Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kholid mawardi mawardi

Implikasi Kerusakan Otak Terhadap Kemampuan Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi

Edukasi | Tuesday, 14 May 2024, 23:48 WIB

Komunikasi merupakan hal yang begitu penting pada kehidupan manusia. Komunikasi digunakan untuk pertukaran pesan yang mengandung makna dari satu orang ke orang yang lainnya. Dalam berkomunikasi juga harus memiliki bahasa yang baik dan mudah dipahami, sehingga pesan serta informasi yang disampaikan mudah dipahami oleh lawan bicara. Bahasa pada umumnya diutarakan melalui lisan, namun dapat melalui beberapa perantara lainnya seperti tulisan dan bahasa tubuh (isyarat). Kemampuan berbahasa sering kali sebagai ukuran kecerdasan seseorang, semakin cepat seseorang menguasai bahasa dalam berkomunikasi maka dianggap memiliki kecerdasan yang lebih tetapi secara teori tidak demikian (Yunita et al., 2023). Kemampuan manusia dalam mengelola dan menguasai bahasa diatur oleh sistem otak. Sistem otak manusia terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak kecil, otak besar, dan batang otak serta berbentuk seperti sarung tinju ketika dilihat dari luar. Bagian yang sangat berperan pada kemampuan berbahasa yaitu otak besar dan bagian ini disebut dengan korteks serebral. Korteks serebral merupakan bagian terbesar dari sistem otak manusia yang tampak seperti gumpalan putih dan memiliki fungsi untuk mengatur serta mengelola proses berpikir (kognitif) pada manusia, salah satunya yaitu bahasa (Harianja, n.d.).

Korteks serebral terbagi menjadi dua bagian, yaitu hemisfer kanan (belahan otak kanan), dan hemisfer kiri (belahan otak kiri). Hemisfir kanan lebih berperan pada kemampuan dalam menarik inferensi, mengurutkan peristiwa dalam sebuah cerita, dan mengontrol pemrosesan informasi spasial dan visual. Sementara hemisfir kiri berperan dan bertanggung jawab atas kebahasaan dan bagian ini paling mendominasi dalam kemampuan berbahasa pada manusia. Hemisfer kanan sebenarnya juga mempengaruhi kebahasaan seseorang, tetapi tidak seintensif hemisfer kiri (Anisah, 2019). Hemisfir kiri memiliki peran penting dalam kemampuan berbahasa pada manusia. Namun ketika hemisfir kiri mengalami permasalahan dan mengalami kerusakan, maka akan mempengaruhi kebahasaan seseorang dan memunculkan gangguan, seperti gangguan wicara. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa peniliti yang menyatakan bahwa jika hemisfir kiri mengalami permasalahan, maka akan mengalami beberapa gangguan seperti gangguan wicara dan bahkan akan menurun secara drastis. Gangguan berbicara terjadi akibat kerusakan pada otak karena kurangnya aliran darah ke otak, penyempitan pembuluh darah, dan berbagai masalah lain yang berujung pada berkurangnya pasokan oksigen. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat menimbulkan penyakit yaitu stroke.

Stroke akan memunculkan beberapa akibat karena terdapat kontrol silang antara hemisfer kanan dan hemisfer kiri, sehingga ketika stroke terjadi pada hemisfer kanan maka bagian muka dan tubuh sebelah kiri akan mengalami gangguan atau permasalahan. Sebaliknya, apabila stroke terjadi pada hemisfer kiri, bagian tubuh sebelah kanan akan mengalami gangguan. Stroke dapat mengakibatkan gangguan berbicara dan gangguan ini disebut afasia (aphasia) (Muzaiyanah, 2018). Afasia (aphasia) terdiri dari berbagai macam, yaitu afasia broca, afasia wernicke, afasia global, afasia anomik, dan afasia konduksi. Afasia broca terjadi di daerah broca, daerah ini berdekatan dengan daerah korteks motor sehingga alat-alat untuk berbicara seperti mulut mengalami gangguan dan dapat membuat mulut miring ke kiri atau kanan. Afasia broca dapat menyebakan gangguan perencanaan dan gangguan pengungkapan bahasa yang membuat kalimat yang diucapkan terbata-bata, lafalnya tidak jelas karena pita suara juga terganggu.

Selanjutnya afasia wernicke, kerusakan ini berada di daerah wernicke, yaitu terletak pada bagian sedikit belakang dari lobe temporal namun korteks yang berdekatan juga bisa terkena gangguan. Penderita ini lancar dalam berbicara tetapi kalimat yang diucapkan sulit di pahami dan dimengerti, karena terdapat kosa kata yang tidak sesuai makna dengan kata sebelum dan sesudahnya serta kesulitan dalam mencerna dan memahami yang dikatakan oleh orang lain. Setelah afasia wernicke, terdapat gangguan yang terjadi karena kerusakan otak di bagian depan lobe parietal yang biasanya disebut afasia anomik. Afasia anomik menyebabkan ketidakmampuan dalam menyebutkan nama suatu benda atau mengasosiasikan dengan konsep, bunyi atau suara, dan kata-kata yang mewakilinya.

Afasia global terjadi karena beberapa kerusakan di daerah lain dan tersebar di daerah broca, melalui korteks motor dan diteruskan ke lobe parietal menuju ke daerah wernicke. Gangguan ini menyebabkan penderitanya lumpuh di bagian kanan, mulut menjadi miring, dan lidah menjadi tidak fleksibel. Dampak lain dari gangguan ini adalah ketika berbicara tidak cukup jelas dan kesulitan dalam memahami perkataan orang lain. Dan yang terakhir afasia konduksi, hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan pada bagian fiber fasikulus arkuat sebagai penghubung antara lobe frontal dengan lobe temporal dan hal ini menyebabkan penderita afasia konduksi ini tidak mampu mengucapkan kata dan kalimat yang baru saja diberikan kepadanya karena terdapat keterputusan antara area Broca di lobus frontal yang bertanggung jawab untuk produksi, dan area Wernicke di lobus temporal yang bertanggung jawab untuk pemahaman.

Macam-macam afasia ini menyebabkan gangguan dalam berbicara dan ketidakmampuan dalam beberapa hal kebahasaan. Hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi serta menggunakan bahasa yang baik dan benar, namun terdapat cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan yang terjadi karena afasia, seperti terapi bahasa, dukungan keluarga dan teman, latihan berulang dalam berbicara, dan konsultasi dengan spesialis.

Penulia: Kholid Mawardi_230401110304_UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Referensi:

Anisah, Z. (2019). Relevansi Operasional Bahasa dengan Otak Manusia. Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 12(2). https://doi.org/10.30651/st.v12i2.2901

Harianja, N. (n.d.). HUBUNGAN BAHASA DENGAN OTAK.

Muzaiyanah, M. (2018). LANDASAN BIOLOGIS PADA BAHASA. Ghaidan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam dan Kemasyarakatan, 1(1), 77–88. https://doi.org/10.19109/ghaidan.v1i1.2035

Yunita, E., Sukoco, I. W., & Rosidin, O. (2023). PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK PENDERITA GAGAP (STUTTERING) PASCAKEJANG. 6(1).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image