Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

6 Cara Mengatasi Perjuangan Agama dan Spiritual

Eduaksi | Wednesday, 27 Mar 2024, 08:53 WIB
Sumber gambar: The Atlantic

Stres agama dapat sangat mengganggu kesehatan mental dan fisik.

Poin-Poin Penting

· Penelitian menunjukkan bagaimana perjuangan agama dan spiritual memprediksi kesehatan mental dan fisik yang lebih buruk.

· Mengalami pergulatan agama dan spiritual mungkin juga menjadi alasan mengapa banyak orang melepaskan diri dari suatu agama.

·Ada strategi yang berguna untuk mengatasinya, seperti menginterogasi pengalaman Anda dan mencari dukungan.

Dalam lagu tahun 2023 "God Must Hate Me" (Tuhan Pasti Membenciku), Catie Turner menulis:

“Do you ever see someone and think ‘Wow, God must hate me’

‘Cause He spent so much time on them and for me, He got lazy

Got ample mental illness personality flaws

While their only flaw seems to be is that they have none at all

I don’t know what I believe

But it’s easier to think

He made a mistake with me.”

“Pernahkah engkau melihat seseorang dan berpikir ‘Wah, Tuhan pasti membenciku’

Karena Dia menghabiskan begitu banyak waktu untuk mereka dan untuk aku, Dia menjadi malas

Punya banyak kelemahan kepribadian penyakit mental

Meskipun satu-satunya kelemahan mereka adalah mereka tidak memilikinya sama sekali

Aku tidak tahu apa yang aku yakini

Tapi lebih mudah untuk berpikir

Dia melakukan kesalahan padaku.”

Pernahkah Anda merasakan hal seperti ini? Meskipun agama dan spiritualitas dapat bermanfaat bagi manusia, hal-hal tersebut juga dapat menjadi sumber stres atau bahkan trauma. Hal ini menunjukkan kekuatan emosional dari apa yang oleh para psikolog disebut sebagai “perjuangan agama dan spiritual.”

Apa Itu Perjuangan Agama atau Spiritual?

Perjuangan agama atau spiritual melibatkan ketegangan atau konflik yang mungkin dialami seseorang sehubungan dengan apa yang mereka anggap suci. Misalnya saja seperti lirik lagu di atas, seseorang bisa saja merasa marah, kecewa, ditinggalkan, atau ditolak oleh Tuhan. Seseorang mungkin bergumul dengan keyakinannya atau makna akhir hidupnya. Seseorang juga mungkin merasa kesal dengan interaksi yang mereka lakukan dengan orang lain dalam komunitas agama atau spiritual atau merasa tersakiti atau tersinggung oleh ajaran suatu keyakinan.

Dampak Perjuangan dengan Agama dan Spiritualitas

Penelitian yang dilakukan di berbagai konteks dan kelompok secara konsisten mengungkapkan bagaimana perjuangan agama dan spiritual memprediksi kesehatan mental dan fisik yang lebih buruk. Misalnya, individu yang melaporkan lebih banyak pergumulan agama dan spiritual juga cenderung melaporkan lebih banyak kecemasan, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri serta kepuasan yang lebih rendah terhadap hidup dan kebahagiaan secara keseluruhan.

Mengalami pergulatan agama dan spiritual mungkin juga menjadi alasan mengapa banyak orang melepaskan diri dari suatu agama, suatu hal yang semakin sering terjadi. Misalnya, seseorang bisa saja keluar dari suatu agama ketika merasakan emosi negatif terhadap Tuhan, seperti pada lirik pembuka postingan ini. Contoh lain, seseorang mungkin menarik diri dari agama jika mereka mendapat penilaian dari orang lain atau ketidaksepakatan mengenai isu-isu politik dalam komunitas agama mereka serta ketika mereka merasa tidak selaras dalam menjadi bagian dari suatu kelompok yang mereka rasa telah melakukan prasangka atau kekerasan.

Mengingat semua ini, apa yang bisa membantu orang-orang yang bergulat dengan stres dan trauma yang terkait dengan agama dan spiritualitas? Berikut adalah enam saran yang diinformasikan oleh penelitian mengenai topik ini.

6 Cara Mengatasi Perjuangan Agama dan Spiritual

1. Sadarilah bahwa Anda tidak sendirian. Mengalami pergulatan agama dan spiritual tampaknya merupakan hal yang lumrah. Dalam sebuah penelitian, misalnya, ketika sampel nasional orang dewasa diminta menyebutkan perjuangan keagamaan atau spiritual tertentu yang mereka alami dalam beberapa bulan terakhir, sekitar 40% dapat menyebutkannya. Selain itu, banyak pahlawan agama – mulai dari Ayub, Yesus, hingga Bunda Teresa, misalnya dalam agama Yahudi-Kristen – juga bergumul dengan hal-hal yang sakral. Menyadari hal ini dapat membantu mengurangi rasa bersalah, malu, atau tidak dapat diterimanya moral yang mungkin Anda rasakan.

2. Interogasi pengalaman Anda. Bisakah Anda menunjukkan dengan tepat sumber atau penyebab perjuangan Anda? Mungkinkah memikirkan hal ini dengan cara yang lebih optimis? Misalnya, apakah Tuhan benar-benar penyebab stres dan trauma dalam hidup Anda? Apakah kesusahan Anda menunjukkan bahwa Tuhan kejam dan menentang Anda? Mungkinkah Tuhan mengasihi Anda, Tuhan menyertai Anda, dan ada faktor-faktor lain yang mungkin menjadi penyebab penderitaan Anda? Menyelami lebih dalam teologi penderitaan dapat membantu Anda bertumbuh secara religius dan spiritual melalui perjuangan ini.

3. Membingkai ulang perjuangan sebagai tanda kekuatan. Jika Anda mengalami pergumulan agama atau spiritual, Anda mungkin berpikir keras tentang apa yang benar dan bermakna dalam sebagian besar hidup, dan itu adalah hal yang baik. Anda cukup peduli untuk secara serius bergumul dengan keyakinan dan nilai-nilai Anda.

4. Sadarilah bahwa ini mungkin bersifat sementara. Seperti jenis perjuangan lainnya, perjuangan agama dan spiritual bisa saja terjadi. Dan, seperti permasalahan lainnya, permasalahan ini tidak perlu segera diselesaikan. Jaga diri Anda dan berikan waktu untuk melihat bagaimana perasaan Anda nanti. Beri diri Anda kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman dan perspektif dan Anda mungkin menemukan resolusi damai menanti.

5. Carilah dukungan dari seseorang yang Anda percayai. Menghindari atau meminimalkan perjuangan Anda tidak akan membantu. Temukan seseorang yang bisa berempati, menerima Anda apa adanya, dan membantu Anda melewati masa-masa ini tanpa membuat Anda merasa bersalah atau malu. Bantuan profesional juga merupakan pilihan untuk mengatasi kesulitan ini.

6. Menerima misteri dan keraguan. Banyak permasalahan yang dihadapi manusia secara agama dan spiritual tidak dapat diketahui. Dan, meskipun kita menginginkan penyelesaian atas masalah kita, terkadang hal itu tidak mungkin dilakukan. Seperti yang dikatakan penulis Anne Lamott, “Lawan dari iman bukanlah keraguan; itu pasti.”

***

Solo, Rabu, 27 Maret 2024. 8:38 am

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image