Mengenal Fenomena Tech Winter sebagai Ancaman Sekaligus Peluang Bagi Perusahaan Startup
Teknologi | 2024-04-24 10:18:32Mengenal Lebih Jauh Fenomena “Tech Winter” Sebagai Ancaman Sekaligus Peluang bagi Perusahaan Startup
Indonesia merupakan negara dengan startup terbanyak nomor satu di ASEAN pada awal 2024. Menurut data Startup Ranking, perusahaan statistik asal Peru, ada 2.562 startup di Indonesia pada 11 Januari 2024. Dengan jumlah tersebut Indonesia mampu mengalahkan Singapura yang berada di urutan kedua ASEAN dengan 1.179 startup.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/01/11/awal-2024-indonesia-punya-startup-terbanyak-di-asean
Perusahaan Startup didefinisikan sebagai perusahaan rintisan dengan usia maksimal 10 tahun yang memiliki kompetensi, inovasi, dan basis teknologi yang kuat, serta kemampuan untuk mempercepat pertumbuhan usaha. Beberapa startup terkenal di Indonesia adalah Tokopedia,Gojek,Grab,Shopee.
Menurut hasil riset yang dilakukan oleh perusahaan teknologi, Dell EMC Indonesia, sebanyak 94 persen Gen Z Indonesia yang menjadi responden survei dalam penelitian menyatakan berminat terhadap pekerjaan yang berbau teknologi. Berdasarkan survei ini dapat diperkirakan akan terjadi lonjakan lamaran kerja dan persaingan yang ketat di sektor teknologi yg erat kaitannya dengan startup.
Namun perlu disadari,selain tingginya persaingan dan minat kerja di bidang teknologi ada lagi yang perlu diperhatikan bagi para pelamar yaitu Fenomena “Tech Winter”. Fenomena tersebut menjadi momok bagi perusahaan terutama yang baru rintis dan belum memiliki pondasi investor yang kuat. Istilah ini muncul ke permukaan dan meluas di Indonesia pada akhir tahun 2022. Tech Winter menjadi salah satu problematika serius bagi startup karena mampu mengancam keberlangsungan baik perusahaan maupun karyawan perusahaan itu sendiri.
Pengertian Tech Winter
Tech Winter adalah masa dimana perusahaan mengalami kesulitan pembiayaan akibat berkurang atau melemahnya investor sehingga aktivitas bisnis tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Apabila perusahaan tidak bisa me- maintenance dengan baik maka bisa terjadi ketidakstabilan,bahkan berujung pada kebangkrutan. Fenomena ini sebetulnya sudah terjadi sejak tahun 1985, kemudian kembali terjadi pada tahun 1999 hingga 2000 dan tahun 2008 hingga 2009, namun baru mencuat di tahun 2022.
Dampak dari tech winter berujung dengan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan secara massal dalam suatu perusahaan atau bisa juga dengan pemberhentian sementara. Langkah ini dilakukan oleh perusahaan untuk mengimbangi kekurangan dana dari investor dan menekan biaya agar bisnis tetap berjalan.
Berdasarkan data dari CNBC sepanjang 2023 total karyawan dari perusahaan teknologi besar yang dipecat sudah mencapai 37.526 pekerja dengan melibatkan 122 perusahaan. Gelombang PHK klimaks terjadi di bulan November 2022 yakni mencapai 52.135 orang dari total 220 perusahaan pada setahun terakhir. Indonesia juga tak luput dari fenomena tersebut. Sebanyak 11.626 orang tercatat di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menjadi korban PHK di seluruh Indonesia pada Januari hingga Oktober 2022.
Penyebab Tech Winter
1. Dampak Pandemi Covid – 19
Pandemi Covid-19 telah mengganggu ekonomi global, mengakibatkan penurunan produksi, penutupan bisnis, dan meningkatnya ketidakpastian. Industri teknologi, meskipun beberapa sektor seperti e-commerce dan layanan digital mengalami pertumbuhan, tetap terpengaruh oleh perlambatan ekonomi secara keseluruhan.
2. Sikap Investor yang Cenderung Wait and See
Ekonomi global diprediksi akan mengalami penurunan oleh karena itu para investor menjadi lebih berhati- hati dalam menyalurkan dananya dan lebih memilih untuk wait and see bagaimana rekam karir perusahaan.
3. Meningkatnya Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS)
Meningkatnya suku bunga bank dapat menyebabkan kenaikan biaya modal investasi. Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman cenderung naik, yang pada gilirannya dapat membuat modal menjadi lebih mahal bagi perusahaan
4. Ketegangan Geopolitik antara Rusia Ketegangan Geopolitik antara Rusia dan Ukraina Ketegangan geopolitik menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global, yang mengganggu arus modal dan investasi sehingga mempengaruhi pertumbuhan industri teknologi.
Ancaman dan Peluang Tech Winter
Tidak dapat dipungkiri Tech Winter memang menjadi masalah serius bagi perusahaan berbasis teknologi. Bahkan fenomena ini telah menjadi satu dari tujuh sorotan isu dalam Catatan Akhir Tahun 2023 Industri Financial Technology dan Ekonomi Digital oleh Indonesia Fintech Society (IFSoc) secara daring, Jumat (29/12/2023). Tech winter menjadi factor utama tumbangnya satu per satu perusahaan startup.
Meskipun begitu tech winter juga membawa dampak yang positif bagi perusahaan. Dengan mengalami tech winter, mampu membuka pandangan untuk lebih menguatkan core bisnis dan focus pada produk yang dihasilkan, memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk berkonsolidasi, dan menghemat biaya. Begitu pula bagi pelamar kerja, tech winter meningkatkan kesadaran mereka untuk terus mengupgrade hardskill dan softskill agar tetap bisa bertahan di tengah gempuran tech winter.
Penulis : Atika Nur Fitri | Mahasiswa Teknologi Sains Data UNAIR | 24 April 2024
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.