Warga MTsN 3 Bantul Lepas Penat di Watu Goyang
Wisata | 2022-01-16 22:03:46Rutinitas pekerjaan terkadang menimbulkan kejenuhan. Sekali waktu perlu melepas penat, menyatu dengan alam untuk mencari udara segar.
Tampaknya itulah yang membuat para guru MTsN 3 Bantul mengunjungi obyek wisata Watu Goyang di dusun Cempluk, Mangunan, Dlingo, Bantul, Sabtu (15/1/2022). Untuk menuju ke lokasi ini, cukup mudah karena letaknya strategis berada di pinggir jalan raya Imogiri-Mangunan. Dari madrasah ke obyek wisata ini, berjarak sekitar 8 kilo meter yang dapat ditempuh dengan sepeda motor sekitar 16 menit saja.
Melewati jalanan ini yang mesti diingat adalah tidak boleh melebihi as jalan agar terhindar dari kecelakaan. Karena bisa saja tiba-tiba saja muncul kendaraan dari arah berlawanan. Dan yang lebih penting memeriksa kendaraan baik rem, ban, rantai, maupun bahan bakar dalam keadaan baik.
Pertama-tama pengunjung akan disambut dengan tugu megah berwarna coklat dengan list kuning emas bertuliskan “WATU GOYANG” di pinggir pintu masuk. Di dekat pintu masuk ada petugas yang akan melayani dengan ramah memberikan tiket dengan harga terjangkau. Tempat parkirnya luas cukup untuk menampung sepeda motor maupun beberapa mobil yang dipakai pengunjung.
Di sisi barat terdapat bangunan semacam tempat pertemuan yang bisa menampung sekitar 50 pengunjung jika diperlukan untuk semacam seremonial dilengkapi sound system sederhana. Di tempat inilah pihak pengelola obwis menerima instansi atau organisasi yang datang. Di dekat tempat restribusi ada warung makanan “Bu Hardi” yang lumayan komplit menyediakan kebutuhan pengganjal perut, seperti soto ayam, aneka minuman (es teh, es jeruk, teh panas, jeruk panas, wedang jahe), ada pula pisang goreng, mendoan yang tersaji panas-panas. Bu Hardi memang sengaja memasak langsung sesuai pesanan dari pengunjung. Menurutnya aneka makan yang tersaji akan lebih nikmat tentunya.
Nah, untuk melihat sensasi dan keindahan yang sesungguhnya, pengunjung mesti berjalan naik ke puncak Watu Goyang melalui jalan yang cukup lebat meski belum terlampau halus. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai puncak, dan beberapa tempat selfi sudah menanti.
Pertama ada papan kayu berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 2 meter disangga besi dan dikelilingi pagar besi. Jadi pengunjung tak perlu merasa cemas berada di tempat itu sambil memandang wilayah Imogiri dari ketinggian sehingga cukup indah.
Kedua ada jembatan bambu yang panjang di atas ketinggian juga dilengkapi dengan pagar kokoh di kanan-kiri. Tempat ini lebih menantang karena berada di atas jurang yang lumayang curam. Ketiga adalah potongan-potongan bambu yang dirangkai sedemikian rupa berbentuk lambang cinta, sementara di dekatnya ada patung burung Merak mengepakkan sayapnya turut menghias batu bertumpuk yang dinamakan Watu Goyang.
Sesuai keterangan di tulisan yang ada di tempat itu, Nitik Siti Arum merupakan laku spiritual dari Sultan Agung ketika mencari Siti Arum (tanah yang berbau wangi) sebagai tempat pemakamannya dan Raja-raja Mataram setelahnya. Siti Arum merupakan tanah dari Makkah yang dilempar ke bumi Mataram sewaktu beliau Haji. Setibanya di Mataram, beliau mencari tanah tersebut dengan berjalan mulai dari Kotagede hingga berhenti di Mangunan dan beristirahat di Watu Pengilon (Dusun Cempluk), Watu Simangu (Dusun Cempluk) dan Pertapaan Bengkung. Sultan Agung tiba di Pertapaan Bengkung saat masuk waktu Sholat, beliau berniat melakukan Sholat tetapi tidak ada air. Beliau menancapkan tongkat di sebelah batu besar dan keluarlah air yang digunakan untuk membersihkan diri/ berwudhu.
Setelah melakukan Sholat, kemudian berdoa memohon petunjuk (semedi), akhirnya mendapatkan wangsit bahwa yang akan menunjukkan tanah yang baunya harum (siti arum) adalah burung merak. Sultan Agung berjalan ke arah barat searah terbangnya burung merak. Burung merak hinggap di atas batu. Setelah Sultan Agung tiba di dekat batu itu, burung merak terbang kembali dan mengakibatkan batu itu bergerak (goyang). Sejak saat itu batu tersebut dikenal dengan batu/ Watu Goyang.
Setelah cukup menyusuri tempat eksotis tersebut segenap warga MTsN 3 Bantul merasa puas dan hatinya menjadi riang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.