Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nathanael Indra

Kecerdasan Buatan dalam Akuntansi: Rekan Kerja atau Pengganti Manusia

Teknologi | Saturday, 04 May 2024, 21:29 WIB

Dunia terus berubah, hari demi hari terjadi perkembangan yang tidak dapat kita duga. Mulai dari era dimana kekuatan fisik menjadi penentu untuk bisa bertahan hidup, hingga masuknya era dimana mesin uap merajalela dimana-mana. Lalu saat ini, era dimana hampir semua peralatan saling terkoneksi satu sama lain, dan kecerdasan buatan menjadi “rekan” kerja manusia. Hal ini juga pekerjaan manusia, salah satunya dalam bidang ekonomi, terutama dalam peran seorang akuntan.

Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan merupakan suatu teknologi yang meniru cara berpikir logika manusia, berdasarkan data-data yang diberikan. AI dapat berpikir dan bernalar secara rasional seperti manusia tanpa merasa lelah. Dengan adanya AI ini manusia dapat bekerja secara lebih efisien sehingga pekerjaan akan selesai lebih cepat dengan hasil yang memuaskan. Namun apa peran AI dalam pekerjaan seorang akuntan? Akankah pekerjaannya dapat selesai dengan cepat jika bekerja sama, atau perannya malah tergantikan sepenuhnya oleh AI ini?

AI: bekerja sama dengan manusia atau menggantikan pekerjaan manusia?

Implementasi AI dalam akuntansi telah meningkatkan efisiensi pengolahan data, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan daya saing perusahaan dalam industri akuntansi. Ditambah dengan penggunaan AI ini, perusahaan dapat menghemat biaya operasional serta memberikan wawasan dan informasi yang lebih baik kepada manajemen dalam pengambilan keputusan. Selain itu, AI dapat membantu dalam menghindari kecurangan keuangan dengan memisahkan posisi yang tidak kompatibel dan meningkatkan kualitas informasi dalam laporan keuangan.

Dari manfaat dan keuntungan tersebut, tentunya menjadi alasan yang membuat beberapa perusahaan menggunakan AI. Beberapa perusahaan tersebut diantaranya adalah Deloitte dan KPMG. Deloitte merupakan suatu perusahaan penyedia layanan akuntan, auditor, pengawas finansial, dan sebagainya secara global yang sudah berdiri dari tahun 1985. KPMG merupakan organisasi global juga yang melayani profesional auditor, perpajakan, dan pengawasan keuangan yang berdiri dari tahun 1987. Kedua perusahaan besar bertaraf internasional tersebut sudah menerapkan penggunaan AI sebagai “rekan” kerja dari para pekerja mereka, terutama dalam pembukuan keuangan. Selain itu AI ini juga digunakan dalam melacak kesalahan dalam laporan sehingga mengurangi pemalsuan laporan dan tindakan korupsi.

Namun karena peran tersebut, AI berpotensi menghilangkan unsur manusia dalam akuntansi. Pekerjaan manusia yang dilakukan secara repetitif, akan digantikan oleh AI. Misalnya tugas sederhana seorang akuntan untuk menginput data keuangan lalu dipisahkan berdasarkan kriteria tertentu, dianalisis perubahan yang terjadi, menyimpulkan apa yang terjadi dalam data, dan menyampaikan hasilnya. Hal sederhana tersebut dapat digantikan oleh AI, kita hanya perlu memasukan data keuangan yang diminta, dan dalam waktu beberapa detik, sudah diperoleh tampilan data yang tersusun rapi, disertai hasil analisis terhadap data keuangan tersebut. Karena hal ini beberapa orang beranggapan bahwa dalam waktu dekat pekerjaan seorang akuntan akan musnah karena AI.

Namun hal tersebut tidaklah benar. Memang tugas sederhana yang berulang dapat digantikan oleh AI, tapi tugas seorang akuntan lebih daripada itu. Pekerjaan seorang akuntan juga terlibat dalam pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang dan evaluasi akan resiko yang akurat. AI dapat membantu dalam memproses data dan menganalisis secara sederhana. Akan tetapi kemampuan untuk menganalisa informasi finansial yang begitu kompleks, membuat keputusan,serta memberikan wawasan sesuai data yang ada, masih membutuhkan keahlian dan penilaian manusia.

Sejatinya, kecerdasan buatan tidak dapat menyamai “kecerdasan” manusia yang sebenarnya. Artificial Intelligence sejatinya dibuat untuk membantu manusia, bukan untuk menggantikannya. Peran AI akan memudahkan manusia dan meningkatkan efisiensi kerja dari manusia itu sendiri. Teknologi akan terus berkembang, maka manusia juga harus terus berkembang dan belajar banyak hal baru. AI hadir sebagai rekan manusia untuk berkembang mencapai kemampuan optimalnya, bukannya malah membuat manusia takut akan tergantikan olehnya. Dalam hal pekerjaan seorang akuntan, tugas sederhana yang berulang dapat digantikan oleh AI, namun pengambilan keputusan dan evaluasi resiko tetap berada ditangan manusia. Oleh karena itu, manusia harus terus berkembang apabila tidak ingin digantikan, terlebih lagi setelah hadirnya AI dalam kehidupan manusia itu sendiri.

Ditulis oleh Nathanel Indra Raharjo Paseran

Prodi Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan, Universitas Airlangga

Referensi

  1. Li, Z., & Zheng, L. (2018). The Impact of Artificial Intelligence on Accounting. Proceedings of the 2018 4th International Conference on Social Science and Higher Education (ICSSHE 2018), 181(2352-5398). https://doi.org/10.2991/icsshe-18.2018.203
  2. Mohammad, S. J., Hamad, A. K., Borgi, H., Thu, P. A., Sial, M. S., & Alhadidi, A. A. (2020). How Artificial Intelligence Changes the Future of Accounting Industry. International Journal of Economics and Business Administration, VIII(Issue 3), 478–488. https://doi.org/10.35808/ijeba/538
  3. Manel, H. A., Sania, W., Fadhillah, N., & Mahmud, A. (2023). Implementasi Artificial Intelligence dalam Sistem Informasi Akuntansi dan Manajemen. Jurnal Akuntansi Bisnis Dan Ekonomi (JABE), 9(2), 3460–3467. https://doi.org/10.33197/jabe.vol9.iss2.2023.1181
  4. Pasyarani, L. (2023). REVITALISASI AKUNTANSI DENGAN PENERAPAN KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE). Jurnal Ilmu Data, 3(2). http://ilmudata.org/index.php/ilmudata/article/view/323/308

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image