Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ika Bunda i i

Empat Tipe Muslim dalam Menyambut Ramadhan, Kamu termasuk yang Mana?

Agama | Monday, 18 Mar 2024, 16:08 WIB

Tidak terasa bulan Sya'ban hampir berlalu. Tinggal menghitung hari, umat Islam akan memasuki bulan Ramadhan. Bulan yang didalamnya diwajibkan berpuasa ini menjadi ritual tahunan umat Islam. Selama sebulan penuh umat Islam akan menjalani ibadah puasa, mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

untuk menjadi muslim yang bahagia dan tenang menjalani ibadah dibulan Ramadhan, umat Islam tidak bisa mengupayakan hal itu sendiri.untuk menjadi muslim yang bahagia dan tenang menjalani ibadah dibulan Ramadhan, umat Islam tidak bisa mengupayakan hal itu sendiri.  

Suasana religius dibulan Ramadhan membuat umat Islam menyambutnya dengan beragam ekspresi. Ada 4 tipe ekspresi muslim dalam menyambut bulan istimewa ini. Yuk, kita kupas bersama.

Yang pertama adalah tipe sedih, dimana ia merasa kecewa dengan kehadiran bulan Ramadhan. Hal ini karena mereka menganggap kesenangannya dibatasi oleh Ramadhan. Seperti makan, minum, nongkrong, mengenakan baju terbuka, dll tidak bisa bebas dilakukan. Karena Ramadhan membuat kontrol sosial yang lebih islami daripada bulan-bulan sebelumnya. Ada beberapa hal yang juga berat dilakukan oleh kelompok ini, seperti bangun sahur, memperbanyak tadarus, salat tarawih, adab berpakaian islami dll. Sehingga umumnya mereka memanfaatkan waktu yang tersisa untuk melakukan kebiasaan yang tidak bisa ia lakukan dibulan Ramadhan. Seperti nongkrong dan begadang sebelum Ramadhan, pesta miras, makan minum sepuasnya, bergaul bebas sepuasnya sampai detik terakhir Sya'ban.

Kelompok ini biasanya bersembunyi dibalik jargon, hormati yang tidak puasa saat melakukan aksi yang dilarang oleh islam dibulan ramadhan. Karena kesabarannya lebih tipis dari tisu. mereka juga ingin tetap berlebaran walau awalnya kecewa dengan kehadiran Ramadhan.

Tipe yang kedua adalah tipe manusia B aja. Dimana ia tidak kecewa dengan kehadiran Ramadhan sekaligus tidak juga bahagia. Ia tipe orang yang mengalir saja, mengikuti trend sosial di lingkungannya. Kalau orang-orang ramai puasa mereka ikut. Kalau orang-orang ramai teraweh juga ikut. Apa yang populer dimasyarakat ia ikuti.

Kelompok ini terlihat normal-normal saja. Namun tipe B aja ini biasanya mulai oleng dipertengahan bulan Ramadhan. Fokusnya mulai teralihkan untuk berburu persiapan lebaran daripada berburu Lailatul qadar. Mereka sibuk mempersiapkan isi toples, isi amplop, hampers hantaran, menu lebaran, sarimbit lebaran, pernak-pernik rumah dan sejenisnya. Daripada fokus ke masjid disepuluh hari terakhir Ramadhan.

Selanjutnya muslim tipe ke 3. Mereka adalah tipe bahagia. Dimana sukacitanya menyambut Ramadhan terlihat menonjol. Kelompok ini bersemangat memulai Ramadhan dengan hal-hal yang baik. Banyak goals yang sudah ia rencanakan. Mulai dari jadwal bukber, tadarusan, berbagi takjil, safari teraweh, rajin kajian, berburu Lailatul qadar, i'tikaf, memperbanyak salat malam dll. Semangatnya semakin membara disepuluh hari terakhir Ramadhan. Karena ada malam Lailatul Qadar yang ia buru.

Kelompok ini biasanya agak kecewa jika tamu bulanannya datang, karena aktifitas kebaikanny berkurang sementara hutang puasanya bertambah. Namun secara keseluruhan, ia sangat bersemangat menyambut dan menjalani Ramadhan. Bukan sekedar euforia, tapi karena mereka memiliki modal pemahaman yang benar tentang Ramadhan.

Seperti yang kita ketahui bersama, banyak sekali keutamaan bulan Ramadhan yang seharusnya membuat umat muslim bersuka cita menyambutnya.

Keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan adalah,

Pertama, Ramadan adalah bulan yang penuh Rahmat, Allah SWT memberikan ampunan bagi hamba-Nya yang menjalankan Ibadah dengan Ikhlas dan benar. Pahala yang dijanjikan Allahpun dilipat gandakan.

Kedua, dibukanya pintu surga selebar-lebarnya dan ditutupnya pintu neraka serapat-rapatnya oleh Allah dibulan istimewa ini. Hal ini membuat kontrol sosial ditengah masyarakat menguat dan suasana religius begitu terasa.

Ketiga, Ramadhan adalah waktu yang mustajab untuk berdoa, dimana Allah menjanjikan akan mengabulkan doa manusia yang sedang berpuasa.

Keempat, selepas bulan Ramadhan umat Islam akan kembali suci, yakni diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Sehingga mereka diibaratkan terlahir kembali seperti bayi yang tak punya dosa.

Kelima, terdapat malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Dimana beramal pada malam itu, sama seperti beramal sepanjang 82 tahunan.

Maasyaa Allah, semua keutamaan tadi sudah sering diperdengarkan dalam pengajian-pengajian, kelas-kelas spiritual, islamic training, tausiah, kultum, khutbah dll. Sehingga lekat dibenak umat Islam. Dan pemahaman ini melahirkan umat Islam tipe ke tiga dan tipe keempat.

Dimana muslim tipe keempat adalah muslim yang bersukacita namun dihimpit dilema. Mereka bergembira menyambut Ramadhan namun separuh jiwanya bersedih. Hal ini karena adanya beban pikiran yang mengganggunya sebelum menjalani Ramadhan.

Yang menjadi beban pikiran umat Islam tipe 4 ini diantaranya adalah kebijakan politik yang meresahkan rakyat. Diantaranya,

Meroketnya harga beras dipasaran. Tepat setelah selebrasi pemilu, kabar kenaikan harga beras tak bisa dibendung. Kenaikan harga beras menjadi kasus nasional yang merata diseluruh wilayah indonesia. Tidak ada secuil wilayahpun yang tidak mengalami kasus kenaikan harga beras ini. Banyak masyarakat yang mengeluh dan mempertanyakan kasus darurat ini kepada presiden. Namun, seperti dikuti oleh...

Sya'ban yang seharusnya bisa membuat umat Islam mempersiapkan bekal menjalani Ramadhan membuat umat Islam sibuk. Karena yang awalnya memiliki pendapatan yang cukup menjadi kekurangan. Yang awalnya bisa membeli beras kiloan akhirnya hanya mampu membeli beras saset. Yang awalnya ingin fokusmenyambut Ramadhan menjadi tersibukkan oleh masalah perut. Kondisi dilematis ini melahirkan tipemuslim yang keempat.

Tentu kita merindukan masa dimana umat Islam semuanya menjadi tipe keempat, yang bahagia dan tenang dalam menjalani Ramadhan. Karena mereka tidak disibukkn dengan persoalan perut. Namun pada faktanya, persoalan perut tidak hanya menjadi masalah dibulan ini saja tetapi masih menjadi PR yang sejak lama menggurita dinegri agraris ini.

Sebagai contoh data stunting yang masih belum berada dilevel aman. Menunjukkan rendahnya akses masyarakat terhadap pangan bernutrisi. Belum lagi kenaikan harga kebutuhan pokok, mulai dari beras, cabe, minyak, telur, gula, dan yang lainnya. Fakta ini memicu banyaknya keluarga miskin dan meningkatnya resiko stunting pada penduduk kelas menengah kebawah.

Yang lebih membuat ironi adalah standar garis kemiskinan di Indonesia. Dimana angkanya tidak manusiawi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa garis kemiskinan yang menjadi dasar penentuan penduduk miskin di Tanah Air mengalami kenaikan pada Maret 2023 sebesar 2,78% menjadi Rp 550.458 per kapita per bulan. Itu berarti tiap orang miskin yang memiliki Rp.18.348,6 per hari untuk makan, dianggap tidak miskin. Walau kebutuhan primer yang lain tak terpenuhi.

Padahal jika mengacu pada nominal program makan siang gratis Paslon terpilih sebesar Rp13.403 per hari. Jika diasumsikan orang miskin minimal 2 kali sehari makan, Seharusnya standar minimal orang miskin adalah Rp13.403 per hari x 2 x 30 = Rp. 804.180 ini diluar kebutuhan primer lainnya seperti listrik, air, transportasi, komunikasi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Sehingga bisa dibayangkan, secara real penduduk miskin di Indonesia jauh melebihi jumlah penduduk miskin menurut kriteria pemerintah yaitu 25,90 juta orang.

Maka, untuk menjadi muslim yang bahagia dan tenang menjalani ibadah dibulan Ramadhan, umat Islam tidak bisa mengupayakan hal itu sendiri. Butuh kebijakan yang adil dan komprehensif dari pemerintah. Untuk meningkatkan pendapatan perkapita rakyatnya dengan berbagai kebijakan yang memihak rakyat. Agar daya beli rakyat meningkat dan bisa memenuhi semua kebutuhan primernya, bukan sekedar makan. Tentu bukan solusi yang menimbulkan masalah baru, namun solusi yang bisa menuntaskan persoalan negri ini.

Ada sebuah hadis dari Rasulullah Saw tentang sosok pemimpin.

"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian." (Hadits riwayat Imam Muslim).

Dengan kebijakan yang benar sesuai dengan Islam. Pemimpin akan mampu membuat rakyatnya bahagia dan tenang menjalani Ramadhan. Dan mereka akan dicintai dan didoakan dijamin tanpa dana kampanye sedikitpun. Maasyaa Allah, Islam memang pembawa berkah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image