Pentingnya Mewaspadai Kadar PFAS dalam Darah
Info Sehat | 2024-02-21 15:39:09APA yang kita makan dan di mana kita memakannya dapat mempengaruhi tingkat bahan kimia selamanya dalam darah kita. Hal itu ditegaskan oleh sekelompok peneliti di Amerika Serikat.
Dilaporkan Euro News, para peneliti bertanya kepada lebih dari 700 orang dalam dua kelompok mengenai pola makan mereka, termasuk seberapa sering mereka mengonsumsi makanan dan minuman tertentu, seperti sayuran berwarna hijau tua, roti, minuman olahraga susu, dan teh serta menguji kadar PFAS (perfluoroalkyl & polyfluoroalkyl substances) dalam darah mereka.
Para peneliti juga menanyakan seberapa sering mereka makan makanan yang disiapkan di rumah, di restoran cepat saji, atau di restoran non cepat saji. Mereka menggunakan informasi ini untuk membuat hipotesis seberapa sering partisipan bersentuhan dengan kemasan makanan yang merupakan sumber umum PFAS.
Penelitian ini menemukan bahwa mengonsumsi teh dalam jumlah besar, daging olahan, dan makanan yang disiapkan di luar rumah dikaitkan dengan peningkatan kadar PFAS dalam tubuh dari waktu ke waktu.
Partisipan penelitian yang mengonsumsi lebih banyak teh, hot dog, dan daging olahan secara keseluruhan juga memiliki kadar PFAS yang lebih tinggi.
Namun, beberapa makanan hanya dikaitkan dengan tingkat PFAS yang lebih tinggi ketika disiapkan di luar rumah. Orang yang mengonsumsi makanan seperti kentang goreng atau pizza yang disiapkan di restoran biasanya menunjukkan peningkatan kadar bahan kimia yang bersifat permanen dalam darah mereka. Para peneliti menyarankan bahwa temuan ini menunjukkan bahwa kemasanlah yang menjadi masalahnya.
Hubungan antara teh dan tingkat PFAS yang tinggi, misalnya, mereka menduga bahwa hal ini terkait dengan kantong teh yang diolah dengan bahan kimia selamanya, meskipun masih diperlukan lebih banyak penelitian. Daging olahan tidak terlalu mengejutkan dengan banyaknya kemungkinan kontaminasi dalam proses pembuatannya.
"Kami mulai melihat bahwa bahkan makanan yang secara metabolik cukup sehat pun bisa terkontaminasi PFAS," kata Hailey Hampson, seorang mahasiswa doktoral di Divisi Kesehatan Lingkungan Keck School of Medicine dan penulis utama penelitian ini.
"Temuan ini menyoroti perlunya melihat apa yang dimaksud dengan makanan 'sehat' dengan cara yang berbeda," tambahnya.
Tim peneliti percaya bahwa ini adalah penelitian pertama yang meneliti bagaimana pola makan seseorang terkait dengan tingkat bahan kimia dalam darah mereka dari waktu ke waktu.
"Melihat beberapa titik waktu memberi kita gambaran tentang bagaimana mengubah pola makan orang dapat benar-benar berdampak pada tingkat PFAS," kata Jesse A Goodrich, penulis senior penelitian ini dan asisten profesor ilmu kependudukan dan kesehatan masyarakat di Fakultas Kedokteran Keck.
Mengapa PFAS menjadi masalah?
PFAS diketahui berbahaya bagi kesehatan kita. Penelitian telah menunjukkan bahwa zat ini dapat mengganggu hormon, melemahkan tulang, atau meningkatkan risiko beberapa penyakit. Bahan-bahan ini juga telah dikaitkan dengan kanker, cacat lahir, penyakit ginjal, dan masalah kesehatan serius lainnya.
PFAS ini dikenal sebagai bahan kimia selamanya karena membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai dan sangat sulit untuk dihilangkan. Banyak penelitian sebelumnya yang berfokus pada keberadaan mereka di dalam air, namun para ilmuwan mengatakan bahwa makanan yang terkontaminasi mungkin merupakan ancaman terbesar bagi kesehatan manusia.
Beberapa sumber kontaminasi terburuk pada makanan termasuk pembungkus, beberapa plastik dalam kemasan, pestisida dan air atau pupuk yang tercemar PFAS yang digunakan saat produk ditanam.
Para penulis penelitian menegaskan bahwa tujuannya bukan untuk menentukan makanan mana yang sehat dan mana yang tidak sehat, melainkan untuk mengetahui makanan mana yang mungkin memerlukan lebih banyak pengujian untuk memantau dari mana kontaminasi berasal.***
Sumber: Euro News
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.