Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Makanan Ultra-Olahan Tingkatkan Risiko 32 Jenis Penyakit Berbeda

Gaya Hidup | Friday, 01 Mar 2024, 17:14 WIB
Mie instan masuk kategori makanan ultra-olahan. Foto: fk.ui.ac.id.

MENGKONSUMSI makanan ultra-olahan dapat menyebabkan lusinan masalah kesehatan yang mengerikan. Sebuah kajian memperingatkan hal tersebut, baru-baru ini.

Sekelompok peneliti mengaitkan pola makan tinggi makanan ultra-olahan dengan peningkatan risiko 32 penyakit berbeda. Secara khusus, makanan-makanan ini sangat terkait dengan risiko kematian dini, seperti penyakit jantung, kanker, gangguan kesehatan mental, kelebihan berat badan dan obesitas, serta diabetes tipe 2. Demikian para peneliti menyimpulkan.

Misalnya, makanan ultra-olahan dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian terkait jantung sebesar 50%, peningkatan risiko kecemasan dan gangguan mental umum sebesar 48% hingga 53%, dan risiko diabetes Tipe 2 sebesar 12%, kata para peneliti.

Makanan ultra-olahan meliputi makanan ringan kemasan, minuman manis, mie instan, sereal manis, dan makanan siap saji.

Produk tersebut menjalani berbagai proses industri untuk menjadikannya lezat, serta mengandung bahan tambahan seperti pengemulsi, zat pewarna, dan perasa kimia.

Sayangnya, makanan ultra-olahan kini menyumbang hingga 58% dari total asupan energi harian di beberapa negara berpendapatan tinggi, dan menjamur di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, kata para peneliti dalam catatan latar belakang penelitian.

“Yang perlu diperhatikan, selama beberapa dekade terakhir, ketersediaan dan variasi produk ultra-olahan yang dijual telah meningkat secara substansial dan pesat” di negara-negara di seluruh dunia, tulis tim peneliti yang dipimpin oleh Melissa Lane, peneliti asosiasi di Deaken University Institute for Mental and Kesehatan Fisik di Victoria, Australia, seperti dikutip kantor berita UPI.

Makanan olahan ini mengandung banyak gula, garam dan lemak, serta bahan-bahan lain yang dapat berbahaya bagi banyak sistem di dalam tubuh, tulis para peneliti.

Untuk penelitian ini, tim peneliti meninjau kumpulan data dari 14 artikel ulasan yang diterbitkan dalam tiga tahun terakhir yang melibatkan hampir 10 juta partisipan. Tidak ada satupun data penelitian yang didanai oleh perusahaan makanan yang memproduksi makanan ultra-olahan.

Data-data penelitian mengaitkan makanan ultra-olahan dengan risiko kematian akibat sebab apa pun sebesar 21% lebih besar, peningkatan risiko obesitas sebesar 55%, peningkatan risiko diabetes tipe 2 sebesar 40%, peningkatan risiko masalah tidur sebesar 41%, dan peningkatan risiko masalah tidur sebesar 22% peningkatan risiko depresi.

Tim peneliti mencatat bahwa dampak kesehatan yang buruk ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh kurangnya nutrisi dan kandungan kalori yang tinggi dari produk makanan ultra-olahan.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image