Kekuatan Seorang Ibu di Masa Umar bin Khattab
Agama | 2024-02-08 18:50:51Tentu kita masih ingat dengan kisah teladan di masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Dimana ada seorang Ibu yang sudah tidak punya lagi simpanan makanan, sehingga mengambil jalan keluar dengan pura-pura memasak (baca : batu) agar anak-anaknya tidak kelaparan. Lantas datanglah sang Amirul Mukminin yang rutin blusukan ke tengah-tengah warganya, dan akhirnya mengetahui kondisi tersebut. Kemudian Beliau memanggul sendiri gandum, daging dan kebutuhan pokok lainnya yang diambilkan dari Baitul Mal dan langsung diserahkan pada Ibu tadi. Tak cukup sampai disitu, Umar bin Khattab juga memasakkan untuk keluarga tadi.
Sungguh kisah teladan yang mustahil kita jumpai di masa sekarang. Masa dimana kesehatan mental seorang Ibu menjadi salah satu problem tersendiri. Seperti kasus yang terjadi di Belitung dimana ada seorang Ibu yang melahirkan bayinya di kamar mandi lantas menenggelamkan bayinya ke sebuah baskom berisi air. Diungkapkan oleh Wakapolres Belitung Kompol Yudha Wicaksono dalam konferensi pers pada Selasa (23/1/2024) -- “Bayi ini dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri karena masalah ekonomi sehingga tidak menginginkan anak ini lahir,” (PosBelitung.co)
Hilanglah fitrah seorang Ibu yang penuh kelembutan dan kasih sayang, diduga kuat karena tingginya beban hidup. Tentu saja ada beberapa faktor lain yang mendukung, diantaranya lemahnya kekuatan iman, tidak berfungsinya peran keluarga hingga seorang Ibu terbebani pemenuhan ekonomi, kurangnya kepedulian masyarakat sekitar dan tidak adanya jaminan kesejahteraan dari negara untuk tiap-tiap individu.
Saat ini aturan yang dipakai di tengah-tengah masyarakat adalah aturan yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga manusia lebih memilih solusi mengakhiri nyawa anggota keluarganya dibanding mengambil solusi dari tuntunan Allah dan Rasulullah. Maka tak heran terjadi banyak kerusakan, sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surah Ar Rum ayat 41: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Kembali Ke Jalan Yang Benar
Dalam surah Ar Rum di atas, Allah menginginkan agar manusia kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan kebenaran Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Islam tidak hanya menjadi panduan untuk ibadah ritual, namun Islam juga memiliki solusi agar keluarga terjamin kesejahteraannya.
Suami istri dengan kekuatan imannya akan menjadi pondasi pertama, yang akan melahirkan sikap berjalannya fungsi keluarga dengan baik yaitu Ayah sebagai kepala keluarga dan wajib mencari nafkah sedangkan Ibu mendidik anak-anak dengan penuh kasih sayang. Kemudian dilanjutkan dengan lahirnya masyarakat yang tinggi empati dan kepedulian pada orang lain, dimana salah satu ciri umatnya Rasulullah adalah Muslim yang setiap bangun pagi senantiasa memikirkan adakah saudaranya yang punya masalah?.
Garda terakhir adalah negara yang menjamin kesejahteraan tiap-tiap individu. Seperti tulisan yang ada di awal paragraf ini, dimana dalam Islam fungsi kepemimpinan adalah sebagai pelayan umat. Sehingga dalam kehidupan Islam wajar seorang pemimpin blusukan melihat kondisi riil warganya. Bahkan langsung turun tangan memenuhi kebutuhannya. Disamping itu amanah kepemimpinan juga perlu membuka lapangan kerja halal yang luas, terutama bagi laki-laki. Karena di pundak laki-laki ada amanah mencari nafkah.
Contoh lain dari jaminan kesejahteraan dari negara di masa peradaban Islam, yaitu dibangunnya rumah tepung (daar al-daaqiq) yang menyediakan macam-macam kebutuhan masyarakat semisal tepung, kurma dan sebagainya. Fungsi dari rumah ini adalah untuk membantu orang-orang yang singgah dalam perjalanan dan memenuhi kebutuhan orang-orang yang perlu sampai kebutuhannya terpenuhi. Sehingga untuk menguatkan mental seorang Ibu memang perlu dukungan banyak pihak yang diselaraskan dengan panduan Allah dan teladan Rasulullah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.