Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Annisa Keisha

Berkumpul dalam Toleransi: Merajut Keindahan dan Kenyamanan Bersama dalam Bulan Ramadan

Agama | 2024-03-30 21:06:54
Indahnya kebersamaan di Pasar Karang Menjangan, Surabaya. (sumber: detik.com)

Dalam keheningan malam yang dihiasi gemerlap bintang, bulan Ramadan menyapa kita dengan kelembutan dan kehangatannya yang menenangkan jiwa. Bulan Ramadan adalah bulan yang selalu dinantikan oleh umat muslim di seluruh dunia. Bulan yang selalu diiringi dengan ibadah, doa, dan introspeksi diri demi mengharap ridha Ilahi. Dengan setiap terbitnya fajar, hati kita merasa dihembuskan semangat baru untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, memperbanyak ibadah, dan berbuat kebaikan kepada sesama. Itulah keajaiban bulan Ramadan yang menghadirkan cahaya harapan dan keberkahan dalam setiap langkah perjalanan kita menuju kebahagiaan yang kekal kelak.

Di bulan Ramadan tahun 1445 Hijriah yang penuh berkah ini, kita menyaksikan keindahan yang tak terlukiskan dari keragaman agama dalam keseharian kita. Fenomena hari awal puasa yang bersamaan dengan hari raya Nyepi bagi umat Hindu merupakan contoh konkret dari toleransi beragama di Indonesia. Saat kedua perayaan agama ini bertepatan, masyarakat menunjukkan sikap saling menghargai dan memahami kebutuhan masing-masing umat beragama. Saat umat muslim menjalankan ibadah puasa, beberapa tindakan masyarakat sesederhana pelaku bisnis makanan yang menutupi gerai mereka pun memperlihatkan kepada kita betapa toleransi beragama dapat menciptakan kenyamanan dan kedamaian dalam masyarakat yang heterogen.

Pada bulan Ramadan ini, semangat inklusivitas dan kerukunan antaragama tercermin melalui fenomena unik masyarakat muslim maupun nonmuslim yang ikut berburu takjil selama bulan Ramadan. Banyak restoran dan pedagang makanan yang juga turut menyediakan takjil untuk umat muslim maupun nonmuslim, menciptakan atmosfer yang ramah dan menyambut bagi semua orang yang ingin merayakan kebersamaan di bulan suci ini. Fenomena berburu takjil di Pasar Karang Menjangan, Surabaya, adalah contoh nyata dari kerukunan antaragama yang menghangatkan hati. Di sana, kita bisa melihat bagaimana masyarakat dengan latar belakang yang beragam datang bersama-sama untuk menikmati hidangan takjil yang lezat dan terjangkau, menciptakan ikatan sosial yang erat di tengah perbedaan.

Lokasinya yang berdekatan dengan Universitas Airlangga pun menjadikan pasar ini suatu daya tarik di kalangan mahasiswa dimana mereka dapat berkumpul bersama untuk menikmati takjil dan menciptakan lingkungan yang harmonis dan toleran di sekitar kampus. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, saya sangat terkagum dengan budaya toleransi yang sudah tertanam pada masing-masing individu Ksatria Airlangga. Dalam proses belajar mengajar, Universitas Airlangga pun menghargai mahasiswa muslim yang sedang menjalani ibadah puasa dengan mengurangi jam belajar mahasiswa. Hal ini mencerminkan peran universitas dalam mendorong kerukunan antarumat beragama dan kegiatan sosial yang positif di komunitas sekitar.

Toleransi beragama memiliki urgensi yang sangat penting untuk selalu digaungkan agar masyarakat tidak lalai. Terdapat suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; “ditanyakan kepada Rasulullah SAW: “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? Maka beliau bersabda: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)’.”(HR Bukhari).

Hadits ini mengajarkan umat Islam untuk selalu bersikap toleran dan peduli kepada sesama manusia. Toleransi beragama memungkinkan masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan secara damai. Toleransi beragama pun memungkinkn interaksi yang harmonis antara individu dari berbagai latar belakang. Dalam lingkungan kampus, toleransi beragama penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Dengan memahami dan menerapkan nilai toleransi beragama, masyarakat dan pelajar dapat membantu memperkuat kerukunan sosial, membangun negara yang lebih inklusif, dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image