Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti Aisyah

Fenomena Flexing di Media Sosial: Antara Gaya Hidup Hedonisme dan Prinsip Sederhana dalam Islam

Gaya Hidup | 2024-04-03 12:02:41
https://images.app.goo.gl/p3ApSBazyX4pTiKWA

Di era digital ini, media sosial (medsos) telah menjadi bagian kehidupan yang tak bisa dipisahkan. Platform seperti Instagram,Facebook, dan Tiktok menjadi wadah untuk berbagai aktivitas, termasuk berbagi momen dan gaya hidup. Namun, tak jarang medsos juga menjadi ajang pamer kekayaan dan gaya hidup hedonisme, yang dikenal dengan fenomena “Flexing”. Fenomena flexing ini menghadirkan dilema bagi umat islam. Disatu sisi, Islam menganjurkan umatnya untuk bersyukur dan menikmati nikmat Allah SWT. Disisi lain, gaya hidup hedonisme yang sering dipamerkan di medsos bertentangan dengan prinsip kesederhanaan yang diajarkan Islam.

Flexing sering kali dikaitkan dengan gaya hidup hedonisme, yang mengejar kesenangan dan kepuasan duniawi. Hedonisme mendorong orang untuk menunjukkan kekayaan dan status sosial mereka melalui barang-barang mewah, perjalanan wisata eksklusif, dan pencapaian mereka. Tren ini mengundang pertanyaan: apakah flexing sejalan dengan prinsip kesederhanaan dalam islam?

Cara hidup sederhana telah dipraktikkan dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Hidup sederhana artinya menerima apa adanya yang telah diberikan Allah SWT. Hidup sederhana tidak selalu miskin, tetapi merasa puas, bersyukur dan tidak berlebihan. Hidup sederhana juga hidup sesuai kebutuhan dan tidak terbawa dengan kesenangan duniawi yang berlebihan yang tidak disukai Allah SWT. Bagaimana Islam mengatur teori konsumsi sudah dijelaskan dalam Qs Al-A’raf(7):31-32 yang menjelaskan adanya laragan untuk berlebihan dalam konsumsi.

Teori konvensional beranggapan bahwa konsumsi merupakan kegiatan yang mengutamakan “keinginan”, berbanding terbalik dengan Al-quran yang memposisikan kegiatan konsumsi berdasarkan “kebutuhan”. Dalam Islam hal ini ditolak, karena keinginan sering kali tidak sejalan dengan rasionalitas, meskipun ini juga didorong karena adanya perbedaan keinginan antara satu orang degan yang lain. Dalam ilmu ekonomi konvensional, tujuannya adalah untuk mencari kepuasan (utilitas) dan dalam ilmu ekonomi Islam tujuannya adalah untuk maslahah demi kesejahteraan.

Flexing dilihat sebagai bentuk hedonisme yang bertentangan dengan prinsip kesederhanaan Islam. Berikut beberapa alasannya:

· Menimbulkan rasa iri dan kesombongan. Flexing dapat memicu rasa iri dan kesombongan pada orang lain. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan kesetaraan dan persaudaraan.

· Materialisme: flexing memprioritaskan hal-hal duniawi dan mengabaikan nilai spiritual. Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta benda, melainkan pada kedekatan dengan Allah SWT.

· Sifat Riya. Flexing dapat diartikan sebagai riya, yaitu pamer dan ingin dipuji manusia. Islam melarang riya karena terasuk dosa dan dapat merusak amal ibadah.

Di Indonesia sendiri, fenomena flexing ini marak dilakukan oleh sejumlah orang-orang superkaya (crazy rich). Melalui outfit maupun habitnya yang identic dengan barang mahal. Dengan jumlah follower yang banyak, maka postingan bercorak flexing akan tampak mencolok dan menjadi trending topic. Tidak ada larangan untuk menjadi kaya appalagi super kaya. Namun secara etika, tetaplah selalu rendah hati dan membumi, karena harta kekayaan hanyalah titipan.

Tidak bisa kita pungkiri juga, sederet pejabat ataupun crazy rich yang sering melakukan flexing di media sosial berujung dipanggil KPK. Ada pejabat yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, dan ada pula pejabat yang hingga kini masih menjalani pemeriksaan. Banyak pejabat yang jatuh dikarnakan ulah anaknya, sehingga harus berurusan dengan hukum hingga sanksi pemecatan dari jabatannya. Paling teranyar kasus yang bermula dari sebuah unggahan yang menceritakan seorang pelajar dijemput mobil Rubicon, lalu dianiaya di Pesanggrahan, viral di media sosial. Kasus penganiayaan itu kemudian berembet ke gaya hidup mewah tersangka penganiayaan. Tersangka suka mengunggah konten tentang kendaraan mewah di sosial medianya. Polemik ini berakhir dengan orang tuanya juga diseidiki kekayaannya hingga ditetapkan menjadi tersangka korupsi.

Islam memandang harta kekayaan sebagai titipan dari Allah SWT yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Harta kekayaan tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk pamer atau kesombongan, melainkan untuk membantu orang lain dan melakukan amal shaleh. Dalam islam telah diajarkan cara bagaimana mengelola harta kekayaan:

Ø Zakat:islam mewajibkan zakat atas harta kekayaan tertentu untuk membantu orang yang membutuhkan

Ø Sedekah. Amalan yang dianjurkan dalam Islam untuk membantu orang lain dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Ø Infaq. Adalah pengeluaran harta dijalan Allah SWT untuk membantu orang lain dan memajukan agama Islam.

Dalam Al-quran termaktub ayat yang mengecam gaya Hedonisme. Dalam Qs. Al-a;raf ayat 7 ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya akan terjerumus ke dalam kesesatan dan kehancuran. Q.s At-takatsur (102) ayat ini menjelaskan bahawa manusia berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta benda dan kesenangan duniawi, dan mereka lupa bahwa Allah SWT akan menghisab mereka di akhirat.

Flexing di media sosial memang meggoda, dan juga bagaikan pisau bermata dua. Disatu sisi, bisa menjadi motivasi untuk mencapai kesuksesan. Di sisi lain, bisa memicu rasa iri. Tapi ingatlah pesan bijak dari spongebob; “kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang”. Hidup sederhana dan bersyukur jauh lebih membahagiakan daripada pamer harta di medos. Ingatlah prinsip islam yang menekankan kesederhanaan dan kepedulian terhadap sesama. Yuk! Jadikan media sosial sebagai platform untuk menyebarkan kebaikan, bukan untuk flexing dan gaya hidup hedonisme.

Flexing di medos tidak melulu mencerminkan realita. Bisa jadi, dibalik foto-foto glamour, ada hidup yang penuh hutang dan kepura-puraan. Lebih baik fokus pada prinsip sederhana dalam Islam. Syukuri apa yang dimiliki, dan bantulah sesama. Yang terpenting adalah ketenangan hati dan bekal untuk akhirat. So, dari pada sibuk flexing di medsos, mending sibuk nabung pahala untuk akhirat.

Sumber

https://www.merdeka.com/sumut/6-cara-hidup-sederhana-menurut-islam-yang-penting-diketahui-umat-muslim-kln.html

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-kisaran/baca-artikel/14817/Crazy-Rich-Flexing-dan-Melunturnya-Budaya-Ketimuran.html

https://www.cnbcindonesia.com/news/20231227181245-4-500705/heboh-rafael-alun-eko-andhi-dkk-korban-petaka-flexing

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image