Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image erlis siska

KUKEJAR CINTA-MU SAMPAI KE ALAK PAUL

Sastra | Friday, 14 Jan 2022, 17:02 WIB

Film Pendek “Alak Paul” Komunitas Jamuga

Film Pendek Alak Paul Karya Komunitas Jamuga. Source: https://youtu.be/_C_SMZG7CGY

Berbicara tentang perjodohan, sering kali perjodohan menjadi hal yang tidak diinginkan. Cinta yang dimaksud oleh semua orang tidak dapat diterima terhadap orang yang dijodohkan. Seperti pada kasus Euis pada film pendek “Alak Paul” karya Ari Kpin. Awalnya orang tua Euis menginginkan Euis menikah karena melihat teman-temannya sudah menikah dan juga orang tua Euis menjodohkan dengan Juragan Jarot yang merupakan seorang juragan kaya di desa. Ternyata Juragan Jarot berniat untuk segera melamar dengan membawa rombongan beserta seserahan yang banyak yang dibawa oleh setiap orangnya. Namun, dipertengahan jalan ke rumah Euis ternyata dicegat oleh anak buah dari Bojeg Borejeg hingga keduanya berkelahi. Saat Euis menolak perjodohan hingga menangisi nasibnya, diwaktu yang sama saat Juragan Jarot dan Bojeg Borejeg berkelahi. Euis dibawa kabur oleh Kartaji ke sebuah tempat yang tidak bisa dijangkau oleh siapa pun, yang disebut dengan Alak Paul. Orang tua Euis dan Asih yaitu adiknya melihat kepergian Euis dengan Kartaji ke Alak Paul hanya bisa mengikhlaskan pilihan Euis.

Film pendek “Alak Paul” karya Ari Kpin merupakan hasil ekranisasi dari naskah buku “PARBUNG LALAKON – Kumpulan Carita Tina Paribasa” Karya Ari Kpin. Ari Kpin menulis buku tersebut juga sebagai sutrada dalam film “Alak Paul”. Kancah Ari Kpin dalam berkarya sudah sangat banyak, seperti Puisi-puisi Ari Kpin dalam antologi “Percakapan di Beranda Angin” dan musikalisasinya diteliti sebagai disertasi pada program doktor UGM. Tulisan-tulisannya baik berupa essai, puisi, cerpen, dan naskah drama dimuat di berbagai media, di antaranya di Majalah Pusat terbitan pertama, dalam RUMAH PERADABAN, Bunga Rampai Puisi, Cerpen & Esai Silaturrahim Sastrawan Indonesia 2014 (Penerbit Padasan, cetakan pertama Agustus 2015). Ia juga menjadi salah seorang sastrawan yang diundang ke berbagai kota di Indonesia dalam program Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (Program Kemendibud RI) dan menjadi instruktur pelatihan-pelatihan sastra di berbagai kota dan jenjang, salah satunya diklat Membaca Menulis dan Apresiasi Sastra (MMAS) yang diikuti guru-guru pada tingkat nasional.

Dalam bidang pendidikan, Ari Kpin memiliki pengalaman mengajar di berbagai jenjang pendidikan formal. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Untuk tingkat Perguruan Tinggi, Ari Kpin sering diundang menjadi dosen tamu di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI Bandung untuk mata kuliah Pergelaran Sastra, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI Bandung, IKIP Siliwangi Bandung, dan di STIKOM Bandung. Selain itu, di Bandung ia mendirikan Sanggar Ari Kpin yang membina siswa, mahasiswa, dan masyarakat umum di bidang kepenulisan, musik, dan sastra.

Tidak hanya sendiri dalam memproduksi sebuah film pendek. Komunitas Jamuga menjadi lembaga yang memproduksi film “Alak Paul”. Jamuga merupakan sebuah komunitas kebudayaan. Tidak heran dengan prestasi dan banyaknya karya sehingga Ari Kpin sebagai ketua komunitas Jamuga. Komunitas Jamuga didirikan pada tahun 2020, meskipun terbilang sangat muda tetapi prestasi dan karya berhasil didapatkan serta terciptanya suatu karya. Jamuga tidak hanya berfokus pada bidang seni musik, tetapi juga pada seni teater, film, puisi, silat, seni rupa (lukis) bahkan dalam bidang sosial.

Tujuan difilmkan cerpen ini agar melestarikan kebudayaan Sunda yaitu paribasa. Dalam sesi wawancara bersama para pemeran tokoh juga komunitas Jamuga pada (25/11/2021), mengatakan “kesusastraan Sunda ada paribasa semacam ungkapan sesuatu yang menyembunyikan arti. Sudah hampir tidak dikenal lagi oleh generasi milenial. Nah, berangkat dari situ kita mencoba mensosialisasikan paribasa dalam bentuk sajian visual atau film yang menerjemahkan makna dari paribasa tersebut”, Alasan yang dipaparkan cerpen Alak Paul dijadikan sebuah film.

Dalam naskah film dengan naskah cerpen sangat berbeda karena mereka melihat kondisi dari tempat yang akan dijadikan latar. Selain itu, dilihat dari kondisi yang masih terdampak virus covid-19 tidak memungkinkan untuk beberapa adegan yang ada di cerpen. Dalam naskah cerpen bercerita tentang sekelompok perampok dengan salah satu tokoh masyarakat yang sedang mengadakan pesta pernikah. Pada wawancara (25/11/2021) mengatakan, “sebelumnya kami tidak membuat skenario tapi diskusi. Setelah diskusi buat skenario bebas dan memvisualisasikan dengan mudah. Tidak sama persis dengan naskah pak Ari, karena ada pertimbanagan lain seperti melihat tempat dan perangkat film. Jadi naskah dialognya itu betul-betul secara spontanitas”, Jelasnya.

Selain itu, Film Alak Paul yang disutradarai oleh Ari Kpin menggunakan peralatan film seadanya dan sederhana yang sudah pasti dimiliki oleh hampir semua orang yakni kamera handphone. Dengan kata lain, Ari Kpin mengajak pada semua orang agar tidak harus membuat segala sesuatu dimulai dengan alat yang sudah lengkap dan canggih. Memang dengan kamera handphone hasilnya jauh berbeda dari kamera canggih. Seperti hasil film Alak Paul, terkadang hasil video kurang fokus sehingga sedikit bergoyang membuat tidak nyaman saat menontonnya. Tetapi itu tidak membuat hasil keseluruhannya tidak bagus.

Hal ini seperti film “Bentik Curuk Balas Nunjuk” yang di tayangkan sebulan sebelum film Alak Paul yaitu pada bulan Agustus. Dengan judul film yang berasal dari paribasa Sunda juga yang artinya jangan hanya sekedar memimpin dan memerintah saja, namun harus ikut berupaya untuk melakukannya sendiri. Meskipun diproduksi oleh lembaga yang sama namun, terdapat perbedaan dalam cerita film keduanya. Walaupun begitu, tujuannya memiliki kesamaan untuk melestarikan paribasa Sunda.

Aspek pertunjukan yang terdapat dalam film pendek “Alak Paul” sudah memenuhi aspek tersebut, seperti lakon, musik, tata busana, tata cahaya, pemain merupakan orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Adapun para pemain yang berperan dalam film Alak Paul, sebagai berikut: Oky Lasminingrat (Ceu Empat), Diana Ratna Inten (Ceu Nining), Lenny Noviani (Ambu), Abah Zaenal (Abah), Qiyan Ayuni Mustari (Asih), Shela Salpa (Euis), Dado Bima (Bojeg Borejeg), Wa Ratno (Juragan Jarot), Apung S. Lukman (Kartaji), Rian (Darman), Bu Cucu, Mang Ucup, Mang Acuy, Ahmad, Unang, A Yoga, Jang Ridwan, Sani, Jang Hendra, Hendra, Ica, Nisa, Elsa, Deris, Sulis, Amel, Rahma, Jang Dika, De Rizqi, Dika, dan Dendi. Akting. Meskipun ada beberapa tokoh yang terlihat masih canggung saat berdialog, namun tidak menjadikan para pemain lainnya tidak bagus. Dan aspek pertunjukan terahir yaitu tempat pertunjukan. Tempat pertunjukan ialah setiap lokasi yang digunakan untuk sebuah pementasan atau pertunjukan. Desa Cilawu yang berada di kabupaten Garut menjadi tempat pertunjukan film pendek “Alak Paul”. Selain memperlihatkan kebudayaan sunda seperti pakaian, rumah dan bahasanya. Film pendek “Alak Paul” ingin memperlihatkan kekayaan alam sunda serta keindahannya. Seperti pada awal film yang dimulai dengan memperlihatkan sebuah sungai yang airnya masih jernih, suara gemericik air dan alam yang masih asri juga segar.

Menurut Freeman Tilde, interpretasi merupakan sebuah kegiatan yang memiliki sifat mendidik disertai maksud untuk mengungkapkan arti dan juga hubungan lewat perantara objek asli beserta pengalaman. Akan tetapi, dengan media juga dapat digantikan oleh objek ilustrasi yang dapat memberikan informasi komunikasi secara faktual. Seperti tujuan dari komunitas Jamuga untuk menyebarkan kebudayaan sunda, memperbaiki peradaban berpikir tentang realita masyarakat dari seorang sastrawan, penulis, aktor, perupa, pemusik dan lainnya. Dengan adanya diciptakan sebuah karya buku paribasa serta difilmkan salah satu dari kumpulan cerpen tersebut menjadikan interpretasi terhadap paribasa yang tidak diketahui oleh generasi milenial.

Ekranisasi cerpen ke film “Alak Paul” ini dapat menjadi penting bagi kesastraan. Merupakan suatu hal yang berbeda dari karya sastra pada umumnya. Diketahui bahwa zaman sekarang sudah banyak ekranisasi cerpen ke film namun, masih sedikit yang mengangkat dari suatu kebudayaan seperti paribasa Sunda. Sehingga dari ekranisasi cerpen ke film Alak Paul ini bisa menjadi inspirasi bagi semua orang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image