Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ibdatul Rizkiani

Peluang dan Tantangan Pembentukan Sosial Capital Generasi Z (Fenomena Gus Iqdam)

Agama | 2024-04-17 17:32:04
Sumber : dokumen pribadi

Gus Iqdam merupakan seorang da’i yang terkenal dengan strategi dakwahnya, penggunaan humor setiap dakwahnya yang sebagian besar bertemakan peristiwa sehari-hari yang terjadi di masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. Tak jarang pula beliau membawakan humor sarkas bahkan humor cerdas dengan penggunaan kalimat-kalimat akademik tergantung dengan jama’ah yang hadir.

Karakteristik generasi Z yang didominasi generasi muda dan memiliki kelompok pengguna media sosial terbesar tentu mempengaruhi luasnya akses terhadap pengetahuan dan mengedepankan visi toleransi moderat (Arafa, 2021). Salah satu media yang berperan besar dalam menyebarkan dakwahnya adalah chanel YouTube “Gus Iqdam Official” yang saat ini memiliki 1,18 juta subscriber. Channel YouTube ini sangat dinantikan bagi semua yang tidak bisa hadir langsung di Majelis Ta’lim Sabilu Taubah yang terletak di Desa Karanggayam, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Kajian beliau selalu dinantikan setiap hari Senin dan Kamis, mulai dari jam 8 malam sampai 11 malam.

Di Desa Sanankulon terbentuk karangtaruna yang sering mengadakan kegiatan sosial. Karangtaruna Desa Sanankulon bukan hanya sebuah organisasi pemuda biasa, tetapi lebih dari itu, mereka adalah perwakilan dari semangat kebersamaan dan kepercayaan yang diwarisi turun-temurun dari leluhur. Salah satu kegiatan yang menjadi bukti nyata akan hal ini adalah nobar streaming pengajian Gus Iqdam yang rutin diselenggarakan oleh mereka. Pengajian-pengajiannya tidak hanya memberikan hikmah dan ilmu, tetapi juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Namun, memfasilitasi acara semacam itu bukanlah perkara mudah, terutama dalam hal biaya dan persiapan teknis.

Inilah saatnya peran penting modal sosial muncul dalam wujud gotong royong. Anggota Karangtaruna, dengan penuh semangat dan kebersamaan, bergotong royong dalam mengatur segala sesuatu, mulai dari mempersiapkan tempat, menyediakan peralatan teknis, hingga menyebarkan undangan kepada seluruh warga desa. Setiap orang memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing, tanpa pamrih, hanya demi kebaikan bersama.

Tidak hanya itu, mereka juga mengadakan sedekah keliling yang dilakukan sebelum acara dimulai. Setiap yang hadir menyumbangkan sebagian dari rezekinya , dana yang terkumpul dari sedekah keliling tersebut kemudian akan digunakan untuk mengundang secara langsung Gus Iqdam rencananya bulan November di tahun 2024 ini. Inilah bukti konkret dari kepercayaan yang ada di antara warga desa dan antara warga dengan Karangtaruna, bahwa sumbangan mereka akan digunakan dengan penuh transparansi dan untuk kepentingan bersama.

Melalui kegiatan nobar streaming pengajian Gus Iqdam dan sedekah keliling, Desa Sanankulon tidak hanya memperkuat jalinan sosial antarwarga, tetapi juga mengukuhkan eksistensi Karangtaruna sebagai agen perubahan yang positif dalam masyarakat. Mereka telah berhasil memanfaatkan modal sosial dalam bentuk gotong royong, kepercayaan, dan norma-norma sosial untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling mendukung.

Adapun peluang serta tantangan pembentukan modal sosial di era generasi Z belajar dari fenomena Gus Iqdam di Desa Sanankulon, Kabupaten Blitar yaitu

Penggunaan Teknologi sebagai Alat Pembentuk Modal Sosial

Generasi Z tumbuh dalam era digital, yang memungkinkan mereka untuk terhubung dengan lebih banyak orang dari berbagai latar belakang. Streaming pengajian Gus Iqdam menjadi contoh bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengumpulkan orang-orang dalam ruang virtual, memperkuat jaringan sosial, dan membangun kepercayaan.

Pembelajaran Melalui Inspirasi Tokoh Masyarakat

Gus Iqdam bukan hanya seorang pendakwah, tetapi juga figur inspiratif yang mampu menyatukan orang-orang dari berbagai kalangan. Generasi Z cenderung terpengaruh oleh tokoh-tokoh yang mereka anggap autentik dan relevan. Melalui pengajian dan aktivitas sosial, generasi ini memiliki peluang untuk memperoleh penbelajaran tentang pentingnya kebersamaan dan nilai-nilai gotong royong.

Relevansi Kembali Nilai-Nilai Tradisional

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, banyak nilai-nilai tradisional yang terabaikan. Namun, melalui kegiatan seperti nobar streaming pengajian dan sedekah keliling, Desa Sanankulon menunjukkan bahwa nilai-nilai seperti gotong royong dan kepercayaan masih memiliki tempat yang penting dalam kehidupan masyarakat, bahkan di era Generasi Z.

Adapun untuk tantangannya sendiri yaitu

Pemahaman Terhadap Nilai-Nilai Tradisional

Generasi Z cenderung lebih terpapar pada budaya pop dan tren global daripada nilai-nilai lokal. Tantangannya adalah bagaimana membantu mereka memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tradisional seperti gotong royong dan kepercayaan sebagai bagian dari identitas mereka.

Pengaruh Lingkungan Digital

Sementara teknologi dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun modal sosial, lingkungan digital juga memiliki risiko menyebarkan informasi yang salah atau menciptakan ruang bagi konflik dan polarisasi. Generasi Z perlu diberikan pemahaman tentang bagaimana menggunakan teknologi secara bijaksana untuk memperkuat jaringan sosial dan memperluas wawasan, bukan untuk memecah belah masyarakat.

Partisipasi Aktif dan Keterlibatan

Meskipun generasi ini terhubung secara digital, tidak semua dari mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan sosial atau komunitas. Tantangannya adalah bagaimana mendorong generasi Z untuk tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif dalam membangun modal sosial di masyarakat.

Melalui pemahaman akan peluang dan tantangan ini, kita dapat mengarahkan upaya untuk membangun modal sosial yang kuat di kalangan Generasi Z. Melalui pendekatan yang inklusif, progresif, dan berbasis nilai, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan bersama, sebagaimana terlihat dalam fenomena Gus Iqdam di Desa Sanankulon, Kabupaten Blitar.

Referensi

Abdullah, S. (2013). Potensi dan kekuatan modal sosial dalam suatu komunitas. SOCIUS: Jurnal Sosiologi, 15-21.

Daryanto, A. (2004). Penguatan Kelembagaan Sosial Ekomoni Masyarakat Sebagai Modal Sosial Pembangunan.

Fathy, R. (2019). Modal sosial: Konsep, inklusivitas dan pemberdayaan masyarakat. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 6(1), 1-17.

Mubarokah, A., Albian, A., & Faristiana, A. R. (2023). Strategi Dakwah Bil Lisan Gus Iqdam dalam Meningkatkan Religiusitas Mad’u Melalui Majelis Ta’lim Sabilu Taubah. Tabsyir: Jurnal Dakwah dan Sosial Humaniora, 4(2), 112-122.

Mufti, A., Al Aziz, I. S. A., & Hasanah, D. U. (2022, November). WACANA HUMOR TOLERANSI BERAGAMA DALAM SUDUT PANDANG GEN-Z: STUDI KASUS PERTEMANAN BEDA AGAMA. In International Conference on Cultures & Languages (ICCL) (Vol. 1, No. 1, pp. 655-669).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image