Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Kreativitas Bukanlah Satu-satunya Bidang Kaum Muda

Gaya Hidup | Wednesday, 28 Feb 2024, 20:00 WIB
Sumber gambar: pekalongankota.go.id

Kreativitas dan warga senior.

Poin-Poin Penting

· Orang lanjut usia secara keliru dianggap kurang kreatif.

· Pendekatan proaktif membantu menjadikan kreativitas sebagai upaya seumur hidup.

· Kreativitas dapat didukung oleh empat praktik utama: bermain, membaca, jalan-jalan, dan melamun.

Saat Anda membaca postingan ini, saya telah merayakan ulang tahun saya yang ke 62 (atau, seperti komentar seorang teman, “Sepertinya Anda sudah terlindungi dengan baik di dekade ketujuh!”). Bagi pembaca yang juga telah memasuki “tahun emas” mereka, Anda pasti menyadari beberapa rasa sakit fisik dan tantangan mental (“Sekarang, kenapa saya masuk ke ruangan ini?”) yang terkait dengan tahap kehidupan ini. Jadi, apakah Anda dan saya juga dihadapkan pada banyaknya legenda, kebohongan, dan fiksi yang terkait dengan masa-masa lanjut kita.

Salah satu mitos yang paling umum adalah bahwa kreativitas berkurang secara signifikan seiring bertambahnya usia. Kenyataannya adalah: semuanya tergantung.

Menurut psikolog Dean Keith Simonton, ada tiga faktor yang cenderung mempengaruhi kreativitas kita seiring bertambahnya usia. Pertama, tingkat kreativitas kita seringkali dipengaruhi oleh bidang atau profesi yang kita geluti saat dewasa. Bagi mereka yang menganggap kreativitas sebagai elemen penting dalam karya mereka, seperti penyair dan ahli matematika, bukti menunjukkan adanya puncak dan penurunan di kemudian hari; sedangkan para profesional seperti filsuf dan sejarawan mengalami puncak karir mereka di kemudian hari. Kedua, ada individu-individu yang merupakan “one-hit wonders” – mereka memberikan satu kontribusi kreatif dan kemudian gagal. Yang lain menikmati kontribusi kreatif seumur hidup yang berlanjut hingga, dan hingga, tahun-tahun senior mereka. Ketiga, ada orang-orang yang berkembang pesat (yang menciptakan karya terbaiknya di awal kariernya), dan orang-orang yang berkembang pesat yang hasil kreatifnya baru dimulai bertahun-tahun dalam kariernya (Saksi Nenek Moses, seniman terkenal, yang tidak memulainya melukis sampai dia berumur 78 tahun).

Simonton juga menegaskan bahwa usia tua tidak selalu mengakibatkan penurunan kreativitas secara signifikan. Argumennya yang kuat adalah bahwa kreativitas dapat menjadi tujuan seumur hidup dan kenyataan bagi mereka yang berusia 60an, 70an, dan seterusnya, sama seperti bagi mereka yang baru lulus kuliah atau dalam tahap awal karir mereka. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tingkat kreativitas kita tidak selalu bergantung pada kondisi usia kita, melainkan bagaimana kita dapat memanfaatkannya sepanjang hidup kita.

Tetap Kreatif di Hari Tua

Semakin banyak penelitian yang menggarisbawahi fakta bahwa kreativitas adalah komponen penting dalam penuaan yang sehat. Yang tidak kalah pentingnya adalah kreativitas telah terbukti menjadi faktor penting yang menyebabkan umur panjang. Oleh karena itu, pertanyaannya kemudian menjadi, “Apa yang dapat saya lakukan untuk memastikan bahwa tingkat kreativitas saya kuat dan berkelanjutan, terutama seiring bertambahnya usia?” Mari lihat.

Pertama, bermain sangat penting untuk kreativitas kita – berapapun usianya. Bermain memungkinkan kita untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikir divergen kita, karena dalam bermain, segalanya mungkin. Kita melihat situasi dan peristiwa tanpa pandangan kritis dan kita tidak terlalu menghakimi dan tidak terlalu membatasi diri. Dalam situasi bermain, kita lebih cenderung mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan “Bagaimana jika?” (“Bagaimana jika kita melempar Frisbee dengan gerakan di atas tangan, bukan dengan gerakan di bawah tangan?”), lebih cenderung mengambil peluang kreatif (“Saya yakin saya bisa mengayun lebih tinggi dari yang Anda bisa.”), dan lebih bersedia mencari hal yang tidak diketahui. kemungkinan (“Hei, ayo kita mendaki gunung itu dan melihat apa yang ada di puncaknya.”). Bermain memungkinkan kita berpikir tanpa batasan buatan. Hal ini memungkinkan kita untuk hidup di dunia dimana segala sesuatu bisa terjadi – sebuah dunia dengan sedikit batasan dan banyak kemungkinan.

Kedua, membaca secara luas. Individu kreatif biasanya membaca berbagai macam buku – sebagian besar di luar bidang pilihan mereka. Misalnya, meskipun saya seorang pendidik profesional, saya sering membaca buku dengan topik di luar bidang keahlian saya, termasuk pemasaran, arkeologi, kriminologi, tenun, hortikultura, pendakian gunung, filsafat, dan kartografi. Membaca yang dilakukan di bidang yang jauh dari, atau berbeda dari, profesi yang dipilih, menawarkan sudut pandang yang berbeda. Mengekspos diri kita pada arena yang baru dan beragam juga membukakan kita pada pemikiran yang baru dan beragam.

Ketiga, bepergian secara luas. Banyak pakar kreativitas memuji pentingnya perjalanan sebagai insentif untuk berpikir kreatif. Perjalanan tidak hanya memaparkan seseorang pada wilayah dan lanskap baru; demikian pula, apakah hal ini menawarkan peluang untuk pengalaman orisinal seperti makanan, adat istiadat, geografi, tradisi, etnis, politik, dan ritual. Perjalanan membantu kita menjadi lebih jeli dan, dengan demikian, menciptakan hubungan antara apa yang biasa kita lakukan dan apa yang dapat kita pelajari “di perjalanan.” Keuntungan terbesarnya adalah kita memiliki kesempatan untuk berinteraksi secara pribadi dengan orang lain dan cara mereka (yang terkadang kreatif) dalam memandang dunia.

Keempat, perbanyak melamun. Melamun merupakan aktivitas mental yang penting, apalagi jika kita memperhatikannya. Dalam sebuah penelitian, peneliti meminta 122 siswa untuk membacakan cerita anak-anak dan menekan sebuah tombol setiap kali mereka mendapati diri mereka tidak mendengarkan. Para peneliti juga secara berkala menginterupsi siswa saat mereka sedang membaca dan menanyakan apakah mereka “zoning out” atau tertidur tanpa menyadarinya. Mereka menyimpulkan bahwa orang yang menyadari kecenderungannya untuk melamun cenderung lebih kreatif. Hasilnya juga menunjukkan bahwa individu mendapat nilai lebih tinggi pada tes kreativitas di mana mereka diminta untuk mendeskripsikan semua kegunaan benda umum, seperti batu bata. Seperti diberitakan, orang yang melamun mampu menyusun daftar yang lebih panjang dan kreatif.

Kesimpulan

Kreativitas, di atas segalanya, adalah komitmen seumur hidup. Ini adalah kebiasaan (untungnya) yang perlu menjadi bagian konsisten dari rutinitas kita sehari-hari. Ibarat seorang pelari maraton ulung, itu adalah sesuatu yang harus dilatih secara rutin. Berapa pun usia kita, kita harus berusaha keras. Intinya: Menjadi dan tetap kreatif memerlukan komitmen dan energi sepanjang tahun-tahun kita.

Itu saja untuk saat ini – saya punya buku baru untuk ditulis (saya tidak bertambah muda, lho!).

***

Solo, Rabu, 28 Februari 2024. 7:47 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image