Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Wukuf di Arafah, Sarana Muhasabah

Agama | Friday, 01 Mar 2024, 14:11 WIB

Usai salat Subuh berjamaah di tenda Mina pada Selasa, 9 Dzulhijah 1444 H atau 27 Juni 2023, kami bersiap untuk bergeser ke Arafah. Untuk ibadah wukuf. Arafah berada di sebelah tenggara Makkah. Pemerintah Arab Saudi menetapkan bahwa 9 Dzulhijah jatuh pada Selasa, 27 Juni 2023. Sementara itu almanak di Indonesia baru keesokan harinya.

Kami berkemas-kemas dan memindah tas ransel atau koper kecil ke tenda jatah KBIH yang sebelumnya ditempati ibu-ibu. Demi keamanan, tumpukan tas itu ditutup terpal dan diikat karena akan ditinggal sehari semalam.

Rombongan berjalan beriringan di lorong-lorong tenda menuju jalan raya tempat menunggu bis. Beberapa saat kemudian, bis datang dan kami naik tertib bergantian. Karena jalanan mulai padat, bis melaju dengan kecepatan sedang. Di pinggir jalan, banyak jamaah yang berjalan kaki menuju Arafah. Makin mendekati Arafah, jamaah makin ramai. Sudah banyak pula para tamu Allah yang telah tiba duluan.

Jamaah KBIH Jabal Nur Sidoarjo mengikuti khotbah mengawali wukuf di Arafah. (Foto : Joko Susanto)

Bis kami mulai pelan dan ternyata itu pertanda sudah sampai di tujuan. Tepat pukul 07.32 WAS pagi, di hari wukuf itu, kami telah menginjakkan kaki di padang Arafah. Turun dari bis, petugas mengarahkan untuk berjalan kaki menuju tenda jatah KBIH kami. Jarak tempuh dari pemberhentian bis ke tenda tidak terlalu jauh, hanya puluhan meter. Di lorong pun ada pembagian air oleh panitia orang Arab. Kami kebagian tenda di sisi pinggir Arafah. Jaraknya sekitar 3,4 KM di sebelah utara Jabal Rahmah, posisinya di 904 street ring road Arafah.

Berbagi dengan jutaan saudara muslim sedunia, kami kebagian satu tenda dengan kapasitas daya tampung sekitar tujuhpuluh persen dari jamaah. Diprioritaskan untuk lansia dan wanita. Saya dan belasan jamaah pria yang lain mencari tempat di luar tenda seperti di bawah-bawah pohon. Pohon yang berjejer di sekitar tenda adalah pohon mindi (Melia Azedarach). Dalam bahasa Inggris disebut Bead tree atau Chinaberry tree. Batang pohonnya kecil, dengan beberapa cabang. Namun demikian, daun-daun kecil berwarna hijau tua mampu membagi kesejukan di tengah panasnya terik matahari Arafah sekitar 42 derajat Celcius.

Istri beserta ibu-ibu yang lain sudah berada di dalam tenda meskipun berhimpitan. Sekedar mendapat tempat untuk duduk saja sudah senang.

Selagi masih pagi, belum waktunya wukuf, jamaah dipersilakan memenuhi keperluan pribadi, menikmati konsumsi, dan persiapan lainnya. Karena jutaan manusia berkumpul, dalam banyak hal, jamaah harus maklum dan bersabar.

Sebagian bapak-bapak memindah kasur matras yang tidak terpakai untuk alas duduk di luar tenda, daripada berdesak-desakan di dalam atau daripada duduk di tanah pasir berdebu. Dari tempat itu kami melihat masih banyak bis-bis silih berganti mengantar jamaah masuk ke kawasan Arafah. Pun banyak pula tampak jamaah yang berjalan kaki.

Arafah terletak sekitar 25 kilometer dari Makkah, merupakan suatu padang pasir yang dulunya gersang tanpa tumbuhan. Kerajaan Arab Saudi berusaha menghijaukannya, sehingga suasana panas terik yang menyengat berkurang menjadi lumayan sejuk.

Detik-detik Dhuhur telah tiba.

Waktu Dhuhur pukul 12.21 WAS, rangkaian wukuf dimulai dengan khotbah oleh ustad Dr. Achmad Zuhdi. Kemudian adzan dilanjutkan iqomat untuk salat Dhuhur dua rakaat lalu iqomat untuk salat Ashar dua rakaat. Salat jama' taqdim.

Dalam khotbah Arafah, ustadz Zuhdi berpesan bahwa wukuf di Arafah tidak hanya berdiam diri, tetapi momentum strategis untuk introspeksi. Muhasabah diri masing-masing untuk kepentingan hidup masa mendatang. Poin pentingnya adalah pertama, hikmah ihram, kesamaan manusia di hadapan Allah SWT, pembedanya adalah taqwa. Kedua, dalam hidup ini ada larangan-larangan yang harus dijauhi. Ketiga, perbedaan sosial di masyarakat adalah keniscayaan dan kehendak-Nya yang bukan untuk disombongkan. Keempat, perbanyak istighfar karena tiada manusia yang luput dari dosa. Kelima, usahakan menghadirkan hati untuk makin dekat pada Illahi. Sebagaimana pesan Imam an-Nawawi, semoga pasca haji, kualitas kehidupan menjadi lebih baik sebagai tanda-tanda haji mabrur dan maqbul.

Saya duduk mendengarkan khotbah di shaf ujung paling kanan. Dekat dengan terpal putih tulang penutup tenda yang kadang kala terbuka karena diterpa angin siang yang cukup kencang.

Wukuf di Arafah menjadi inti atau puncak dari seluruh rangkaian pelaksanaan ibadah haji. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “al-Hajj ‘Arafah” (Haji adalah wukuf di Arafah). Sebagai salahsatu monumen Ilahi (masyairillah), Arafah merupakan tempat amat penting dan bersejarah.

Saat wukuf di Arafah jamaah berpakaian ihram. Mendekati waktu Ashar, saya dan istri pindah ke musala di samping tenda. Musalanya berupa tenda juga, namun lebih lapang dan AC-nya lumayan terasa. Penghuninya tidak berjubel. Sudah ada beberapa jamaah dari Bojonegoro. Di luar tenda, istri bertemu dengan seorang nenek yang kesasar, usut punya usut ternyata rombongan dari Blitar.

Saat wukuf, jamaah dianjurkan untuk

berdzikir, istighfar, ingat dosa-dosa, dan memperbanyak berdoa. Dapat dilakukan di dalam tenda atau di luar dengan beratap langit beralas karton kardus atau matras.

Wukuf di Arafah ibarat miniatur padang mahsyar pada hari kiamat nanti. Semua embel-embel keduniaan manusia tiada berarti. Bekal yang berguna adalah amal saleh dan ketaqwaan pada Illahi.

Demi berjuang untuk hadir di Arafah, mereka datang dari berbagai negeri nun jauh, lengkap dengan berbagai drama cerita, untuk memenuhi panggilan-Nya. Semua perjuangan terasa terobati karena menjadi bagian jutaan manusia yang terpilih dari sekian banyak manusia yang antri ingin hadir di sana. Kesyahduan wukuf di hari bersejarah itu berlangsung hingga Maghrib tiba. Semoga doa, harapan, taubat, dan semua ibadah mereka diterima. (Jakarta, 29 Februari 2024)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image