Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Mengurangi Penggunaan AC agar Bumi Lestari dan Tetap Layak Huni

Gaya Hidup | Tuesday, 12 Mar 2024, 17:24 WIB
AC lazim digunakan untuk mendinginkan ruangan. Foto: Gettyimages via bbc.com.

TAK bisa kita mungkiri, air conditioning [AC] merupakan salah satu produk inovasi teknologi modern yang kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Dengan bantuan AC, aktivitas kita di dalam ruangan memang menjadi lebih nyaman. Bekerja, berbelanja, belajar atau sekadar menikmati hiburan menonton film di gedung bioskop dapat berlangsung dengan nyaman dan membahagiakan berkat adanya AC.

Namun, kabar buruknya, semakin banyak AC digunakan, sesungguhnya justru akan semakin ikut berkontribusi bagi menumpuknya gas rumah kaca di atmosfer, yang berimbas pada bertambahnya temperatur Bumi kita.

Zat chloro fluoro carbon (CFC) dan hydrofluorocarbon (HFC) adalah dua elemen yang lazim digunakan dalam AC. Kedua zat ini sangat tidak ramah lingkungan. CFC dapat meningkatkan lubang di lapisan ozon, sedangkan HFC dapat menyebabkan efek rumah kaca yang ribuan kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida (CO2).

Belum lagi AC menyedot banyak energi. Repotnya, pasokan listrik untuk AC selama ini mayoritas bersumber dari bahan bahan bakar fosil, seperti batubara, yang notabene sangat kotor bagi lingkungan. Artinya, semakin banyak dan semakin lama AC kita operasikan, semakin banyak bahan bakar fosil yang digunakan dan semakin besar emisi karbon yang ditimbulkan.

Buntut-buntutnya, penumpukan gas rumah kaca bakal semakin besar dan pemanasan global bakal kian meningkat. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa 30 tahun mendatang, penggunaan AC akan menyedot sekitar 13 persen dari pasokan listrik global serta menghasilkan sekitar 2 miliar ton karbon dioksida saban tahunnya.

Untuk ikut mencegah agar konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer tidak semakin meningkat, tentu saja kita perlu mengubah gaya hidup kita, dari gaya hidup tinggi karbon ke gaya hidup rendah karbon. Itulah petuah kunci yang sesungguhnya sudah kita ketahui bersama. Tinggal sekarang bagaimana kita mau mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari kita.

Bagaimanapun, kita semua memiliki kewajiban mewariskan Bumi yang lebih bersih, lebih sehat, kepada para generasi penerus kita. Adalah kewajiban kita bersama sekarang ini untuk berkontribusi senyata-nyatanya -- sekecil apa pun kontribusi itu -- dalam menjaga, merawat, dan melindungi Bumi dari ancaman pendidihan global yang dapat menimbulkan berbagai petaka bagi sebagian maupun seluruh penghuni Bumi ini.

Dalam hal penggunaan AC, sudah waktunya kita mulai berupaya meninggalkannya, atau paling tidak meredusir penggunaannya. Agar kita tidak bergantung pada penggunaan AC, perlu diupayakan agar bangunan-bangunan yang kita huni lebih ramah lingkungan. Misalnya, lahan sekitar bangunan sebaiknya tidak dibeton atau diaspal, sehingga dapat tetap ditanami vegetasi hijau yang memasok oksigen dan berguna untuk menurunkan suhu sekitar. Pada saat yang sama, bangunan sebaiknya dirancang dengan selalu memperhatikan proses sirkulasi udara secara alami sehingga suhu ruangan relatif adem meski tanpa penggunaan AC.

Segala upaya mesti kita lakukan demi turut menjadikan Bumi lestari dan tetap layak huni. Maka, pengurangan dan penghentian penggunaan AC, mau tidak mau, mesti masuk ke dalam daftar utama kita terkait upaya-upaya dalam menghindari pendidihan Bumi -- selain melakukan efisiensi dalam pemakaian energi listrik, memperbanyak konsumsi makanan berbasis tumbuhan, dan membeli produk-produk makanan lokal, memperbanyak menanam pohon, serta mengurangi perjalanan dengan moda transportasi berbahan bakar fosil.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image