Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Afy Rizky Awalia

Pendekatan Teaching At The Right Level (TaRL) di Kurikulum Merdeka

Eduaksi | 2024-05-03 12:58:32

Setiap anak memiliki perbedaan, Setiap anak memiliki kemampuan dan keunikannya masing-masing terlebih dalam proses perkembangan pengetahuan (kognitif). Terlebih, salah satu yang mempengaruhi faktor dalam proses belajar adalah kemampuan awal pada anak (siswa). Setiap siswa memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda. Sehingga, ada siswa yang menangkap pembelajaran sangat cepat karena memiliki kemampuan awal yang bagus tetapi ada yang pemahamannya lambat karena kemampuan awalnya kurang. Hal ini sangat berdampak pada proses belajar siswa.

Dalam permasalah tersebut, kurikulum merdeka memberikan kebebasan kepada guru untuk menentukan perangkat pembelajaran, mengelola kelas, kebebasan dalam cara menyampaikan materi. Kurikulum merdeka menjadi suatu terobosan baru yang dapat memberikan dorongan bagi siswa untuk ikut aktif dalam proses kegiatan pembelajaran dan membebaskan siswa memilih bagaimana mereka ingin belajar. Salah satu upaya yang dilakukan dalam memberikan fasilitas tersebut dengan melalui Pendekatan Teaching at the right level (TaRL).

Apa Itu Teaching at the right level (TaRL)l?

Teaching at The Right Level (TaRL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memperhatikan capaian siswa dan memiliki tujuan untuk mempermudah siswa menguasai pelajaran dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkatan kemampuan siswa yang terdiri dari tingkatan kemampuan rendah, sedang, dan tinggi bukan berdasarkan tingkatan kelas maupun usia. Pendekatan TaRL pada Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas dalam mengajar sesuai dengan kapasitas siswa. TaRL memperhatikan bakat individu siswa dalam proses pembelajarannya. Teknik ini dibuat dengan memodifikasi prestasi, tingkat keterampilan, dan kebutuhan siswa.

Apa kelebihan dari TaRL?

TaRL dapat membuat pembelajaran yang berpihak pada siswa karena memperhatikan latar belakang dan minat dari masing-masing siswa. TaRL ini berpusat pada siswa, bukan hanya kepada guru sehingga peserta lebih aktif dan menguatkan pembelajaran sesuai kemampuan mereka. Pendekatan yang mengupayakan setiap siswa mendapatkan hak belajar yang sama walaupun berbeda kemampuan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Pembelajaran dengan pendekatan TaRL memungkinkan siswa untuk membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, berlatih menghitung, mendemonstrasikan aktivitas, berkolaborasi, dan bergerak di sekitar kelas. TaRL menggabungkan aktivitas seluruh kelompok dan individu, serta memberikan kesempatan untuk belajar dengan tutor sebaya. Guru memberikan umpan balik yang positif dan memotivasi siswa untuk belajar. Untuk meningkatkan rasa percaya diri, membuat siswa bersemangat dan aktif dalam belajar.

Lalu Bagaimana penerapannya TaRL ini?

Dalam mengimplementasikan TaRL, ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti dilakukannya Asesmen Diagnostik (penilaian diawal pembelajaran). Penilaian diawal pembelajarn ini terbagi menjadi dua yaitu yang kognitif (pengetahuan) atau yang kon kognitif. Tujuan dilakukannya penilaian ini untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Penilaian ini dapat dilakukan melalui kegiatan observasi, tanya jawab, maupun tes tertulis. Setelah penilaian ini dilaksanakan, guru dapat menggunakan hasil dari penilaian tersebut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada TaRL, setelah siswa melaksanakan penilaian, siswa dikelompokkan sesuai dengan level (hasil dari penilaian) yang mereka miliki dan mendapatkan perlakuan sesuai dengan level tersebut.

Setalah melakukan penilaian guru melakukan pembelajaran yang beragam (berdiferensiadsi) untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya. Pada pembelajaran ini, guru memberikan pemahaman terhadap materi dengan memperhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar siswa. Selain itu, guru juga dapat melakukan modifikasi terhadap isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar. Pembelajaran ini dapat diterapkan dengan menciptakan suasana kelas yang mendukung meningkatnya mutu pembelajaran melalui kerja sama dan penghargaan terhadap perbedaan. Pembelajaran ini memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan menghargai keberagaman siswa.

Contoh pembelajaran dengan TaRL?

Guru mengelompokan siswa sesuai levelnya dan membuat tujuan pembelajaran yang berbeda untuk setiap tingkatan level dengan topik materi yang sama contoh:

Rendah : Melalui kegiatan pembelajaran model Project based learning dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme Siswa secara kreatif mampu mengidentifikasi masalah terkait pencemaran lingkungan di sekitar tempat tinggal atau sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab dan kerja sama.

Sedang :Melalui kegiatan pembelajaran model Project based learning dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme Siswa secara kreatif mampu memecahkan masalah terkait pencemaran lingkungan di sekitar tempat tinggal atau sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab dan kerja sama.

Tinggi : Melalui kegiatan pembelajaran model Project based learning dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme Siswa secara kreatif mampu menyusun gagasan solusi terkait mecegah dan mengatasi pencemaran lingkungan di sekitar tempat tinggal atau sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab dan kerja sama.

Hal ini agar pembelajaran dibuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Atau guru bisa membagi membagi sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa bisa berupa audio, visual, dan kinestetik.

Dari penjelasan diatas, kurikulum Merdeka lebih menekankan untuk pembelajaran dengan penggunaan TaRL. Tak salah jika konsep dari TaRL (Teaching at The Right Level) menjadi solusi dari pembelajaran yang siswa memiliki keragaman dalam kemampuan awal atau latar belakang serta minat. Guru dapat mengembangkan berbagai model, metode, atau teknik yang memungkinkan pendekatan ini dilaksanakan dengan baik bagi siswa. Pada akhirnya, diharapkan capaian pembelajaran dapat tercapai sesuai kesiapan dan kemampuan siswa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image