Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Haris

Ramadhan Sebagai Sarana Solidaritas Sosial

Khazanah | 2024-03-22 02:55:37
Sumber: www.pixabay.com

Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan dan kekhusyukan. Bulan suci ini, yang dianggap sebagai bulan paling mulia dalam agama Islam, menandai waktu di mana umat Muslim berpuasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari sebagai bentuk pengabdian, pembersihan spiritual, dan refleksi. Selain menahan diri dari makan dan minum, Ramadhan juga mempromosikan nilai-nilai seperti belas kasihan, kesabaran, dan kemurahan hati, serta mempererat ikatan sosial melalui ritual ibadah bersama dan kegiatan amal.

Manfaat Berpuasa Bagi Tubuh

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aqiilah (2020) dari fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, berpuasa memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Salah satu manfaat utama berpuasa adalah membersihkan tubuh dari racun dan limbah metabolik. Selama berpuasa, tubuh mengalami proses detoksifikasi alami karena tidak menerima asupan makanan atau minuman selama periode tertentu. Hal ini dapat membantu memperbaiki fungsi organ-organ vital seperti hati dan ginjal, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Manfaat Berpuasa Bagi Kehidupan Sosial

Berpuasa tidak hanya memiliki manfaat spiritual dan kesehatan pribadi, tetapi juga memiliki dampak positif dalam kehidupan sosial. Salah satu manfaat utamanya adalah memperkuat rasa empati dan solidaritas antarindividu. Ketika seseorang merasakan lapar dan haus saat berpuasa, mereka dapat lebih memahami dan merasakan kehidupan orang-orang yang kurang beruntung. Hal ini dapat mendorong tindakan amal dan kepedulian sosial yang lebih besar, menginspirasi individu untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.

Manfaat puasa di bulan Ramadhan jika dilihat dari aspek sosialnya, maka akan terasa sebagai sesuatu masa yang membahagiakan bagi umat Muslim diseluruh dunia. Hal tersebut tercantum dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 213 yang artinya:

“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan” (QS. Al-Baqarah: 213).

Berdasarkan Surah Al-Baqarah ayat 213 dapat dijelaskan bahwa Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan memberikan Kitab yang benar untuk memberi keputusan di antara manusia dalam memecahkan perselisihan. Dalam hal ini, bulan Ramadhan dengan ibadah puasanya memberikan kesempatan bagi umat manusia untuk merenungkan nilai-nilai persatuan dan keadilan yang tercermin dalam ajaran Islam. Ketika umat Muslim berpuasa, mereka berpartisipasi dalam pengalaman bersama menahan diri dari keinginan duniawi. Hal ini tidak hanya memperkuat kesadaran akan penderitaan sesama, tetapi juga mempromosikan solidaritas sosial. Dalam suasana Ramadhan yang penuh dengan berkah dan kebaikan, individu cenderung lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan cenderung berbagi dengan lebih dermawan, menguatkan ikatan sosial dan memperdalam hubungan antarindividu dalam masyarakat.

Solidaritas Antar Umat di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan tidak hanya menjadi waktu bagi umat Muslim untuk memperdalam hubungan spiritual mereka dengan Tuhan, tetapi juga memberikan peluang untuk memperkuat solidaritas dan toleransi antar umat beragama. Selama bulan ini, berbagai kegiatan seperti buka bersama, penggalangan dana amal, dan program makanan gratis menjadi jembatan untuk membangun hubungan yang lebih erat antara umat Muslim dan non-Muslim. Partisipasi dalam kegiatan ini tidak hanya membantu memperkuat ikatan sosial di antara anggota komunitas Muslim, tetapi juga merangsang kerjasama antaragama yang positif.

Dalam pandangan Islam, sikap toleransi antar umat beragama juga tertuang dalam Al-Quran Surah Al-Mumtahanah Ayat 13 yang artinya:

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 13).

QS Al-Mumtahanah ayat 13 menegaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap semua orang, terutama kepada mereka yang tidak memerangi mereka dalam urusan agama dan tidak mengusir mereka dari kampung halaman. Dalam konteks sikap toleransi antar umat beragama, ayat ini mengajarkan umat Muslim untuk memperlakukan orang-orang dari latar belakang agama yang berbeda dengan sikap yang adil dan berbelaskasihan. Penekanan pada tidak memerangi dan tidak mengusir menegaskan bahwa toleransi tidak hanya berarti menahan diri dari tindakan fisik yang merugikan, tetapi juga menghormati hak asasi manusia dan kebebasan beragama. Dengan mengakui keberagaman dalam keyakinan dan praktek agama, Islam mempromosikan sikap saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai.

Nabi Muhammad SAW juga pernah berpandangan mengenai toleransi dalam beragama, dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah SAW: “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? Maka beliau bersabda: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran).” (HR Bukhari).

Hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW memberikan penekanan yang kuat pada pentingnya sikap toleransi dalam agama. Dalam hadis tersebut, Rasulullah menjelaskan bahwa agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang "lurus lagi toleran" atau "hanif yang lemah lembut." Hal ini menyoroti bahwa Allah menghargai kejujuran dan keteguhan dalam keyakinan, namun juga menghargai sikap toleransi dan kelembutan dalam berinteraksi dengan sesama manusia yang memiliki keyakinan berbeda. Penekanan pada toleransi dalam hadis ini mengajarkan umat Islam untuk memperlakukan orang-orang dari berbagai latar belakang agama dengan hormat dan kedamaian, tanpa memaksakan pandangan atau keyakinan agama mereka kepada orang lain.

Ramadhan juga menjadi momen refleksi bagi masyarakat Indonesia untuk menguatkan solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Praktik berbagi rezeki, baik dalam bentuk zakat, sedekah, maupun bantuan kepada yang membutuhkan, menjadi bagian penting dari nilai-nilai Ramadhan. Solidaritas yang terjalin melalui aksi-aksi kebaikan ini tidak hanya menguntungkan penerima, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga dan memperkuat rasa persaudaraan dalam masyarakat.

Pentingnya toleransi dan solidaritas masyarakat Indonesia di bulan Ramadhan tercermin dalam semangat gotong royong dalam beribadah serta berbagi kebahagiaan dengan sesama. Masyarakat beragam latar belakang dan keyakinan dapat bersatu dalam kegiatan-kegiatan keagamaan seperti tarawih bersama atau berbuka puasa bersama di masjid-masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya. Semangat kebersamaan ini menjadi pondasi kuat dalam membangun kedamaian dan kemajuan bersama di tengah keragaman yang ada.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bulan Ramadhan menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia untuk menguatkan solidaritas sosial. Berbagai kegiatan amal dan sumbangan dilakukan secara massif untuk membantu sesama yang kurang beruntung, terutama dalam kondisi ekonomi yang sulit. Dalam suasana Ramadhan, semangat berbagi dan peduli kepada yang membutuhkan menjadi lebih menebal. Dengan demikian, bulan suci Ramadhan tidak hanya menjadi momen ibadah, tetapi juga momentum untuk mempererat ikatan solidaritas dan memupuk semangat toleransi dalam masyarakat Indonesia.

Referensi:

Aqiilah, Ikhda Izzatul. (2020). Puasa Yang Menajubkan (Studi Fenomenologis Pengalaman Individu Yang Menjalankan Puasa Daud). Jurnal Empati: Vol. 9 No. 2: 82-108.

QS. Al-Baqarah: 213: https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=213&to=214

QS Al-Mumtahanah: 13: https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/60?from=1&to=13

Muhammad Fu'ad Abdul Baqi. (2011). Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim. Sukoharjo: DarHadits Qahirah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image