Nenek Nigeria dan Taman Surga
Agama | 2024-02-09 20:53:16Berlapis kesejukan udara pagi hari di Masjid Nabawi, wajah-wajah jamaah tampak berseri. Dekat dengan makam Nabi, mengalirkan hawa ketenangan tersendiri hingga ke relung hati.
Kalender menunjukkan penanggalan Kamis, 1 Juni 2023. Dari Subuh hingga Dhuha, kami berkegiatan di karpet yang terhampar di dalam masjid. Barisan demi barisan para jamaah yang mengular, sedang mengukir pengalaman spiritual masing-masing. Di seberang, terbayang lorong-lorong Madinah masa lalu, tempat para sahabat bergegas menuju masjid atau medan perjuangan. Tanah Madinah tetaplah sama, hanya saja sekarang berlapis lantai dan karpet pilihan bermotif bunga kecil.
Terpampang betapa indahnya bagian interior masjid. Satu diantara keunikannya adalah lengkungan antar kolom-kolom penyangga ruang dengan desain abu-abu dan putih berselang-seling. Kaki kolom bundar ini berupa persegi yang difungsikan untuk aliran AC dan ada pula rak tempat sandal.
Selain payung-payung raksasa yang dapat menguncup dan mengembang, ada karya arsitektur yang membuat jamaah berdecak kagum. Maha karya itu adalah kubah geser atau sliding dome yang dapat dibuka dan ditutup seara otomatis sesuai kebutuhan. Menurut data situs perusahaan konstruksinya, jumlah kubah geser ada 27 buah. Ukurannya 18 x 18 meter. Proyek perluasan itu dibangun pada masa Raja Fahd tahun 1984-1994.
Dhuha itu kubah geser pelan-pelan terbuka. Sirkulasi udara terjaga dan sinar mentari pagi menghangatkan karpet di lantai masjid. Seperti menjemur karpet tanpa harus repot mengeluarkan. Seiring terbukanya kubah sliding tersebut, jamaah dapat menatap birunya langit Madinah. Tubuh terasa hangat. Saya pun beranjak pindah tempat lalu keluar.
Saya berkeliling di sekitar Masjid Nabawi. Kondisi Nabawi sekarang tentu jauh berbeda dengan masa Nabi dan sahabat. Berabad-abad telah mengalami perubahan dan perluasan oleh penguasa pada masanya. Kini, di pelataran terlihat tiang-tiang coklat krem berbaris rapi menyangga lampu-lampu eksterior. Akhirnya saya berhenti di sebuah taman berpagar yang bernama taman Tsaqifah Bani Saidah. (Kisah spesial di taman ini saya tulis di bagian tersendiri).
Dhuha itu saya berjalan ke hotel untuk menikmati sarapan. Namun, di bawah sebuah tiang besar sebelum pagar masjid bernomor 365, ada dua orang nenek yang duduk bersimpuh di lantai. Bersandar tiang. Salahsatunya melambai-lambaikan tangan ke arah saya. Umurnya mungkin sekitar 70 tahunan. Saya pun mendekati mereka.
Dari pengakuannya, mereka berasal dari Nigeria, Afrika. Dengan bahasa isyarat, dia menyerahkan sebuah kartu nama hotel. Saya mengira mereka sedang kebingungan arah. Nama hotel itu saya cari di internet, di maps ternyata tidak ada. Saya tanyakan para petugas kebersihan dari Bangladesh, mereka pun hanya menggelengkan kepala alias tidak tahu.
Akhirnya saya melangkah Kembali masuk menuju ke pintu Masjid Nabawi, agak jauh dari nenek itu duduk. Saya berikan kartu nama hotel berbahasa Arab itu kepada petugas resmi, berjubah putih dan bersurban, yang duduk di kursi di samping pintu masjid. Dia membuka handphone-nya. Tak berapa lama kemudian, jawaban sudah ditemukan. Dengan tangan kanannya dia menunjukkan arah atau jalan menuju hotel dimaksud.
Saya segera kembali ke tempat dua nenek Nigeria itu menunggu. Mereka lalu berdiri. Saya pun meniru gaya petugas tadi dalam menunjukkan arah. Maju lurus lalu belok kanan. Dengan bekal informasi tadi, kedua orang itu melangkahkan kaki. Puluhan meter mereka berjalan, masih saya amati. Sepertinya mereka bertemu dengan jamaah satu hotelnya. Wajahnya ceria. Mereka melangkah pergi menuju hotelnya, hilang dari pandangan saya.
Petang harinya, saya mendapat jadwal masuk raudah. Saya sudah mendaftar secara online untuk masuk Raudhah dan kebagian tanggal 1 Juni 2023. Registrasinya ketika masih di asrama haji Surabaya pada 30 Mei 2023. Aplikasi Nusuq, namanya. Waktu kosong (tanda warna hijau) yang tersedia saat registrasi yaitu setelah magrib. Sesuai aplikasi nusuq, saya kebagian masuk Raudah tanggal 1 Juni 2023 pukul 19.15-19.44 WAS.
Untuk memastikan, saya mencoba bertanya ke desk bertuliskan 'hajj centre' di halaman Masjid Nabawi, kapan saya berkumpul atau ikut antrian untuk dicek oleh petugas. Biar tidak ketinggalan. Anak muda berjubah putih yamg bertugas di depan loket itu menjawab "after Maghrib". Hari itu Maghrib pukul 19. 07 WAS. Ok, Thank you, balasku, sambil bergegas bergabung dengan barisan persiapan salat yang sudah mulai padat.
Tahap demi tahap di titik pengecekan oleh petugas kami lalui dengan tertib antri. Bagaimana pun, tamu harus ikut aturan tuan rumah. Tidak ngeyel atau merasa sok tahu. Para calon peserta ke Raudhah masuk ke lokasi salat di pelataran luar dinding masjid, ada hamparan beberapa karpet yang sudah disiapkan dekat dengan lokasi pemeriksaan pendaftaran, tidak jauh dari pintu 37 dan 38.
Saat duduk rapi berbaris di shaf, diberi minuman buah dari orang India. Masuk dengan tertib 1 demi 1 di antara pagar plastik pembatas yang memanjang. Tiba-tiba ada seseorang yang tanpa daftar terlebih dahulu mencoba ikut antri masuk, petugas yang menunggu di ujung bersikap tegas. Orang itu disuruh pergi, keluar dari antrian, karena tidak bisa menunjukkan bukti pendaftaran sesuai aplikasi. Pendaftar resmi menunjukkan hape-nya yang ternyata ada tanda berkedip-kedip atau aktif kalau memang jamnya sesuai kuota.
Beberapa saat setelah masuk mendekati Raudhah, kami diberi hadiah sebotol air zam-zam di dekat pintu. Saya pun mencari tempat di 'taman surga' yang masih memungkinkan di tengah rapatnya jamaah yang berdesakan. Ada baiknya apabila kita mengetahui tiang-tiang atau pilar-pilar (ustuwanah) bersejarah dalam area Raudhah. Utamanya terkait keberkahan dan keutamaannya.
Raudhah adalah tempat di antara rumah Rasulullah (yang sekarang menjadi makam Nabi SAW) dengan mimbar Nabi. Rasulullah SAW bersabda, “Apa yang berada di antara kamarku dan mimbarku merupakan taman-taman surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dahulu, Raudhah ini berada di luar area Masjid Nabawi, karena merupakan tempat di antara rumah Nabi dan mimbar Nabi. Tetapi, seiring perluasan Masjid Nabawi, tempat ini akhirnya menyatu dan menjadi bagian dari area dalam Masjid Nabawi. Semoga kita semua dapat kembali memanjatkan doa dan salat di sana. (Tol KM 166 Cikopo- Palimanan Jabar, 7 Feb 2024).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.