. Pertemuan antara Atlas dan Harlan menimbulkan pertarungan sengit lantaran perbedaan persepsi. Di satu sisi Harlan menganggap bahwa manusia lah biang utama penyebab kehancuran bumi seperti pemanasan global, pencemaran polusi, dll. Oleh karena itu Harlan ingin menghancurkan setengah populasi manusia demi keselamatan bumi. Namun, pada akhirnya pertarungan dimenangkan oleh Atlas dengan mengorbankan Smith sang AI pemandu. Smith terpaksa dinonaktifkan lantaran ia lebih mementingkan keselamatan rangernya (Atlas) dengan mentransfer oksigen kepada Atlas untuk bertahan di Galaksi Andromeda.
Kepergian Smith menimbulkan duka bagi Atlas dan membuatnya sadar bahwa ia yang mulanya tidak mempercayai bahkan tidak menyukai AI, lambat laun rasa suka dan percaya itu timbul sejak keakrabannya dengan Smith seperti salah satu dialog Atlas dibawah
“When we first met, you asked me if I like pie or cake. I don’t care, I like both. And it’s not that I hate AI, Smith. The truth is I don’t actually like anybody. People always disappoint. But not you. I like you.” – Atlas Sheperd (Atlas, 2024)
Hal penting yang harus diketahui dari sosok Atlas ialah ia sangat membenci AI dan teknologi futuristik lainnya, ketakutannya sama dengan orang lain ditambah fakta bahwa Harlan dapat mengeksploitasi dan meretas teknologi sekitarnya membuatnya sangat membenci AI. Namun akibat dari peristiwa besar yang mempertemukan Atlas dengan Smith, dapat mengubah pandangan Atlas terhadap AI. Mulanya Atlas menganggap AI adalah musuh kini dapat hidup berdampingan dengan AI dan menganggapnya kawan.
Kesimpulan
Film ini banyak dihiasi dengan adegan aksinya yang menghibur, penggunaan CGI nya yang memanjakan mata, dan juga menguras emosi penonton lantaran interaksi yang tak biasa antara AI dan manusia. Banyak keseruan lain yang disajikan dalam Film Atlas ini, walaupun bisa dibilang bukan yang terbaik di genrenya namun film ini sangat cocok ditonton untuk mengisi waktu luang. Tunggu apa lagi? yuk tonton keseruannya eksklusif hanya di Netflix.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.