Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Menangkan Trisakti Menuju Republik Indonesia Keempat!

Politik | Thursday, 21 Mar 2024, 15:36 WIB
Sejak beberapa tahun terakhir, isu kemandirian nasional kembali terus menguat di permukaan. Di tambah lagi, pada saat Pilpres 14 Februari lalu, tiga pasang Calon Presiden (Capres) yang sedang berkompetisi mengusung gagasan kemandirian itu dalam tema kampanyenya.

Trisakti menjadi sentimen atau kehendak umum yang menguat di tengah-tengah rakyat marhaen.

Trisakti itu sudah menjadi sentimen atau kehendak umum. Dan tiga pasang capres-cawapres menggunakan itu untuk memenangkan dukungan dalam Pilpres lalu.

Sayangnya, sampai sekarang ini Pemerintah belum berhasil membumikan gagasan Trisakti itu ke ranah kebijakan. Padahal, hal itu yang sangat ditunggu-tunggu oleh rakyat marhaen saat ini.

pemerintahan Jokowi-JK justru banyak disibukkan dengan disharmoni di dalam pemerintahannya dn mengeluarkan kebijakan yang kontraproduktif dengan Trisakti Bung Karno. Sehingga, ada kebutuhan mendesak bagi pemerintahan hari ini untuk membereskan internal pemerintahannya dan kebutuhan "kejar setoran".

Selanjutnya, pemerintahan hasil Pemilu 2024 perlu menggalang kembali dukungan rakyat marhaen dan kekuatan politik untuk memperjuangkan Trisakti dalam tataran konkret. Termasuk menggalang kekuatan koalisi di Parlemen yang mau serius memperjuangkan Trisakti.

Kalau berlama-lama, pemerintahan baru nanti bisa kehilangan momentum dan kehilangan legasi yang baik. Jadinya, cita-cita Trisakti yang dikumandangkan saat kampanye lalu tinggal pepesan kosong.

Disamping itu, kita juga mengkhawatirkan makin surutnya rasa kebangaan nasional bangsa Indonesia saat ini. Padahal, kata dia, kebanggaan nasional itu modal utama untuk memobilisasi seluruh komponen bangsa, termasuk rakyat marhaen, dalam memajukan bangsa ini.

Jangan-jangan, bangsa Indonesia sudah merasa asing di negerinya sendiri. Itu lantaran kebanggaan nasional itu makin surut. Tidak seperti di era Bung Karno dengan anti-imperialisme dan anti-kolonialismenya.

Problem Partai Politik

Sementara itu, kita menyoroti problem kepemimpinan politik nasional saat ini. Kata dia, bangsa Indonesia diperhadapkan dengan dua persoalan besar, yakni kekuasaan yang minus pengabdian dan mental negarawan yang makin tersisih.

Ini keadaan sekarang sangat merisaukan. Para penyelenggara negara sibuk memikirkan kepentingannya. Tidak ada lagi perhatian terhadap persoalan bangsa dan rakyat marhaen.

Kita juga mengkhawatirkan peran kapital yang makin mendominasi kontestasi politik di Indonesia. Akibatnya, sebagian besar pemimpin yang lahir tidak lepas dari peranan dan kepentingan kapital. Termasuk Jokowi saat ini. Dia ini kan sudah disiapkan lama oleh pemilik modal. Lalu dipoles dan dibesarkan oleh media massa. Soalnya, sekarang media massa punya peran besar menentukan politik.

Kita juga menyoroti soal pola rekrutmen parpol yang makin terkontaminasi oleh kepentingan pemodal. Kita berharap, ada partai alternatif yang bisa menciptakan pola politik yang benar-benar baru sesuai kepentingan rakyat Marhaen.

Mewujudkan Republik Indonesia Keempat

gagasan Republik Indonesia Keempat esensinya adalah masyarakat adil dan makmur. Kata ‘Keempat’ mengacu pada periodeisasi politik di Indonesia.

Masa pasca Proklamasi, lalu Dekrit Presiden 5 Juli 1959, hingga 1965, itu disebut Republik Indonesia Pertama. Inilah era ketika mimpi membangun Indonesia yang mandiri itu sangat kuat.

Republik Indonesia Kedua mengacu pada masa Orde Baru. Di periode ini, kata dia, kendati mulai membuka pintu bagi modal asing, tetapi masih ada pembatasan-pembatasan.

Sedangkan Republik Indonesia Ketiga mengacu pada era pasca reformasi rezim Jokowi-Amin saat ini. Periode ini ditandai dengan keterbukaan tanpa kendali di bidang ekonomi, politik, dan sosial-budaya.

Ini era dimana kita sama sekali tidak lagi punya kedaulatan. Bahkan, kebanggaan nasional kita pung hilang. Banyak orang Indonesia tidak bangga lagi sebagai orang Indonesia.

Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) dan rakyat Indonesia sedang berjuang untuk Republik Keempat, yakni Republik Indonesia yang berbasiskan masyarakat adil dan makmur. Untuk mencapai itu, Indonesia harus berdiri tegak berdasarkan Trisakti: kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan kebudayaan yang berkepribadian nasional.

jika Pemerintahan Baru Hasil Pemilu 2024 masih punya mimpi untuk mewujudkan Trisakti, maka prasyaratnya adalah retooling semua lini kekuasaan negara.

Perlu ada perombakan besar-besaran. Termasuk perombakan cara berpikir. Makanya revolusi mental itu perlu sebelum pembangunan fisik dimulai. Kalau Jokowi sekarang, pembangunan fisik lebih dulu tanpa memperbaiki mental.

gagasan Republik Keempat ini perlu diturunkan dalam bentuk yang praktis. perubahan dari desa serta dihapuskannya segala Bentuk Perundangan Undangan atau Peraturan Peraturan yang Berbau Kapitalisme Dan Neoliberalisme bisa menjadi pijakan awal untuk memperjuangkan Republik Keempat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image