Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image musyafa ahmad

Islam Nusantara menjadi Dakwahnya NU

Agama | Friday, 14 Jan 2022, 12:58 WIB

Masuknya Islam di Nusantara dapat berkompromi dengan budaya lokal Jawa saat itu. Para Wali Sanga yang menyebarkan agama Islam sangat bijaksana dalam menyikapi budaya Jawa yang sarat dengan muatan animisme dan dinamisme. Dengan pendekatan Sufistik sebagaimana ditulis oleh Alwi Sihab dalam buku Islam Sufistik , bahwa Islam dapat berkembang dan berhasil mengislamkan orang Jawa yang sebelumnya memeluk agam Hindu dan Budha.

Islam bisa bersentuhan serta mengakomodasi budaya lokal yang sudah menjadi tradisi. Contohnya Walimatul Hamli atau tujuh bulan untuk istri yang hamil anak pertama. Itu budaya yang sudah berjalan semenjak zaman raja Joyoboyo. Setelah Islam masuk akhirnya dibuatlah walimah dengan bersedekah makanan kepada tetangga. Inilah yang disebut dengan Islam Nusantara.

Hal tersebut pernah dipraktekkan ketika zaman Nabi di Mekah.

Syareat Aqiqah sebelumnya adalah budaya orang Mekah. Sebagai wujud kebahagiaan diberikan keturunan orang Mekah menyembelih kambing dan melumuri jidat bayi yang di aqiqohi dengan darah sembelihan kambing tersebut. Setelah Nabi Muhammad mengajarkan agama Islam budaya tersebut menjadi syareat sunah Nabi dengan mengganti melumuri minyak wangi. Ini namanya budaya yang menjadi syareat.

Dakwah yang diajarkan Nabi dengan santun sebagaimana Wali Sanga dakwah di Jawa dengan pola dakwah Islam Nusantara. Itulah yang dipraktekkan oleh NU. Demikian disampaikan Sekretaris MWC NU Wanasari saat memberikan Pembinaan Aswaja di masjid Baiturrahman desa Siwungkuk.

Menurut Akhmad Sururi, amanat melestarikan, mempertahankan dan mengembangkan ajaran Ahlussunah wal jamaah merupakan tugas pengurus di semua tingkatan. Upaya melestarikan Aswaja dengan menjadi tradisi seperti malam hari ini Lailatul Ijtima yang didalamnya ada istighosah harus kita pertahankan sampai kapanpun.

Kita bersyukur menjadi orang NU yang ada di Indonesia dengan kehidupan yang damai bisa berdampingan dengan agama lain. Berbeda di Timur Tengah sana sesama Islam beda kelompok aliran saling bentrok. Sehingga dalam melaksanakan ibadah tidak menemukan ketenangan dan ketentraman. Negara dan Agama bagi NU merupakan simbiosis mutualisme. Negara hadir dalam komunitas kehidupan beragama untuk menjamin ketenangan dan ketentraman umat dalam menjalankan ibadah. Agama bagi negara merupakan spirit moral agar terwujud bangsa yang makmur dan sejahtera.

Acara Lailtul Ijtima yang berlangsung setiap malam Jumat Kliwon dihadiri oleh warga NU re ranting Siwungkuk. Rois Syuriah Kyai Kasmuri memimpin Istigosah dan doa bersama.

Turut hadir dalam acara tersebut Ketua Tanfidziyah, Kepala Desa Siwungkuk, Pengurus Masjid Baiturrahman, GP Ansor, Fatayat, Muslimat NU, IPNU dan IPPNU.

Setelah selesai istighosah, kordinator koin NU melaporkan perolehan koin NU dari warga NU Siwungkuk dengan total pemasukan 22 Jt.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image