Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Berkemah di Kota Seribu Tenda

Agama | 2024-04-29 06:56:05

Ketika umrah di luar musim haji, jamaah seringkali diajak melintasi Mina, kota seribu tenda yang sangat ramai saat musim haji tiba. Jamaah tidak turun ke lokasi, hanya sambil berkendara di atas bus yang berjalan pelan diiringi penjelasan dari pemandu memandangi pucuk-pucuk tenda yang bertebaran di sisi kanan kiri jalan.

Maka, nikmat berkesempatan berhaji dan benar-benar menjadi salahsatu penghuni tenda di Mina merupakan anugerah istimewa yang patut disyukuri. Beribadah mabit atau menginap di Mina.

Mina merupakan suatu tempat dimana jamaah haji diperintahkan untuk bermukim dan bermalam di sana pada hari-hari yang ditentukan. Rentang waktu mulai tanggal 8 hingga 13 Dzulhijah, termasuk rangkaian ibadah ke Arafah dan Musdalifah, hingga kembali ke Mina. Rencananya kelompok kami mengikuti nafar tsani. Kami mengawali rangkaian ibadah haji dengan berpakaian ihram dan berangkat ke Mina pada Senin, 8 Dzulhijah 1444 H atau 26 Juni 2023.

Menurut Syaikh Shafiyur Rahman Al Mubarak Furi dalam buku 'Sejarah Mekkah Al Mukarramah' disebutkan bahwa batas Mina yaitu antara perkampungan di lembah Al Muhassar hingga Aqabah, tempat melempar jumrah. Terdapat pemandangan perbukitan di sekitarnya.

Beberapa jamaah Sidoarjo menikmati suasana tenda di Mina

Begitu turun dari bus, kami berjalan mencari lorong pintu masuk sesuai nomor yang diinformasikan. Untuk efisiensi, isi tas perbekalan kami tidak banyak, secukupnya saja.

Zona atau kawasan tenda sudah dibagi-bagi per negara, bahkan per daerah. Ketika masih di hotel sudah diberitahu peta perkemahan ini. Termasuk keterangan bahwa tenda kami dekat dengan masjid.

Sebelum memasuki lorong tenda, ada nomor besar di bagian depan pertanda jatah kita. Setelah berjalan menyusuri lorong atau gang pemisah antar tenda, kami menuju tenda kami yang ternyata sudah ada bendera khusus di bagian pintu tenda.

Menara masjid dan sebagian bangunannya di kawasan Mina itu kelihatan dari luar tenda kami. Ternyata itu adalah Masjid Kuwait. Hanya beberapa puluh meter dari tenda kami. Pada hari-hari berikutnya, ratusan jamaah haji Afrika dan China banyak menginap di masjid ini. Lokasi kami di Mina yaitu di gang dekat street 608 sekitar King Abdullah Road Mina.

Pintu penjagaan keluar masuk kawasan tenda di Mina

Sesaat kami memasuki tenda, ternyata benar kabar sebelumnya bahwa daya tampung tenda cukup terbatas. Jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah jamaah, alias kurang. Akhirnya, antar kasur harus dirapatkan atau mepet agar dapat muat lebih banyak.

Di bawah naungan tenda yang bertiang galvalum, tenda terbuat dari terpal yang tebal berwarna putih tulang, pintunya juga dari terpal yang konon tahan api, menjadi area persinggahan kami.

Di atas karpet terdapat kasur putih berukuran lebar sekitar 45 cm, dan panjang 190 cm. Agak full pressed body memang, tetapi tetap harus dinikmati dan bersyukur. Minimal dapat untuk istirahat sebentar sebelum berangkat ke Jamarat. Tenda dilengkapi bantal juga. Pun ada pula AC central pendingin ruangan

Berjarak beberapa meter dari tenda kami ada toilet belasan pintu dan tempat wudhu yang digunakan bersama-sama. Sudah selayaknya jamaah tertib antri dan ikut menjaga kebersihan. Di Mina tidak ada kegiatan mencuci baju, selain waktunya yang urgen, istimewa, dan terbatas, juga tidak ada jemuran.

Di luar tenda ada tempat dispenser air panas yang digunakan untuk membuat minuman hangat dan mi instant. Kami pun mendapat jatah nasi catering lengkap dengan buahnya yang berganti-ganti.

Karena bentuk dan rupanya sama, maka kami menghapalkan jalur keluar masuk tenda. Pantia dari KBIH kami kretif dengan memasangi bendera penanda di samping pintu tenda.

Sebagian kegiatan kami selama di tenda yaitu salat, istirahat, rebahan untuk mengumpulkan tenaga persiapan jalan kaki pergi pulang lempar jumrah yang berjarak 3,4 km sehingga total 6,8 km untuk hari yang berbeda.

Sebagian ada pula yang sempat berbelanja pernak-pernik haji dari penjual orang-orang Pakistan dan Bangladesh di jalanan umum.

Demi keamanan, ada petugas penjaga di pintu keluar-masuk tenda yang perbatasan jalan umum, sehingga kalau keluar sebaiknya membawa identitas haji. Mereka umumnya ramah-ramah, bahkan sering menyapa kami yang pulang dari Masjid Kuwait. Indonesia! Indonesia! Sapanya dengan antusias.

Berada di bawah naungan tenda Kota Mina beberapa hari, menjalani intisari rangkaian ibadah haji, menjadi memori yang terus terpatri di hati. Hingga kini dan semoga juga nanti. (Malang, 28 April 2024)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image