Meraih Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan
Agama | 2024-03-31 20:52:53● Rasulullah shallallahu alaihi wassallam sangat bersungguh-sungguh di 10 hari terakhir Ramadhan, bahkan hingga membangunkan keluarganya untuk beribadah
● Di hari-hari terakhir Ramadhan, Allah menyiapkan lailatul qadar, yaitu malam di mana amal shalih akan dibalas setara 1000 bulan (83,3 tahun) ibadah tersebut
● Lailatul qadar dicari di 10 malam terakhir Ramadhan, khususnya di malam yang ganjil
● Doa saat lailatul qadar: Allaahumma innaka afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’annii. Artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberi Maaf dan Engkau suka memberikan maaf, karenanya maafkanlah aku.” (H.R. Tirmidzi).
● Beberapa amalan untuk mengisi lailatul qadar:
1. I’tikaf
2. Shalat malam
3. Membaca Al Qur`an
4. Sedekah
5. Bertaubat dan beristighfar
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (H.R. Muslim)
Di malam-malam terakhir Ramadhan, sebagian besar semangat beribadah kaum muslimin semakin menurun. Shaf sholat di masjid-masjid berkurang, sementara pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan semakin bertambah. Padahal Allah Ta’ala telah menyiapkan keutamaan yang besar di 10 malam terakhir Ramadhan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun telah memberikan anjuran untuk semangat beribadah di malam-malam istimewa tersebut.
■ KEUTAMAAN 10 HARI TERAKHIR RAMADHAN
Di hari-hari terakhir Ramadhan, Allah Ta’ala telah menyiapkan malam yang penuh dengan keberkahan bagi orang-orang yang terpilih, yaitu Lailatul Qadar, malam yang penuh keberkahan dan lebih baik dari seribu bulan.
وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ(2) لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al Qadar : 2-3)
Di malam tersebut, Allah Ta’ala akan memberikan keberkahan dalam ibadah kaum muslimin berupa balasan yang menyamai ibadah selama 1000 bulan atau 83 tahun 4 bulan.
Selain itu, Allah Ta’ala juga akan mengampuni dosa orang-orang yang mendirikan sholat di malam tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
Siapa yang shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (H.R. Bukhari)
■ MENGHIDUPKAN MALAM DI 10 HARI TERAKHIR RAMADHAN
Di malam-malam terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk semakin bersemangat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana hadits Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam ibadah saat memasuki 10 Ramadhan terakhir, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (H.R. Bukhari)
Para ulama salaf juga sangat bergembira dalam menyambut malam-malam di hari terakhir Ramadhan dengan beribadah kepada Allah Ta’ala. Sufyan Ats -Tsauri berkata,
Aku sangat gembira saat memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam dengan ibadah, kemudian membangunkan keluarga untuk shalat jika mereka mampu.” (Lathoiful Ma’arif, 331)
Maksud dalam menghidupkan Lailatul Qadar adalah melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala di sebagian malam dengan sholat, dzikir, membaca al-Qur’an, dan ibadah yang lainnya.
Imam Asy-Syafi’i berkata, Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’ dan shalat Shubuh di malam Lailatul Qadar berarti ia telah dinilai menghidupkan malam tersebut.” (Lathoiful Ma’arif, 329)
■ MENDAPATKAN LAILATUL QADAR
Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan yang terjadi di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari)
Terjadinya Lailatul Qadar lebih memungkinkan di malam-malam ganjil. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, Pendapat yang paling kuat tentang terjadinya lailatul qadar adalah pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan terjadinya tidak menetap pada malam tertentu dalam setiap tahunnya.
■ MEMOHON AMPUN DI LAILATUL QADAR
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan untuk memohon ampun kepada Allah Ta’ala di Lailatul Qadar. Aisyah radhiyallahu anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang doa yang perlu dipanjatkan saat bertemu dengan Lailatul Qadar.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Allaahumma innaka afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’annii. Artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberi Maaf dan Engkau suka memberikan maaf, karenanya maafkanlah aku.” (H.R. Tirmidzi)
Do’a tersebut mengandung harapan seorang hamba kepada Allah Ta’ala untuk senantiasa memohon ampun dari dosa dan kekurangan saat beribadah di malam-malam terakhir Ramadhan. Ibnu Rajab pernah berkata, Sesungguhnya perintah memohon ampun pada Lailatul Qadar bertujuan agar seorang hamba tidak melihat ibadah yang ia lakukan telah sempurna sehingga ia meminta ampun kepada Allah Ta’ala seperti keadaan seorang yang berbuat dosa dan penuh kekurangan.” (Lathoiful Ma’arif, 362)
■ AMALAN DI 10 HARI TERAKHIR RAMADHAN
Beberapa amalan yang dianjurkan untuk mengisi malam-malam terakhir di Bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:
1. I’tikaf
I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala. Di malam-malam terakhir Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan untuk menghidupkan malam dengan beribadah di masjid. Sebagaimana hadits dari Aisyah radhiyallahu anha, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian para istri beliau beri’tikaf setelah itu.” (H.R. Bukhari)
2. Sholat malam
Sholat malam dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk dilaksanakan di malam-malam terakhir Ramadhan dengan harapan untuk mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda beliau, Siapa yang shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (H.R. Bukhari)
3. Membaca Al-Qur’an
Pada bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memperbanyak membaca Al-Qur’an, bahkan Jibril turun di bulan Ramadhan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada beliau. Sebagaimana hadits dari Fathimah radhiyallahu anha, Sesungguhnya Jibril alaihissalam menyetorkan Al-Qur’an dengan Rasulullah sekali dalam setiap tahun.” (H.R. Muslim)
4. Shadaqah
Shadaqah adalah ibadah yang juga dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di Bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan lainnya. Sebagaimana hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu, Apabila beliau berjumpa dengan Jibril (di bulan Ramadhan), Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lebih dermawan dengan kebajikan melebihi angin yang berhembus.” (H.R. Bukhari)
5. Bertaubat dan Beristighfar
Di antara amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan di bulan Ramadhan adalah memperbanyak taubat dan istighfar, karena bulan Ramadhan adalah bulan ampunan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan sebuah doa yang hendaknya dipanjatkan di Lailatul Qadar, yaitu Allaahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu’anni.” (Artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberi Maaf dan Engkau suka memberikan maaf, karenanya maafkanlah aku)."(H.R. Tirmidzi).
Semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan bagi kita untuk mengisi hari-hari terakhir Ramadhan dengan amal ibadah yang telah dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita dan menerima amal ibadah kita di Bulan Ramadhan ini. Allaahumma aamiin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.