Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

PBB Mengadopsi Resolusi Global Pertama Mengenai Kecerdasan Buatan (AI)

Iptek | Sunday, 24 Mar 2024, 19:04 WIB
AI perlu diatur penggunaannya. Foto: autuskey.com.

MAJELIS Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Kamis (21/3/2024) dengan suara bulat mengadopsi resolusi global pertama mengenai kecerdasan buatan (AI) untuk mendorong negara-negara menjaga hak asasi manusia, melindungi data pribadi, dan memantau risiko AI.

Resolusi yang tidak mengikat itu, yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS) dan disponsori bersama oleh Tiongkok dan 122 negara lainnya, membutuhkan waktu tiga bulan untuk dinegosiasikan dan juga mendorong penguatan kebijakan privasi.

“Hari ini, seluruh 193 anggota Majelis Umum PBB telah berbicara dalam satu suara, dan bersama-sama, memilih untuk mengatur kecerdasan buatan daripada membiarkannya mengatur kita,” kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield.

Resolusi ini adalah yang terbaru dari serangkaian inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah di seluruh dunia untuk membentuk pengembangan AI, di tengah kekhawatiran bahwa AI dapat digunakan untuk mengganggu proses demokrasi, meningkatkan penipuan atau menyebabkan hilangnya lapangan kerja secara drastis, dan sejumlah dampak buruk lainnya.

“Rancangan, pengembangan, penerapan, dan penggunaan sistem kecerdasan buatan yang tidak tepat atau berbahaya menimbulkan risiko yang dapat melemahkan perlindungan, pemajuan, dan penikmatan hak asasi manusia dan kebebasan mendasar,” demikian antara lain bunyi resolusi tersebut.

Pada bulan November, AS, Inggris, dan lebih dari selusin negara lainnya meluncurkan perjanjian internasional pertama yang terperinci tentang cara menjaga keamanan kecerdasan buatan dari pelaku jahat, mendorong perusahaan untuk menciptakan sistem AI yang “aman berdasarkan desain”.

Parlemen Eropa bulan ini telah mengadopsi perjanjian sementara untuk mengawasi teknologi AI.

Sementara itu, Gedung Putih berupaya mengurangi risiko AI terhadap konsumen, pekerja, dan kelompok minoritas sambil memperkuat keamanan nasional melalui perintah eksekutif baru pada bulan Oktober lalu.

Ketika ditanya apakah para perunding menghadapi perlawanan dari Rusia atau Tiongkok, para pejabat AS mengakui bahwa ada "banyak perbincangan yang memanas. AS menyatakan secara aktif terlibat dengan Tiongkok, Rusia, Kuba, dan negara-negara lain yang sering kali tidak sepaham dengan AS dalam berbagai permasalahan.

“Kami percaya resolusi ini memberikan keseimbangan yang tepat antara memajukan pembangunan, sambil terus melindungi hak asasi manusia,” kata salah satu pejabat AS, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya.

Seperti pemerintah di seluruh dunia, para pejabat Tiongkok dan Rusia sangat antusias menjajaki penggunaan alat AI untuk berbagai tujuan.

Bulan lalu, Microsoft mengatakan telah menangkap peretas dari kedua negara yang menggunakan perangkat lunak OpenAI yang didukung Microsoft untuk mengasah keterampilan spionase mereka.***

Sumber: Reuters

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image