Laki-laki dan Patah Hati
Curhat | 2024-04-18 18:57:26Seringkali laki-laki menggunakan logika sebagai dasar dalam bertindak berbeda dengan perempuan yang lebih sering menggunakan emosinal atau perasaannya. Hal tersebut menimbulkan penilaian bahwa laki-laki jarang mengalami patah hati jika dibandingkan dengan perempuan. Sebenarnya belum ada hal yang membuktikan pernyataan tersebut, tapi terbuka dalam mengungkapkan emosi bagi laki-laki dianggap sebagai bentuk kelemahan dan hal ini lah yang melatarbelakangi terkadang laki-laki jarang menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan emosional.
Laki-laki dianggap memiliki toleransi lebih tinggi daripada perempuan dalam hal tingkat rasa sakit yang tinggi. Sebenarnya perempuan juga memiliki toleransi terhadap rasa sakit salah satunya adalah dalam proses mengandung dan melahirkan baik secara normal ataupun melalui operasi. Jadi sebenarnya laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan dalam hal toleransi terhadap rasa sakit.
Sebenarnya laki-laki lebih emosional apabila membahas tentang patah hati. Selain itu, laki-laki juga cenderung menyesali keadaan setelah putus cinta. Dalam urusan perasaan, ternyata laki-laki lebih rapuh. Laki-laki cenderung mencari bantuan saat hatinya terluka. Ini tidak seperti perempuan yang bisa mengelola perasaannya dengan lebih baik. Dibandingkan Laki-laki, perempuan bisa lebih tegar, sabar dalam menghadapi momen putus cinta.
Berikut merupakan beberapa hal yang dapat menyebabkan patah hati bagi laki-laki:
1. Putus Cinta
Tidak dipungkiri lagi bahwa putus cinta merupakan salah satu sumber patah hati bagi setiap orang dan tidak terkecuali laki-laki, meskipun dalam menghadapinya sebagian besar laki-laki lebih memilih untuk mencari pelarian daripada berlarut-larut dalam kesedihan seperti berkumpul bersama temannya. Hal ini yang sering menimbulkan anggapan bahwa laki-laki lebih mudah move on dibandingkan dengan perempuan.
2. Orang tua
Tak hanya putus cinta, seorang laki-laki juga akan merasakan patah hati ketika usia nya terus bertambah akan tetapi belum bisa memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya. Kebahagiaan disini lebih kepada dukungan terhadap financial yang dapat meringankan beban orang tua. Ukuran kebahagiaan tentunya tidak hanya sebatas materi, akan tetapi akan menjadi kepuasan bagi seorang laki-laki apabila dapat memberi kesejahteraan, mengajak rekreasi serta membelanjakan barang untuk orang tua tanpa harus memikirkan harga.
3. Pasangan/Istri
Bagi laki-laki yang sudah menikah, tentunya akan bertanggung jawab terhadap segala kebutuhan, keinginan serta kebahagian istrinya yang sebelumnya dilakukan oleh orang tua dari istrinya tersebut. Setiap suami tentunya berharap dapat memberikan kebahagiaan dan kehidupan yang layak serta menghindari untuk mengajak susah pasangannya, akan tetapi harapan tersebut tidak mudah untuk diwujudkan karena butuh perjuangan, pengorbanan dan doa. Laki-laki sering merasa gagal serta patah hati ketika dirinya merasa belum mampu memberikan kebutuhan dan mewujudkan segala keinginan dari istrinya, bahkan perasaan tersebut sering muncul pada saat laki-laki harus menunda keinginan dari istrinya.
4. Anak
Selain bertanggung jawab terhadap pasangan, laki-laki juga bertanggung jawab terhadap kebahagiaan anak. Kebahagiaan disini adalah menjamin segala kebutuhan anak terpenuhi seperti pakaian, makanan, pendidikan, serta rekreasi. Tidak banyak orang tahu bahwa seorah ayah akan merasakan patah hati ketika dirinya tidak dapat memberikan segala kebutuhan anaknya atau harus menunda dalam mewujudkan keinginan dari anaknya. Hal tersebut sering kali memberikan perasaan gagal menjadi seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya.
Dari beberapa hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ternyata laki-laki juga dapat merasakan patah hati meskipun seringkali tidak ditampakan dan lebih sering dipendam sendiri. Penyebab patah hati bagi seseorang berbeda-beda akan tetapi pada 4 (empat) point tersebut merupakan alasan umum yang menyebabkan laki-laki merasa patah hati.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.