Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yoni Mohammad Fitroh

Pendekatan Harmonis Ekonomi Hijau Dengan Ekonomi Islam Untuk Pembangunan Keberlanjutan

Ekonomi Syariah | Tuesday, 09 Apr 2024, 20:04 WIB
Sumber : Dokumen Pribadi

Dunia saat ini sedang gencar-gencarnya menyerukan konsep ekonomi hijau, ekonomi yang meminimalkan risiko kerusakan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, jangan lupa, pada waktu yang bersamaan mereka menyumbang kerusakan lingkungan yang nyata. Banyak hutan, sungai, laut yang mereka eksploitasi demi pembangunan dan industrialisasi yang membabi buta. Pada dasarnya kapitalisme adalah penyebab semua itu, sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh untuk memperoleh keuntungan. Bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan, mereka menggeser kapitalis menuju konsep ekonomi hijau yang sebagian besar sama dengan ekonomi Islam.

Ekonomi Islam sendiri memiliki prinsip yang mengatur aspek-aspek ekonomi, yang mempertimbangkan nilai-nilai moral, etika, keadilan sosial, keseimbangan, dan tanggung jawab. Prinsip ini tentunya sejalan dengan konsep ekonomi hijau, yang bertujuan menyejahterakan masyarakat dan mengurangi dampak negatif aktivitas manusia terhadap lingkungan. Manusia sendiri dalam Islam dianggap sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi, yang berarti kita harus bertanggung jawab atas keseimbangan di bumi. Oleh karena itu, dalam konteks Islam, penerapan ekonomi hijau adalah langkah yang dianjurkan secara agama.

Misalnya, dalam ekonomi hijau menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dan keberlanjutan. Pengelolaan ini bertujuan agar lingkungan tidak mengalami kerusakan sehingga tetap terlestarikan. Hal ini bahkan menjadi perintah dalam Al-Quran. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan” (Q.S.02:11). Pada ayat di atas, manusia ditugaskan untuk merawat dan memelihara lingkungan, bukan pemborosan dam eksploitasi secara berlebihan.

Selain itu, ekonomi Islam juga mendukung konsep distribusi yang adil, yang sejalan dengan konsep ekonomi hijau yaitu kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, sistem zakat, sedekah, dan infak adalah contoh nyata dari upaya distribusi yang adil untuk mengurangi kesenjangan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan umum. Dalam konteks ekonomi hijau, pendekatan ini dapat diterapkan dengan mendistribusikan sumber daya untuk pembangunan ramah lingkungan dan memberikan akses yang adil pada energi terbarukan bagi semua lapisan masyarakat. Sehingga memastikan bahwa semua anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat dari kemajuan ekonomi.

Pada ekonomi Islam juga mengedepankan praktik-praktik bisnis yang adil, transparan, dan tidak merugikan orang lain. Ini merupakan bagian penting dari ekonomi Islam, juga dalam konteks ekonomi hijau. Hal ini mencakup memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam praktik bisnis dapat memiliki akses yang sama terhadap informasi dan peluang. Menghindari penipuan dan kecurangan dalam sehingga tidak ada eksploitasi manusia atau lingkungan dalam proses berbisnis.

Namun, meskipun terdapat banyak kesamaan antara konsep ekonomi hijau dan ekonomi Islam, masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan antara gagasan dan praktik. Walau ada banyak diskusi tentang pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, tetapi praktiknya masih banyak kegiatan ekonomi yang merusak lingkungan, mengeksploitasi sumber daya, dan tidak berkelanjutan.

Selain itu, ada juga tantangan dalam hal penerapan ekonomi hijau dan Islam secara konsisten di ruang lingkup ekonomi. Dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, Perusahaan, dan masyarakat untuk menerapkan pendekatan ini. Pemerintah dapat memberikan regulasi yang mendukung pengembangan ekonomi hijau, sementara perusahaan mengadopsi praktik produksi ramah lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat berperan dalam mengedukasi dan mendorong kesadaran pentingnya ekonomi hijau dan Islam.

Ekonomi hijau dan ekonomi Islam dapat saling melengkapi untuk menciptakan model pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berorientasi pada keadilan. Dengan menggabungkan nilai-nilai ekonomi Islam yang luhur dengan prinsip-prinsip ekonomi hijau, kita dapat membangun masyarakat yang lebih berkelanjutan, adil, dan berwawasan lingkungan. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi generasi saat ini, tetapi juga bagi generasi yang akan datang.

Yoni Mohammad Fitroh, Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Email: [email protected]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image