Demensia frontotemporal, Penyakit Pengecilan Otak yang Masih Belum Ada Obatnya
Gaya Hidup | 2024-02-27 05:38:46Penyakit pengecilan otak yang disebut demensia frontotemporal telah menarik perhatian setelah sejumlah kalangan mengatakan bahwa mereka mengalaminya.
Demensia frontotemporal, atau FTD, adalah penyakit langka yang memengaruhi bagian otak yang mengendalikan perilaku dan bahasa. Bagian-bagian otak ini akan menyusut seiring dengan memburuknya penyakit.
FTD biasanya dapat menyerang orang berusia 40-an hingga awal 60-an. Penyakit ini dapat mengubah kepribadian seseorang, menyebabkan hilangnya kendali atau perilaku liar. Kadang-kadang disalahartikan sebagai gangguan kesehatan mental seperti depresi atau gangguan bipolar. Diperlukan waktu bertahun-tahun bagi dokter untuk mendiagnosis kondisi ini.
Brenda Rapp,seorang ilmuwan di Universitas Johns Hopkins, menggambarkan tanda-tanda penyakit ini seperti ini: "Mungkin Anda melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain dan Anda tidak benar-benar mengerti mengapa hal itu mengganggu orang lain."
Penyakit ini terkait dengan afasia progresif primer, yang merupakan suatu kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi. Seseorang yang mengidap FTD mungkin mengalami kesulitan menemukan kata-kata atau memahami pembicaraan.
Apa yang menyebabkan FTD?
Kerusakan pada neuron, pembawa informasi otak, diyakini sebagai bagian dari masalahnya, tetapi penyebab utama dari suatu kasus sering kali tidak jelas. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini lebih mungkin mengalaminya. Tetapi kebanyakan orang yang terserang FTD tidak memiliki riwayat demensia dalam keluarga.
Tidak ada obat untuk FTD, tetapi ada beberapa cara untuk mengatasinya. Orang mungkin akan mendapatkan terapi wicara jika mereka memiliki jenis yang memengaruhi bahasa. Mereka mungkin mendapatkan terapi fisik untuk meningkatkan gerakan.
Beberapa pasien menerima antidepresan atau obat untuk Parkinson, penyakit sistem saraf, yang memiliki beberapa gejala yang sama dengan FTD.
FTD dapat merupakan penyakit yang lama, berlangsung selama dua hingga 10 tahun. Penderita FTD akan membutuhkan perawatan atau dukungan keperawatan karena gejala-gejala yang mereka alami semakin parah.
"Penyakit ini akan menyebar ke seluruh otak," kata Rapp. "Kecepatan penyebarannya sangat tidak dapat diprediksi. Jadi, sangat sulit untuk mengetahui seberapa cepat seseorang akan memburuk," tambahnya.***
Sumber: Associated Press, Voice of America
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.