Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Akankah AI Mematikan Karir Musisi atau Justru Meningkatkan Kreativitas Mereka?

Teknologi | Thursday, 08 Feb 2024, 12:41 WIB
Musik lekat dengan unsur kreativita. Foto: Pixabay via republika.co.id.

DI dalam sebuah ruang rekaman di Queen Mary University of London, Inggris, beberapa peneliti bekerja dengan alat kecerdasan buatan (AI) yang baru. Tujuan mereka adalah untuk mengembangkan apa yang mereka sebut sebagai "dunia virtual baru" musik.

Andrea Martonelli dan Max Graf adalah dua di antara lebih dari 30 mahasiswa doktoral yang bekerja bersama Mathieu Barthet, seorang dosen senior di bidang Media Digital. Mereka mengeksplorasi kemungkinan kreativitas komputasi dan AI generatif. AI generatif adalah istilah yang menggambarkan alat teknologi yang dirancang untuk beroperasi pada tingkat manusia.

Bersama-sama, para peneliti telah mendirikan sebuah studio futuristik di mana musik bertemu dengan teknologi canggih.

Graf memamerkan sebuah instrumen virtual kepada para wartawan Reuters. Graf menamakan alat musik tersebut Netz. Netz dimainkan melalui headset augmented-reality. Peralatan augmented-reality menggabungkan dunia nyata dengan konten yang dibuat oleh komputer. Perangkat yang digunakan Graf mengikuti gerakan tubuh untuk menciptakan suara musik seperti nada dan akord.

Martonelli memainkan HITar, sebuah gitar yang dilengkapi dengan sensor AI. Sensor dapat membaca gerakannya untuk menciptakan suara perkusi, atau seperti drum. Suara-suara ini tidak dapat dibuat dengan gitar biasa.

Sejatinta, AI telah dilibatkan dalam produksi musik sejak tahun 1950-an. Namun, kemajuan terbaru dalam AI generatif telah menimbulkan perbedaan pendapat tentang teknologi ini.

AI generatif semakin populer tahun lalu berkat sistem bahasa ChatGPT. AI generatif dapat menciptakan suara baru, kata-kata untuk musik, atau seluruh lagu dengan sendirinya. Namun, para seniman biasanya menggunakan AI yang lebih sederhana untuk menambah suara mereka.

Musisi Inggris YUNGBLUD mengatakan bahwa ia yakin AI dapat membantu musiknya "menuju ke arah yang berbeda."

Namun, sejumlah musisi lain merasa khawatir bahwa teknologi ini bisa melangkah terlalu jauh. Amy Love, personel grup rock Inggris Nova Twins, mengatakan bahwa dia tidak menyukai musik yang menggunakan suara artifisial dari artis yang sebenarnya. Dia mengatakan bahwa dia merasakan hal yang sama terkait penggunaan suara artis yang sudah meninggal dalam lagu.

Pada bulan November lalu, The Beatles merilis lagu "Now and Then". Lagu ini dianggap sebagai lagu terakhir grup ini dan termasuk suara musisi The Beatles, John Lennon, yang meninggal pada tahun 1980. Suara Lennon diambil dari rekaman lama dan direpro ulang dengan AI.

Perusahaan hiburan yang berbasis di New York City, Warner Music, pada bulan November lalu mengatakan bahwa mereka bermitra dengan perusahaan milik mendiang penyanyi Prancis Edith Piaf untuk menciptakan kembali suaranya menggunakan AI.***

Sumber: Reuters, Voice of America

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image