Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asyuraniza Ananditha Giani

Bedah Analisis Teknikal dan Fundamental Saham: Masih Perlu atau Tidak?

Bisnis | Monday, 15 Apr 2024, 17:19 WIB

Oleh: Asyuraniza Ananditha G. (Mahasiswa S1 Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya)

Dewasa ini, investasi banyak dipilih oleh masyarakat untuk mengolah kekayaan mereka. Berbagai jenis investasi mulai bermunculan dengan tren positif setiap tahunnya, termasuk investasi saham. Para investor saham, yang kemudian disebut sebagai Trader, perlu melakukan beberapa analisis sebelum akhirnya menaruh kekayaan mereka di dalam permodalan sebuah perusahaan. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan agar tujuan berinvestasi dapat tercapai dan meminimalisir kerugian kedua belah pihak.

Analisis yang bisa dilakukan oleh Trader adalah analisis berdasarkan data tentang harga historis yang terjadi di pasar saham, yang disebut dengan analisis teknikal. Analisis teknikal adalah studi tentang perilaku pasar yang direpresentasikan melalui grafik, untuk memprediksi pergerakan harga di masa yang akan datang (Mahendra, et al., 2022). Analisis ini bertujuan untuk mengamati pola-pola seperti data pasar, harga saham serta volume transaksi saham. Untuk dapat membeli atau menjual saham, dilakukan prediksi terlebih dahulu dengan melihat grafik historis pergerakan saham. Informasi-informasi yang memengaruhi pergerakan saham terbagi menjadi dua, yaitu systematic risk (faktor risiko yang berpengaruh terhadap pasar secara keseluruhan), seperti:

· Informasi dari bursa regional dan Wall Street

· Informasi kebijakan pemerintah (kenaikan harga BBM)

· Informasi pengumuman data-data makro ekonomi (inflasi, tingkat suku bunga riil)

· Informasi nilai tukar rupiah

Terdapat pula unsystematic risk (risiko pada saham secara individual atau sektor), seperti:

· Informasi data harga-harga komoditas tambang

· Informasi corporate action (pembagian dividen, merger & acquisition)

· Informasi kebijakan pemerintah yang berpengaruh terhadap sektor tertentu (larangan ekspor suatu komoditas)

· Informasi saham secara individual (hasil riset report, reputasi pemilik/GCG (Good Coorporate Governance)

Trader dapat menjadikan pergerakan pasar sebagai acuan dalam melakukan analisis teknikal ini. Pergerakan pasar dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti bencana alam, kondisi sosial politik serta kondisi psikologis pelaku pasar.

Indikator analisis teknikal juga harus diperhatikan oleh Trader ketika menganalisis pergerakan saham. Beberapa contoh indikator analisis teknikal yaitu Moving Average (MA), yaitu indikator yang digunakan untuk menganalisis pergerakan harga rata-rata sebuah saham beberapa periode sebelumnya. Moving Average Convergence Divergence (MACD), yaitu indicator yang digunakan untuk mengetahui sinyal beli atau jual yang didapat dengan melihat hubungan MA jangka panjang dan pendek. Sedangkan indikator Stochastic Oscillator akan membandingkan titik harga penutupan terakhir dengan kisaran harga terendah atau tertinggi pada periode tertentu.

Penggunaan indikator dapat membantu Trader untuk mengidentfikasi beberapa hal, seperti arah trend, kekuatan sebuah trend, tingkat support dan resistance dalam trend pada suatu perdagangan, perbedaan antara indikator dan harga yang menunjukkan kemungkinan pembalikan trend di masa depan (divergence), dan konfirmasi pembalikan trend.

Analisis lain yang dapat dilakukan oleh Trader sebelum melakukan jual beli saham adalah analisis fundamental, yaitu analisis yang dilakukan untuk menentukan penilaian atas saham dengan menggunakan analisis yang meliputi perekonomian internasional, perekonomian nasional dan analisis perusahaan. Analisis fundamental terdiri dari empat kategori, yaitu faktor ekonomi, faktor keuangan dan moneter, faktor politik, dan faktor eksternal. Melalui analisis ini, Trader juga dapat mengetahui harga wajar suatu saham atau valuasi saham, yaitu berapa nominal rupiah saham tersebut layak dihargai.

Dalam menganalisis suatu saham perusahaan, Trader dapat melakukan pendekatan top-down, dari mulai kondisi ekonomi negara secara makro hingga kondisi perusahaan secara mikro. Analisis makro dilakukan dengan melihat kondisi pertumbuhan ekonomi serta tingkat inflasi yang tidak mengancam pertumbuhan. Analisis sektoral (industri) dilakukan untuk mengetahui sektor mana saja yang memiliki peluang untuk terus bertumbuh dan sektor mana saja yang tidak memiliki pertumbuhan signifikan. Analisis mikro pada perusahaan dilakukan dengan mengukur kesehatan keuangan perusahaan, analisis ini menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui apakah kondisi keuangannya stabil atau tidak.

Selain pendekatan top-down, terdapat cara lain yang dapat digunakan ketika menggunakan analisis fundamental, yaitu menghitung rasio keuangan yang dibagi ke dalam beberapa metode:

· Return on Equity (ROE): Rasio keuangan yang membandingkan antara laba bersih dengan total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ROE perusahaan, maka semakin baik kinerja perusahaan dalam memanfaatkan modal yang dimiliki untuk memperoleh laba (profit)

· Return on Asset (ROA): Rasio ini berfungsi untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba. Semakin tinggi nilai rasio ROA mengindikasikan perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam memanfaatkan aset yang dimiliki untuk mendapatkan laba.

· Debt to Equity Ratio (DER): Rasio ini membandingkan antara total utang dengan total modal perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa besar keuangan perusahaan dibiayai oleh utang. Semakin besar nilai rasio DER, maka semakin besar suatu perusahaan menggunakan utang untuk modal bisnis.

· Dividend Payout Ratio (DPR): Rasio ini membandingkan antara dividen per lembar saham (dividend per share) dengan laba per lembar saham (earnings per share). Rasio DPR yang tinggi mengindikasikan keuangan perusahaan sangat baik sehingga mengundang minat investor untuk berinvestasi, karena DPR yang tinggi dapat dijadikan jaminan oleh investor untuk mendapatkan pendapatan tetap berupa dividen.

· Earnings per Share (EPS): Rasio EPS memberikan informasi kepada investor mengenai laba bersih per lembar saham perusahaan. Nilai EPS yang tinggi mengindikasikan perusahaan memiliki laba yang besar. Namun, EPS yang tinggi juga mengindikasikan jumlah saham yang beredar relative sedikit.

· Price to Earning Ratio (PER): Rasio ini termasuk ke dalam salah satu market-based ratios. Rasio ini dihasilkan dari perbandingan antara harga saham perusahaan dengan laba per lembar saham (EPS). Rasio PER yang kecil mengindikasikan bahwa laba perusahaan dengan prinsip value investing, menganggap harga saham tersebut berpotensi naik hingga menembus harga wajarnya.

· Price to Book Value (PBV): Rasio ini membandingkan antara harga saham perusahaan dengan nilai buku (ekuitas) per lembar saham. Nilai PBV yang tinggi menunjukkan bahwa harga saham perusahaan berada di atas nilai wajar, atau disebut overvalue.

Dalam melakukan analisis fundamental, Trader juga memerhatikan analisis industry guna mengklasifikasikan perusahaan ke dalam siklus industrinya. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan langkah-langkah treatment ketika berinvestasi kelak, karena setiap fase industri memerlukan penanganan dan ekspektasi yang berbeda.

· Fase Awal (Pioneering Phase): Perusahaan pada fase ini mengalokasikan biaya untuk modal kerja awal hingga investasi utama, sehingga cukup berisiko apabila membeli saham perusahaan pada fase awal ini.

· Fase Pertumbuhan (Rapid Growth Phase): Pada fase ini, margin dan laba bersih perusahaan sudah tumbuh, namun angka kompetisinya masih rendah.

· Fase Pendewasaan (Mature Growth Phase): Penjualan perusahaan mulai stabil pada fase ini, namun kompetisi bisnis cukup ketat sehingga perusahaan harus terus melalukan inovasi. Jika Trader memilih saham perusahaan di fase ini, harus diperhatikan perusahaan dengan pangsa pasar lebih luas dibandingkan dengan kompetitornya.

· Fase Stabilisasi dan Pendewasaan Pasar (Stabilization and Market Maturity Phase): Pada fase ini, perusahaan cenderung sulit mengalami pertumbuhan karena persaingan pasar dalam bentuk perebutan pasar dinilai cukup mematikan, meskipun pangsa pasar dari perusahaan sudah mulai terkonsolidasi.

· Fase Perlambatan (Declaration of Growth and Decline Industries): Pada awalnya, saham perusahaan pada fase ini adalah favorit para investor namun seiring berjalannya waktu pangsa pasar perusahaan ini mulai berkurang. Hal tersebut berakibat pada penurunan margin keuntungan dan melemahkan perusahaan dalam persaingan dengan kompetitor, meskipun nama perusahaan sudah cukup terkenal.

Investasi adalah sebuah proses mengolah kekayaan untuk kemudian mendapatkan keuntungan dari kekayaan tersebut, tujuan utama berinvestasi adalah untuk menambah jumlah kekayaan atau aset masyarakat selaku investor. Analisis teknikal dan fundamental penting dilakukan sebelum memutuskan akan menaruh kekayaan di sebuah perusahaan, sebab risiko investasi tidak dapat dihindari namun bisa diantisipasi. Analisis teknikal akan lebih dipilih oleh Trader yang telah lama menjadi praktisi karena mengandalkan ketajaman analisa pergerakan saham, sedangkan analisis fundamental lebih cocok untuk pemula karena mengandalkan annual report perusahaan. Kedua analisis tersebut memiliki tantangan tersendiri dalam proses pelaksanannya, namun hal itu akan sebanding dengan besaran risiko yang dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Mahendra, K., Satyadewi, N. & Perdana, H., 2022. ANALISIS TEKNIKAL SAHAM MENGGUNAKAN INDIKATOR MOVING AVERAGE CONVERGENCE DIVERGENCE (MACD). Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster), 11(1), pp. 51-58.

MNC Sekuritas, 2024. Kenali Analisis Teknikal, Persiapkan Trading Jadi Makin Matang, Jakarta: MNC Sekuritas.

Munadiyan, A. E., 2024. stimbudibakti.ac.id. [Online] Available at: https://stimbudibakti.ac.id/wp-content/uploads/2022/04/ANALISIS-FUNDAMENTAL.pdf [Accessed 15 April 2024].

Wicaksono, A. N., 2019. Manajemen FEB UM. [Online] Available at: http://manajemen.feb.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/Pengenalan-saham-training-basic-fundamental-dan-teknikal-for-UNM.pptx.pdf [Accessed 15 April 2024].

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image