Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cut Putri Cory

Roket-roket Iran Melintasi ‘Luka’ Masjid Al Aqsa

Politik | Tuesday, 23 Apr 2024, 14:10 WIB

Kemarahan ini bukan karena Masjid Al-Aqsa diduduki. Roket-roket yang muntah dan meledak di tanah tempat berdiam kaum yahudi itu bukan dilempar dengan tujuan tauhid, tapi didasari oleh pragmatisme politik sekuler. Meskipun belakangan muncul narasi pembelaan terhadap Palestina, namun yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa Iran harus menunggu lebih dari 30.000 orang syahid dulu untuk menolong Palestina? Kenapa tak dari dulu?

____________________________

Oleh: Cut Putri Cory (Ibu Pembelajar)

Umat Islam dunia berdebar-debar atas serangan Iran ke Yahudi, ada yang harap-harap cemas mendoakan agar tepatlah sasaran roket-roket yang melangit di atas Masjid Al-Aqsa itu ke jantung pertahanan Israel. Asanya, agar Israel hancur dan Palestina bisa bebas. Dalam serangan itu, Israel, melalui pemberitaan media nampak panik. Berbagai akun media sosial khususnya Instagram mengabarkan situasi terkini tentang ketakutan yang mewujud di bandara wilayah zionis itu terkait gelombang manusia yang tumpah ruah untuk lari dari Israel. Mereka semua ketakutan dan berusaha sesegera mungkin meninggalkan tanah umat Islam itu ke negara lain untuk menyelamatkan diri.

Di satu sisi, ratusan roket Iran yang menyerbu Israel memberi ruang teduh bagi penduduk Baitul Maqdis yang diduduki, walau sejenak. Begitu bahagianya lepas dari penjajahan walau hanya hitungan jam. Hal ini menggambarkan bahwa memang kezaliman yang dilakukan zionis yahudi kepada kaum Muslimin di Palestina memang tak henti-hentinya.

Di sisi lain, ada umat Islam dunia yang hampir tak bisa dilihat penolakannya terhadap pembelaan terhadap Palestina. Serangan Iran disambut baik, bahkan Iran dianggap satu-satunya negara yang paling “Jantan” untuk berduel langsung dengan Israel. Lebih dari itu, umat Islam sempat menganggap bahwa apa yang dilakukan Iran adalah untuk membela kemuliaan Masjid Al-Aqsa.

Namun secara empirik dipahami bahwa serangan itu dilatarbelakangi oleh provokasi Israel yang terus menerus sampai terakhir menyerang kedubes Iran di wilayah Damaskus, Suriah. Serangan Israel ini menyebabkan salah satu tokoh militer Iran tewas, dan sungguh provokasi ini bukanlah yang pertama, karena tercatat sejak tahun-tahun sebelumnya kematian tokoh-tokoh sentral dalam dunia militer Iran yang tewas karena kedengkian kaum yahudi.

Jadi, ini serangan balasan. Kemarahan ini bukan karena Masjid Al-Aqsa diduduki. Roket-roket yang muntah dan meledak di tanah tempat berdiam kaum yahudi itu bukan dilempar dengan tujuan tauhid, tapi didasari oleh pragmatisme politik sekuler. Meskipun belakangan muncul narasi pembelaan terhadap Palestina, namun yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa Iran harus menunggu lebih dari 30.000 orang syahid dulu untuk menolong Palestina? Kenapa tak dari dulu? Jawaban dari pertanyaan itu tentu menjadikan kita semua paham bahwa semakin kuatlah keyakinan terhadap analisis peristiwa itu. Agaknya permainan respons Iran yang seimbang dan disiplin sesuai kemauan Amerika mengungkap beberapa hal.

Pertama, orang-orang Yahudi itu takut, mereka hanya pengecut yang sedang panik mengetahui realita persatuan umat Muhammad Saw sudah di depan mata, sehingga berusaha keras mempertahankan hegemoninya dengan melakukan berbagai kekerasan. Fakta serangan Iran ini menampakkan rasa takut hebat yang memenuhi hati orang-orang Yahudi dari tua hingga muda.

Kedua, rezim yang bertetangga dengan Palestina adalah garis pertahanan pertama bagi entitas Yahudi. Sejumlah negara Arab seperti Yordania, UEA dan Arab Saudi diketahui telah memberikan bantuannya dalam menghalau serangan Iran yang menuju ke Israel. Membingungkan memang, setidaknya bagi umat Islam dunia.

Hal ini menimbulkan tanda tanya besar dari berbagai pihak. Serangan rudal Iran yang dilancarkan ke Israel beberapa waktu lalu terbilang gagal karena ikut campurnya beberapa negara Arab. Dimana kala itu Yordania ikut serta menghalau rudal menggunakan kekuatan armada udaranya. Tak hanya Yordania, Arab Saudi dan UEA juga diduga telah berbagi informasi intelijen tentang rencana Iran dengan AS setelah mereka diberi pengarahan tentang cara menjaga wilayah udara mereka, menurut The Wall Street Journal. Sedangkan menurut Foreign Policy, Angkatan Udara Kerajaan Saudi juga menembak jatuh proyektil Iran yang terbang di wilayah udaranya.(Sindonews, 22/4/2024).

Inilah pengkhianatan yang begitu terang benderang yang harus dinalar secara pasti oleh umat Islam dunia. Mereka yang selama ini di dalam hatinya bertanya-tanya, apa yang dilakukan Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negeri-negeri Muslim lainnya yang menjadi lingkaran Kawasan Baitul Maqdis. Kenapa mereka tak mampu untuk untuk menolong? Padahal serangan “cubitan kecil” oleh Iran itu saja cukup untuk menggetarkan lutut Yahudi. Tapi apalah daya cinta terhadap kekuasaan dan materi telah merasuk ke dalam benak para penguasa negeri-negeri Muslimin, mereka tak menampakkan kecuali pengkhianatan yang terang.

Ketiga, pada akhirnya seluruh Muslimin dapat menyaksikan bahwa segala bentuk Upaya untuk melawan Israel akan selalu berlawanan dengan komitmen Barat untuk mendukung entitas Yahudi jika mereka terkena serangan dari luar, seperti yang ditunjukkan oleh posisi Inggris, Perancis, Dewan Eropa, dan Amerika di hadapan mereka. Jadi sejatinya yang dilawan oleh umat Islam adalah persatuan ideologi kapitalisme sekuler Barat yang digawangi AS, sehingga umat ini perlu kekuatan ideologis yang kebenarannya hakiki yaitu Islam untuk menghentikan laju gerak hegemoni AS sekaligus menghapus kapitalisme dari bumi Allah.

Keempat, tak bisa dipungkiri, tak boleh kita menutup mata, bahwa umat Islam bercita-cita untuk membebaskan Palestina dan melenyapkan entitas Yahudi. Ghirah kuat umat Islam dunia menyambut baik serangan Iran ini memang agak membuat kecewa karena dilatarbelakangi hal seperti sudah dijelaskan sebelumnya, sekaligus juga merupakan kekecewaan karena dia perlu menunggu waktu lama untuk entitas Yahudi zionis mendapatkan “cubitan kecil” nan singkat. Namun begitu, ghirah ini tak bisa diabaikan. Perasaan ingin membebaskan Baitul Maqdis lahir dari kuatnya akidah yang melahirkan ukhuwah Islam. Umat ini perlu untuk bersatu, bergerak bersama, di bawah komando pemimpin umat. Sebagaimana aktivitas salat, seluruh Muslimin baru akan berdiri dan menghadap Allah jika keberadaan Imam itu mewujud dan memberi kode persatuan.

Itulah yang dinanti-nantikan oleh Baitul Maqdis, pembelaan yang lahir dari akidah yang mempersatukan. Persatuan itulah niscaya yang dekat. Akan terjadi dengan aktivitas dakwah. umat Islam harus bangkit dan menyimak jalan dakwah Rasulullah Saw dan mengikutinya. Melakukan pembinaan terhadap umat ini, mengontak para tokoh untuk efektivitas dakwah, mencerdaskan pemikiran dalam proses pembinaan itu dan memunculkan kesadaran politik Islam yang mulia. Sehingga umat inilah yang meminta untuk dirinya agar dipersatukan dalam naungan peradaban Islam dan melakukan pembebasan terhadap salah satu masjid suci umat Islam, Masjid al-Aqsa.[]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image