Tantangan Perubahan Iklim di Surabaya: Peran Mahasiswa Rantau dan Upaya Adaptasi
Eduaksi | 2024-05-18 13:42:42Perubahan iklim adalah fenomena global yang telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Selama beberapa tahun terakhir, dampaknya semakin terasa di kota-kota besar, termasuk Surabaya, yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Kota ini telah mengalami peningkatan suhu yang signifikan, dengan suhu udara mencapai hingga 43 derajat Celsius menjadi kondisi yang biasa. Perubahan suhu ini bukan hanya mempengaruhi aktivitas sehari-hari masyarakat, tetapi juga membawa dampak yang lebih luas terhadap kesehatan dan ekonomi.
Cuaca panas ekstrem di Surabaya menimbulkan berbagai tantangan bagi penduduk lokal dan khususnya bagi mahasiswa rantau. Mahasiswa yang datang dari daerah dengan iklim yang lebih sejuk, seperti daerah pegunungan atau wilayah yang jauh dari pantai, sering kali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan suhu yang sangat tinggi. Adaptasi terhadap perubahan ini tidak selalu mudah dan dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Tantangan ini mencakup aspek kesehatan, seperti peningkatan risiko dehidrasi dan heat stroke, serta penurunan produktivitas dan kepuasan hidup secara umum.
Untuk mengatasi dampak yang semakin parah dari perubahan iklim, mahasiswa rantau di Surabaya dapat berkontribusi dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan meningkatkan efisiensi energi di kehidupan sehari-hari, seperti menggunakan panel surya atau energi angin sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, mahasiswa juga perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perubahan iklim dan langkah-langkah praktis yang bisa diambil, seperti mengurangi jejak karbon pribadi dengan cara lebih sering berjalan kaki atau bersepeda, serta mendukung kebijakan lingkungan yang berkelanjutan.
Selain itu, menjaga diri dari efek cuaca panas ekstrem juga penting. Mahasiswa bisa mulai dengan hal-hal sederhana seperti menggunakan sunscreen untuk melindungi kulit dari sinar UV, mengenakan pakaian yang ringan dan nyaman, serta selalu membawa botol air minum untuk tetap terhidrasi. Memanfaatkan ruang hijau kota untuk beristirahat dan beraktivitas di luar ruangan juga dapat membantu mengurangi dampak panas.
Pemerintah berperan penting dalam menghadapi perubahan iklim dengan meningkatkan infrastruktur seperti sistem irigasi dan ruang hijau untuk mengurangi suhu dan menyediakan tempat teduh bagi warga, termasuk mahasiswa rantau. Selain itu, pemerintah harus meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi dan pelatihan tentang cara menghadapi cuaca ekstrem, pentingnya hidrasi, penggunaan pakaian yang sesuai, dan pengelolaan aktivitas luar ruangan. Edukasi ini juga harus mencakup informasi tentang perubahan iklim dan langkah-langkah mitigasi serta adaptasi yang bisa dilakukan oleh individu dan komunitas.
Secara keseluruhan, perubahan iklim di Surabaya menimbulkan tantangan besar, terutama bagi mahasiswa rantau yang tidak terbiasa dengan suhu panas ekstrem. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya kolaboratif dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk individu, komunitas, dan pemerintah, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kesadaran serta tindakan dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan langkah-langkah yang tepat, Surabaya dapat menjadi contoh kota yang resilient dan adaptif terhadap tantangan iklim masa depan.
Adinda Fadhilah Alibasyah
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.