Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ruth stevana

Anak Hukum Mager Baca Buku?!

Hukum | Thursday, 30 May 2024, 11:44 WIB

Anak hukum bukannya identik dengan buku tebal dan tumpukan pasal? Tapi kok, malah lebih sibuk turun aksi daripada baca buku? HAHAHAHA benar banget, anak hukum tuh jiwa juangnya membara, jadi keliatannya lebih sering demo daripada belajar. Gak salah sih, tuntutan di jurusan hukum itu cukup berat. Kita harus baca banyak buku, jurnal, dan undang-undang tapi juga pengen langsung terapin ilmu kita di lapangan. Cuman, yang lebih sering di-upload di medsos bukan waktu bacanya tapi waktu turun aksi.

source: google

Di era digital ini keliatannya makin jarang ya anak hukum yang pegang buku. Di kampus juga rata-rata pada bawa laptop ketimbang bawa buku. Hari-hari ini kayaknya semua orang lebih prefer cari sumber di internet sih daripada di buku. Akses internet tuh emang jauh lebih mudah dan cepat ketimbang harus bolak-balik halaman. Faktor lingkungan pertemanan yang abis kuliah langsung main juga bikin tambah mager baca buku.

Lagian baca buku tuh bikin ngantuk, terus kita suka salfok sama notifikasi medsos dan game, apalagi kalo udah kebiasa scroll tiktok, bukunya langsung ditutup lanjut rebahan. Tapi, anggapan anak hukum mager baca buku itu gak sepenuhnya bener, lho! Masih banyak kok yang sadar kalau baca buku itu penting banget buat bekal di dunia hukum.

Buku hukum itu ibarat harta karun pengetahuan. Di situ kita bisa belajar teori, doktrin, dan kasus hukum yang jadi fondasi ilmu hukum. Gak cuma itu, baca buku juga melatih kita berpikir kritis dan objektif. Bayangin aja, kalau kita harus menganalisis informasi dan argumen hukum yang beda-beda, mau-gak mau harus baca berkas cetak dan harus baca se-teliti mungkin. Kalo kata dosenku, “orang hukum itu dibayar dari argumen yang keluar dari mulutnya, argumen yang kuat harus ditransfer ke otak lewat baca buku” makanya anak hukum harus terbiasa membaca. Di jurusan hukum sendiri, istilah menghafal itu adalah mustahil karena kalo emang harus menghafal ada banyak sekali pasal-pasal yang penting, jadi menghafal merupakan sesuatu yang hampir gak mungkin, solusinya harus sering-sering baca biar otomatis nyantol di otak.

Bahasa hukum juga agak beda sama bahasa sehari-hari, banyak adagium dan istilah-istilah hukum yang harus dikuasai. Nah, dengan baca buku hukum, kita bisa memperkaya kosakata dan kemampuan menulis dalam bahasa hukum yang baik dan benar. Ini nih yang jadi bekal utama kita sebagai sarjana hukum nanti, karena hampir semua profesi yang digeluti sarjana hukum pasti mengharuskan untuk menulis surat bahkan membuat legal opinion, lewat buku yang kita baca, kita jadi terbiasa dan bakal lebih jago nulis.

Membaca dari buku itu beda lho dengan baca dari smartphone, dengan buku kita bisa gampang tandain bagian penting, mata kita terbiasa dengan tulisan-tulisan yang tercetak, dan yang pasti kita gak gampang ke-distract sama hal lain, terus juga kita jadi lebih ingat dengan apa yang kita baca, dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Scientific American, Ferris Jabr mengatakan bahwa waktu kita membaca menggunakan gadget, ”otak kita lebih lelah dibandingkan waktu kita membaca bahan tercetak.... selain itu, kita akan lebih sulit mengingat apa yang kita baca”.

Sekarang koleksi buku hukum gampang kok ditemuin, banyak di perpustakaan dan toko buku online, bahkan di dunia f&b mulai berkembang book cafe, tempatnya mahasiswa baca atau nugas sambil chill. Gak cuma itu, banyak juga komunitas dan organisasi mahasiswa hukum yang sering ngadain diskusi dan bedah buku. Seru banget kan, bisa belajar bareng dan ngobrolin buku hukum favorit. Jadi, sekarang gak ada alasan untuk gak baca buku!

Budaya baca buku di tengah kesibukan anak hukum emang masih perlu ditingkatkan. Ini dia beberapa tips supaya hobi baca buku:

 

  1. Manfaatkan waktu luang. Kalo ada waktu senggang, sempetin buat baca beberapa halaman buku. Bisa pas di perjalanan ke kampus, pas nunggu antrian di kantin, atau sebelum tidur.
  2. Pilih buku yang menarik. Gapapa banget untuk mulai dari buku yang kita suka selain buku-buku hukum, lama-kelamaan pasti deh semangat bacanya bakal nambah. Dari sini kita jadi terbiasa baca buku.
  3. Update kasus yang lagi viral. Lewat contoh kasus yang menarik kita jadi lebih kepo dan terpacu buat cari tahu pelanggaran, peraturan ,dan sanksi yang bisa dikenakan. Nah, lewat kasus yang kita baca kita jadi terbiasa buat buka UU sekaligus terbiasa analisis kasus. Contohnya kasus Sambo, kopi sianida, menteri korupsi.
  4. Berdoa sebelum baca buku. Kita tuh terbatas banget sebagai manusia, kita perlu kuasa ekstra dari Tuhan untuk ngertiin sesuatu. Jangan lupa selalu andalkan hikmat Tuhan untuk mengartikan apa yang kita baca.
  5. Ikut komunitas baca buku. Ada banyak komunitas baca buku yang bisa kita ikuti baik di kampus atau di luar kampus. Di sana, kita bisa sharing tentang buku yang udah dibaca dan saling menyemangati buat terus membaca.

Ingat ya, membaca buku adalah kunci utama bagi anak hukum untuk mengerti dan menafsirkan ilmu yang ada. Dengan membaca buku, kita bisa meningkatkan pengetahuan, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan hukum kita. So, jangan tunda-tunda. Mulai baca buku dan raih mimpi jadi ahli hukum yang mahal!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image