Muktamar VIII DMI: Melintasi Cakrawala ASEAN, Timur Tengah, China
Dunia islam | 2024-03-21 17:36:02Perhelatan Muktamar VIII Dewan Masjid Indonesia (DMI) sejak Jumat (1/3/24) hingga Sabtu (2/3/24) tidak terlepas dari pengalaman interaktif dan saling mempengaruhi antara pengurus DMI dengan aktor-aktor global, baik pemerintah maupun non-pemerintah, serta pengurus, aktivis dan jamaah masjid di luar negeri.
Beberapa negara seperti Federasi Malaysia, Republik Sosialis Vietnam, Kesultanan Brunei Darussalam, Republik Rakyat China, Republik Islam Pakistan, Kerajaan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Negara Kuwait, Negara Qatar dan Negara Palestina, serta Kesultanan Oman pun menjadi perbincangan menarik dan dinamis di arena Muktamar VIII DMI.
Sejumlah negara pun disebut langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) DMI, Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla M.B.A. Tepatnya saat beliau menyampaikan pidato pembukaan acara, laporan pertanggungjawaban (LPJ), maupun pidato penutupan secara resmi. Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Ke-10 dan Ke-12 itu akhirnya terpilih kembali secara aklamasi, dalam proses persidangan Muktamar VIII DMI, sebagai Ketua Umum PP DMI Masa Khidmat 2024-2029.
Pengusaha nasional kelahiran Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, pada 15 Mei 1942 itu, akan melanjutkan kepemimpinan di DMI untuk periode ketiga. Tepatnya setelah memimpin DMI selama dua periode, yakni sebagai Ketua Umum PP DMI Masa Khidmat 2012-2017 dan 2017-2022. Untuk periode kedua ini, masa khidmat PP DMI diperpanjang hingga 2024 karena pandemi Coronavirus Desease 2019 (COVID-19) dan proses pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Lalu saat menyampaikan pidato iftitah (pembukaan) di Muktamar VIII DMI, pada Jumat (1/3/24) sore, H. Muhammad Jusuf Kalla sempat yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat itu sempat menyinggung sejumlah negara seperti Arab Saudi, UEA, dan Palestina secara khusus.
Beliau juga menyinggung sejumlah negara di Timur Tengah secara umum, seperti Republik Yaman, Republik Irak, Republik Sudan, Republik Islam Iran, Kerajaan Maroko dan Negara Libya, serta Kerajaan Hasyimiyah Yordania.
Misalnya, Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Ke-10 dan Ke-12 itu menceritakan pertemuannya dengan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al Saud, pada Maret 2017 lalu. Beliau juga menceritakan seputar pengalamannya saat berkunjung ke sejumlah negara di Timur Tengah seperti UEA. Tepatnya saat berkunjung dan beribadah di masjid-masjid di Dubai dan Abu Dhabi.
Secara global, tokoh perdamaian nasional dalam proses penyelesaian konflik Aceh, Ambon dan Poso ini pun menyinggung tentang menurunnya tingkat spiritualitas di negara-negara Barat, khususnya Eropa dan Amerika.
- Uni Emirat Arab
“Kalau di banyak negara, di Timur Tengah malah, masjid dibuka setengah jam sebelum waktunya (sholat), dan kemudian dikunci lagi, setelah dipakai masjid, tiap hari. Saya ke Dubai, Abu Dhabi (UEA), Timur Tengah, kok masjid masih dikunci? Nanti setengah jam (sebelum azan) baru dibuka,” tuturnya pada Jumat (1/3/24) sore.
Tapi alhamdulillah, ungkapnya, (kondisi itu) tidak terjadi di negeri ini (Indonesia). Kadang-kadang masjid (buka) 24 jam, sampai pagi. Pagi dipakai untuk (sholat) Shubuh, setelah Shubuh pendidikan anak-anak, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan sebagainya. “Dzuhur, Ashar, Pengajian, Maghrib pengajian lagi, dan seterusnya,” imbuhnya.
- Arab Saudi
“Mungkin saya sudah menceritakan pembicaraan saya dengan Raja Saudi (Salman bin Abdul Aziz Al Saud), beberapa tahun yang lalu waktu ke sini (Maret 2017). Dia tanya saya, berapa masjid di Indonesia? Saya bilang 800 ribu. Dia tanya penerjemahnya. Bapak Wapres itu mengatakan 800 ribu atau 8.000? 800 ribu Yang Mulia,” jelasnya.
Ditanya lagi Dubes-nya (Duta Besar), ucap H. Muhammad Jusuf Kalla, benar nggak 800 ribu? Benar (Yang Mulia). “Dan dia (Raja Salman) terkejut, langsung jabat tangan dengan saya, luar biasa. “Bukan saya yang luar biasa, masyarakat, umat, yang luar biasa, membangun masjid,” Paparnya pada Jumat (1/3/24) sore.
- Palestina
“Kita bangsa yang baik, kita mendoakan, kita sangat simpati pada sahabat kita, Dubes Palestina, bagaimana kampungnya, rumahnya, bagaimana dia puasa kalau keadaan begitu? Kita mendoakan, alhamdulillah kita tidak terjadi di sini (Indonesia). Dari sekian banyak negara Islam, Indonesia-lah yang paling alhamdulillah,” katanya.
Mudah-mudahan, lanjutnya, amal ibadah kita diterima (oleh) Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT), sambil mendoakan saudara-saudara kita dimana pun berada, khususnya yang ada di Gaza, yang tidak bisa melaksanakan puasa dengan baik (karena dijajah Israel).
- Timur Tengah (Yaman, Irak, Iran, Libya dan Sudan)
“Coba lihat di Palestina, di Gaza, di lihat di Yaman, dulu Irak, Iran, Libya, Sudan, semua bentrok satu sama lain, alhamdulillah di sini tidak, (kalau) ada (konflik) diselesaikan. Jadi bersyukurlah bahwa kita di Indonesia ini merupakan Islam yang wasathiyyah,” katanya.
Secara umum, tokoh yang akrab disapa JK itu pun bersyukur terhadap kondisi bangsa Indonesia yang relatif dapat hidup aman dan damai. Namun beliau juga mengingatkan tentang ekonomi umat yang kurang baik.
“Ibadah (kita) bagus, kerja sama bagus. Satu-satunya yang kita tidak baik ialah kita kurang makmur dibanding dengan penganut agama lain,” imbuhnya.
- Eropa dan Amerika
Sebelumnya, Dr (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla juga menyinggunng kondisi spiritualitas di berbagai belahan dunia, khususnya Eropa dan Amerika.
“Dalam kondisi hari ini, di dunia ini, banyak negara menjual rumah ibadahnya, karena rumah ibadah semakin kosong. Di Amerika, di Eropa, malah banyak masjid-masjid dibangun dari membeli rumah-rumah ibadah yang lain,” ungkapnya.
Dan kita sekarang, lanjutnya, membangun masjid dimana pun sekarang ini, begitu banyaknya. “Dan itu menandakan bahwa keimanan kita di negeri ini (Indonesia) jauh lebih tinggi dibanding banyak negara-negara lain,” ucapnya.
- Pakistan, Malaysia dan Brunei Darussalam
Selanjutnya, dalam prosesi penutupan Muktamar VIII DMI, H. Muhammad Jusuf Kalla yang akrab disapa Daeng Ucu itu juga menyinggung tentang pola pembangunan dan sifat masjid di Indonesia dan Pakistan.
“Tapi sifat masjid di Indonesia berbeda dengan sifat masjid di banyak negara. Hanya dua negara di negara (Dunia) Islam, yang masjid itu sebagian besar dibangun oleh masyarakat sendiri dan dikelola oleh masyarakat sendiri, umat sendiri, yaitu hanya Indonesia dan Pakistan,” tuturnya pada Sabtu (2/3/24) malam.
(Sedangkan) Malaysia, yang dekat kita, Brunei (Darussalam), lanjutnya, semua negara yang membuat (dan) mengelola (masjid). “Kalau anda ke Malaysia untuk berdiri, berceramah, apalagi khotbah di masjid, mesti ada sertifikat dan izin dari pemerintah,” imbuh alumnus The European Institute of Business Administration itu.
“Malah, waktu kita pertemuan dengan pimpinan masjid-masjid Se-ASEAN (Asia Tenggara) pada dua tahun yang lalu (2022), itu Ketua Masjid Malaysia, dia mengirim 40 orang delegasi dalam pertemuan itu. Ketuanya justru (bilang), Saya Ketua Masjid Malaysia, dan dia ketua tim menyusun khotbah untuk seluruh masjid di Malaysia,” jelasnya.
Akhirnya, ke mana pun kalau hari Jumat nanti, kemarin, paparnya, di Malaysia contohnya, khotbahnya sama semua (di) seluruh Malaysia dan disusun di Kuala Lumpur. “Tentu kita tidak ingin, jiwa kita tidak seperti itu karena kondisinya berbeda-beda,” ujarnya.
“Nah, itulah antara perbedaan suatu negara yang masjidnya, agamanya, diatur oleh pemerintah, dan masjid serta dakwah yang diatur, dikembangkan oleh masyarakat. Kita, negeri ini, memilih masjid yang independensinya kuat di masyarakat. Karena itu, juga pendanaannya (masjid) sangat tergantung ke masyarakat,” paparnya.
- Oman, Kuwait, Qatar, Yordania dan Maroko
“Di negara-negara Arab apalagi, (Arab) Saudi, Kuwait, Qatar, Oman, Jordan (Yordania), semua masjid diatur oleh negara, Maroko, saya kunjungi hampir semua negara-negara itu dan berkunjung ke masjid-masjidnya,” jelasnya.
Tapi akibatnya, ungkapnya, adalah semua harus dikontrol pemerintah. Tentu bertentangan, tidak sesuai dengan jiwa kita (bangsa Indonesia),” imbuhnya pada Sabtu (2/3/24) malam.
- Vietnam
Lebih lanjut, pengusaha sukses dan tokoh nasional asal Indonesia Timur itu pun menyinggung tentang masa depan peran dan fungsi masjid di Indonesia, bahkan mengambil hikmah dari kondisi ekonomi di Vietnam.
“Saya baru-baru ini ke Vietnam, kenapa Vietnam maju? Bayangkan Vietnam, kita jauh lebih maju, dia (vietnam) masih perang. Eh, tahun ini, industri mobil vietnam investasi di Indonesia. Kita malu jadinya. Apa rahasia Vietnam? Dia tidak terlalu memperhatikan masa lalunya, tapi melihat selalu masa depannya,” jelasnya.
Apa yang terjadi di ummat ini? Kalau kita selalu mengingat, ungkapnya, zaman dulu waktu kejayaan Islam, kita menguasai Cordova, di Irak sekian juta buku, wah bangga kita akan masa lalu. “Kita tidak banyak berpikir tentang masa depan,” ucapnya.
- China
Sebelumnya pada Sabtu (2/3/24) siang, sewaktu menyampaikan LPJ PP DMI Masa Khidmat 2017-2024, H. Muhammad Jusuf Kalla juga menyinggung tentang spirit kewirausahaan dan jiwa entrepreneur, bahkan membandingkannya dengan rekan-rekan etnik China atau Tionghoa yang ada di Indonesia.
“Realitas saat ini, saudara-saudara kita dari etnik Tionghoa sangat maju dalam bidang ekonomi dan kewirausahaan. Jadi remaja masjid (PRIMA DMI) harus belajar ilmu dagang dan dan kewirausahaan dari mereka. Bentuknya bisa pelatihan maupun kerja sama ekonomi,” jelasnya.
“Apalagi ada hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (SAW) yang menyebutkan ‘Utlubul ilma walau bissiin,’ yang artinya ‘Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina’,” ujarnya.
Tapi karena orang China-nya sudah ada di sini, Indonesia, lanjutnya, maka tidak usah (pergi) ke China. “Belajar saja dengan mereka tentang ilmu dagang dan kewirausahaan,” ucap Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
- Muktamar VIII DMI
Muktamar VIII DMI berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, dan dihadiri oleh sekitar 900 peserta, terdiri dsri PP DMI, Pimpinan Wilayah (PW) DMI, dan Pimpinan Daerah (PD) DMI serta para panitia yang terlibat aktif di dalamnya.
Adapun tema yang diangkat dalam Muktamar VIII DMI ialah: Peran Masjid Mempersatukan dan Memakmurkan Umat. Muktamar VIII DMI dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadz H. Abdullah Sengkang Gurium, S.Pd.I., pada Jumat (1/3/24) siang.
Muktamar VIII DMI dipandu oleh Ketua PP DMI Bidang Pemberdayaan Organisasi dan Pembinaan Kewilayahan, Inspektur Jenderal (Irjen.) Polisi (Pol.) Drs. H. Mas Guntur Laupe, S.H., M.H., selaku Ketua Panitia Pelaksana (Organizing Committee/ OC).
Sedangkan Ketua Departemen Pemberdayaan Organisasi dan Pembinaan Kewilayahan PP DMI, Dr. Drs. H. Mukhtadi El Harry, M.M., M.Sc., menjadi Sekretaris Panitia Pelaksana (OC) Muktamar VIII DMI.
- Donasi Kemanusiaan untuk Palestina
Selain itu, di sela-sela sesi pandangan umum dari PW-PW DMI Se-Indonesia terhadap LPJ PP DMI Masa Khidmat 2017-2024, pada Sabtu (2/3/24) siang, terdapat prosesi penyerahan donasi kemanusiaan dari masyarakat dan jama’ah masjid serta PD DMI Kabupaten Kendal untuk masyarakat Palestina.
Donasi kemanusiaan untuk masyarakat Palestina itu dikoordinir oleh PD DMI Kendal. Kemudian secara simbolis, bantuan donasi itu diserahkan langsung oleh Ketua PW DMI Jawa Tengah, Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, kepada Ketua Umum PP DMI Masa Khidmat 2017-2024, Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, M.B.A.
“Donasi Palestina dari PD DMI Kabupaten Kendal Sejumlah: Rp 209.600.000, Dua Ratus Sembilan Juta Enam Ratus Ribu Rupiah,” demikian tulisan yang terdapat di dalam papan penyerahan bantuan donasi untuk masyarakat Palestina. Papan itu juga dilengkapi dengan logo DMI, serta bendera Palestina dan Indonesia.
Turut hadir dan berdiri di tengah, antara Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, M.A., dan Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, M.B.A., yakni Ketua PD DMI Kendal, Ir. H. Sugiono, M.T. Hadir pula Wakil Ketua PW DMI Jawa Tengah, Dr. KH. Multazam Ahmad, M.A., dalam prosesi penyerahan ini.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.
Direktur Bidang Media, Komunikasi dan Informasi PP Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) DMI.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.