Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Amal Sebatas Fatamorgana: Nasib Orang Beramal tanpa Iman

Agama | 2024-02-09 17:17:41
Dokumen Intisari

Orang-orang yang berbuat baik di dunia tanpa mengharap pahala di akhirat, sungguh ruginya diri mereka. Mereka telah banyak mengeluarkan harta dan tenaga untuk beramal, namun pahalanya lenyap begitu saja di akhirat kelak. Padahal selama ini mereka berprasangka telah melakukan kebaikan terbesar dalam hidupnya. Sayang sekali, kerja keras dan pengorbanan mereka sia-sia belaka karena tidak ikhlas dan hanya mengharap pujian manusia semata.

Melakukan kebaikan di dunia tanpa mengharap ridha Allah adalah kesia-siaan. Banyak orang beramal dan berderma dengan niat untuk mendapat sanjungan masyarakat. Mereka rela mengeluarkan harta dan tenaga yang besar untuk berbuat baik. Sayang, semua itu akan sirna di akhirat nanti karena amalan mereka tidak diterima Allah. Sungguh rugi rasanya setelah sekian banyak berkorban di dunia, tetapi tidak mendapat ganjaran di akhirat yang kekal abadi. Maka beramal lah dengan ikhlas karena Allah, bukan karena manusia.

Islam mengajarkan bahwa amalan baik seseorang tidak otomatis menjamin keselamatan di akhirat. Ada syarat mutlak yang harus dipenuhi, yaitu iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Tanpa iman, semua amal baik hanyalah sia-sia belaka.

Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran: "Sesungguhnya orang-orang kafir, amalan mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun." (Q.S. An-Nur: 39). Ayat ini menggambarkan bahwa amal orang kafir tidak berguna sama sekali, bak fatamorgana di padang pasir yang tidak nyata.

Mengapa demikian? Karena syarat sahnya amal adalah iman. Tanpa iman, amal hanyalah kesia-siaan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan diterima amalan seorang hamba sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." (HR. Muslim no. 134). Sabda ini menegaskan bahwa iman adalah kunci diterimanya amal di sisi Allah.

Ironisnya, banyak orang beramal tanpa disertai iman yang benar. Mereka adalah orang-orang yang mengaku beriman, padahal mengingkari ayat-ayat Allah dalam Al-Quran. Mereka juga menolak rukun iman yang enam. Inilah yang disebut "iman tangan", yaitu iman yang tidak menyentuh hati.

Akibatnya, amalan mereka gugur dan lenyap di akhirat nanti. Allah tidak akan menghitung atau menimbang amal mereka, karena syarat iman tidak terpenuhi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah tidak akan menerima amalan seorang hamba, sebelum ia menerima apa yang telah Allah wajibkan atasnya." (HR. At-Tabrani). Maksudnya, seorang hamba harus beriman kepada rukun iman yang enam terlebih dahulu, baru amalannya akan diterima.

Oleh karena itu, marilah kita introspeksi diri. Apakah amalan kita selama ini sudah didasari dengan iman yang benar? Ataukah kita terjebak "iman tangan" semata, yaitu amal baik tanpa iman? Jika demikian, sudah saatnya kita benahi iman kita. Tanamkan kembali iman yang murni di hati, dengan meyakini keesaan Allah, kerasulan Muhammad, serta rukun iman lainnya.

Jadilah termasuk orang yang beruntung dengan menyelaraskan amal dan iman. Jangan sampai kita merugi karena amalan di dunia yang dianggap baik, namun ternyata gugur di akhirat kelak. Introspeksi dan perbaiki diri dengan mengikhlaskan setiap amal perbuatan semata karena Allah. Ingatlah, hidup di dunia hanyalah sementara, sedangkan kehidupan di akhirat abadi selamanya. Perbanyak amal shaleh dengan hati yang tulus dan jernihkan niat karena Allah.

Hiduplah dengan amal dan iman yang sejalan, bukan yang beriringan tanpa bertemu. Jangan biarkan pengorbanan di dunia sia-sia tanpa ganjaran di akhirat nanti. Selagi masih diberi kesempatan, perbaiki diri dengan memperbanyak amal saleh yang ikhlas karena Allah semata. Bersihkan hati dari riya' dan umbar status. Segera bertaqwa dan introspeksi sebelum ajal menjemput. Hanya dengan begitu, amal ibadah kita bernilai di sisi-Nya, bukan sia-sia belaka. Semoga kita termasuk orang yang beruntung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image