Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sri Pujiono

Upaya Bebas dari Kubangan Salah dan Dosa

Agama | 2024-03-02 06:25:15

Lupa dan salah sudah built in dalam diri manusia. Yang membedakan antara satu dengan lainnya adalah sikap atas kondisi itu.

Jika kesalahan selalu terjadi tanpa upaya perbaikan berarti, maka kemunduran yang akan dialami.

Begitu sebaliknya, jika seseorang selalu sigap dalam tindakannya. Berhati-hati agar tidak gagal. Jika gagal lekas bangkit dan melakukan perbaikan, maka masa depan cerah akan mudah diraih.

Urusan salah dan lupa melingkupi berbagai aspek, agama dan dunia. Untuk urusan dunia, dengan mengoptimalkan manajemen, bentuk kesalahan bisa dieliminir.

Ada planning, organizing, actuating dan controlling. Unsur itu jika dilakukan dengan optimal, keberhasilan akan bisa diraih.

Sementara dalam urusan agama ada istilah muhasabah. Tindakan seseorang akan bermuara pada pahala dan dosa. Maka muhasabah berperan dalam meneliti, apakah ada salah dalam tindakan atau tidak.

Tindakan selanjutnya adalah jika terjadi kesalahan, ia berhenti dari perbuatan itu memperbaiki dan tidak mengulanginya dikemudian hari.

Jika menemukan amalan sudah baik, maka ia menjaganya dan mengikuti dengan perbuatan baik yang semisal.

Bagi seorang yang taat beragama, dia akan ketat dalam mengevaluasi diri. Seorang ulama bernama Maimun bin Mihran mengatakan "Orang yang bertakwa itu lebih ketat perhitungannya daripada seorang raja yang bengis dan orang yang bakhil."

Muhasabah tidak terbatas hanya di akhir sebuah amalan, namun muhasabah juga ada di awal sebelum berbuat. Muhasabah ini berkaitan dengan kepastian dalam keikhlasan dan kualitas amal yang nantinya akan dilaksanakan.

Kesalahan ( baca: maksiat ) akan menciptakan dosa. Ketepatan ( baca : kebaikan) akan menjadi sebab diraihnya pahala.

Lantas bagaimana jika seseorang sudah terjebak dalam kubang dosa?

Dalam hal ini Syaih As Sa’di memberikan langkah solutif, secara berurutan beliau menyampaikan yaitu

Jika melihat adanya kekeliruan segera menyelesaikannya dengan cara melepaskan diri darinya, bertaubat secara sungguh-sungguh dan berpaling dari berbagai hal yang menghantarkan pada kekeliruan tersebut. Jika menilai dirinya bersikap sekenanya dalam menunaikan perintah-perintah Allah, ia akan mengerahkan segala kemampuannya dengan meminta pertolongan pada RabbNya untuk mengembangkan, dan menyempurnakannya, serta membandingkan antara karunia dan kebaikan Allah yang diberikan padanya dengan kemalasannya. Karena hal itu mengharuskannya merasa malu.

Akhirnya, meskipun manusia memiliki karakter mendasar-salah dan lupa- masih ada solusi untuk menjadi pribadi yang baik. Kesempatan untuk membuktikan bahwa manusia adalah sebaik-baik ciptaan masih terbuka lebar.Mari kesempatan ini jangam sampai luput. Pastikan semua baik baik saja.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image