Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Utami Puji Lestari

Makanan Korea: Bagaimana Citra Merek, Kepercayaan dan Persepsi Label Halal Mempengaruhi Minat

Gaya Hidup | Thursday, 25 Jan 2024, 13:29 WIB

Semakin berkembangnya sebuah teknologi dan juga informasi akibat adanya globalisasi menyebabkan antusiasme dari kalangan masyarakat sebagai faktor utama penyebab munculnya Korean Wave di Indonesia salah satunya korean food Menjamurnya berjualan beraneka macam olahan Korean food, didukung dengan keadaan sekarang yang semakin marak tentang drakor dan makanan ala ala korea dengan harga yang masih kantong pelajar jaman sekarang itu juga menjadi daya Tarik para anak muda untuk membeli Korean food.

Apalagi dengan Globalisasi dapat diartikan sebagai meluasnya pengaruh kebudayaan maupun ilmu pengetahuan ke seluruh penjuru dunia. Globalisasi juga berarti terciptanya hubungan antar masyarakat di seluruh dunia dalam berbagai bidang kehidupan. Istilah globalisasi berasal dari kata global yang berarti dunia dan lization yang artinya proses.Dengan begitu, globalisasi secara bahasa diartikan sebagai suatu proses yang mendunia antar sesama manusia saling terbuka dan bergantung satu sama lain tanpa batas waktu maupun jarak.

Dengan adanya globalisasi menyebabkan berbagai budaya masuk ke Indonesia, sehingga budaya asli Indonesia yang beragam akan menjadi lebih variasi dengan datangnya budaya lain dari berbagai negara. Contohnya kedatangan kebudayaan dari Korea, yaitu Korea selatan yang biasa disebut korean wave. Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk penyebaran budaya populer Korea melalui produk-produk hiburan seperti drama, musik, style.

Perkembangan kebudayaan Korea Selatan semakin menyebar luas di Dunia, tak terkecuali dirasakan pula bagi Indonesia. Kebudayaan ini berkembang melalui K-Pop, KDrama, dan K-Food, fenomena ini disebut juga K-Wave (Korean Wave). Meningkatnya perekonomian Korea Selatan di Asia merupakan salah satu akibat dari meluasnya Korean Wave di Dunia. Hidangan Korea merupakan bagian dari penyebaran kebudayaan Korea Selatan yang lebih dikenal sebagai gastrodiplomasi. K-Food atau hidangan Korea mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia, mulai dari street food hingga restoran yang menghadirkan makanan Korea.

Hidangan Korea adalah makanan tradisional yang dibuat berdasarkan pada teknik dan cara memasak orang korea. Masakan korea memiliki keunikan tersendiri, mulai dari kuliner istana sampai makanan khas daerah serta perpaduan masakan modern. Bahan-bahan yang digunakan dan cara penyajiannya juga sangat berbeda. Banyak sekali makanan Korea yang sudah mendunia.

Masakan korea yang dijabarkan berbeda dengan kuliner istana yang sampai saat ini dinikmati sebagian besar masyarakat korea. Banyaknya produk makanan dan restoran Korea ini tidak hanya ada di kota besar di Indonesia, melainkan mulai memasuki kota. kecil. Sebagai contoh di Kota Mojokerto. Di Kota Mojokerto mulai banyak bermunculan penjual street food Korea hingga set menu. Momen kepopuleran budaya Korea yang sudah masuk ke masyarakat ini digunakan oleh para pelaku bisnis dan penjual UMKM sebagai peluang bisnis yang menguntungkan, dimana masyarakatnya menunjukkan minat yang tinggi terhadap produk-produk Korean Wave, termasuk produk makanan.

Kota Mojokerto sudah banyak menjamur restoran dan penjual makanan Korea. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanggal 17 September 2023 di wilayah Kota Mojokerto. setidaknya terdapat 15 gerai penjual hidangan Korea, baik berupa cemilan maupun makanan berat. Produk-produk makanan didominasi oleh produk frozen dengan jumlah 10 varian yang dijual. Dari pengamatan yang telah dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa maraknya kemunculan gerai makanan Korea di Kota Mojokerto menunjukkan bahwa masyarakat Kota Mojokerto memiliki minat yang tinggi dengan produk-produk makanan Korea.

Kota Mojokerto dilihat sebagai pasar yang menjanapabilan untuk penjualan produk-produk makanan Korea karena masyarakatnya tertarik untuk membeli dan mencoba produk-produk tersebut. Minat memiliki arti ketertarikan atau kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa Senang berkecimpungan dalam bidang tersebut. winkel (1983) Pengertian ini menyatakan bahwa minat memiliki fungsi motorik yang mengarahkan seseorang untuk melakukan aktivitas dengan cara tertentu. Terdapat tiga jenis faktor yang mempengaruhi minat seseorang:

1. Faktor kemauan dari dalam (internal), adalah faktor yang berhubungan dengan motivasi, pertahanan diri dari rasa lapar,takut,sakit. Apabila individu itu merasa lapar maka akan timbul dorongan untuk makan.

2. Faktor kemauan dari luar (eksternal), merupakan faktor yang menimbulkan keinginan dari luar demi memenuhi kebutuhan sosial, sebagai contoh kebutuhan untuk memenuhi tren korean wave agar tidak dibilang ketinggalan zaman.

3. Faktor emosional. Faktor-faktor ini dapat menimbulkan keinginan individu terhadap sesuatu, apabila menghasilkan emosi atau perasaan senang dan mampu memperkuat keinginan yang sudah ada.

Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat bersifat individual yang berkembang sejak masa kanak-kanak dan dipengaruhi oleh individu itu sendiri maupun lingkungan masyarakat. Definisi tersebut secara langsung menjelaskan bahwa minat muncul karena adanya persepsi, motivasi, imitasi dan pengambilan keputusan. Persepsi didefinisikan sebagai proses individu memilih, mengatur, dan mengartikan berbagai informasi yang masuk untuk menciptakan suatu pandangan.

Motivasi didefinisikan sebagai kemauan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu secara sadar. Imitasi didefinisikan sebagai kegiatan meniru seseorang. Dalam hal ini, hal yang ditiru adalah cara makan orang Korea. Oleh karena itu pengambilan keputusan dalam hal ini mengarah pada keputusan yang diambil masyarakat setelah mencoba makanan Korea. Keputusan tersebut berupa tindakan akhir yang diambil setelah mencoba hidangan Korea yaitu apakah mereka ingin membeli produk tersebut secara berulang, ingin membuat makanan Korea dengan mencari resep sendiri, ataupun mereka hanya ingin mencobanya sekali dan sekedar tahu.

Keberadaan hidangan Korea dipasaran diminati oleh beberapa kalangan usia, khususnya dengan rentang 15 hingga 35 tahun. Dimana usia tersebut merupakan generasi Y dan Z yang selalu update berita terkini dan tertarik dengan hal-hal yang baru atau viral. Dengan demikian Masyarakat dengan rentang usia tersebut tidak hanya sekedar ingin mencoba makanan Korea tetapi juga mampu menciptakan lahan bisnis baru atau berkreasi dengan hidangan Korea.

Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli

Sesuai dari hasil penelitian dari variabel citra merek yang memiliki dampak signifikan terhadap minat beli korean food. Terlihat dari hasil uji menggunakan aplikasi SmartPLS dengan hasil Path Coefficients diterima sebesar 0.523 dan pada uji t-statistik dan hipotesis menunjukkan bahwa H1 dapat diterima. Dengan begitu dapat membuktikan bahwa terdapat dampak yang signifikan dari citra merek yakni sebesar 0.523 terhadap minat beli. Hal ini berbanding lurus dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh (Satria & Sidharta, 2017), (Sunjaya & Eridansyah, 2019), (Fajriana & Rusdi, 2020), dan (Romadhona et al., 2018) yang menyatakan bahwa terdapat dampak yang positif dan signifikan dari Citra Merek terhadap Minat Beli. Dengan begitu hasil penelitian ini dapat diterima dan sesuai dengan hipotesis sebelumnya yaitu H1 dapat diterima.

Pengaruh Kepercayaan Merek Terhadap Minat Beli

Berdasarkan dari hasil penelitian dari variabel Kepercayaan Merek yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli korean food. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji menggunakan aplikasi SmartPLS dengan hasil Path Coefficients diterima sebesar 0.242 dan pada uji t-statistik dan hipotesis menunjukkan bahwa H2 dapat diterima. Dengan begitu dapat membuktikan bahwa kepercayaan akan suatu merek memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 0.242 terhadap minat beli. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh (Santoso & Mardian, 2020) dan (Anjaya, 2021) yang berpendapat bahwa Kepercayaan merek memiliki pengaruh yang positif serta signifikan terhadap Minat Beli. Dengan begitu hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat diterima dan sesuai dengan hipotesis sebelumnya yaitu H1 dapat diterima.

Pengaruh Persepsi Labelisasi Halal Terhadap Minat Beli

Berdasarkan dari hasil penelitian dari variabel Persepsi Labelisasi Halal yang berdampak secara positif dan signifikan terhadap minat beli korean food. Hal ini terlihat dari hasil uji menggunakan aplikasi SmartPLS dengan hasil Path Coefficients diterima sebesar 0.190 dan pada uji t-statistik dan hipotesis menunjukkan bahwa H3 dapat diterima. Dengan begitu dapat membuktikan bahwa kepercayaan merek memiliki dampak yang signifikan yakni sebesar 0.190 terhadap minat beli. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aminuddin, 2018), (Sona et al., 2021) dan (Fadlullah et al., 2021) yang berpendapat bahwa Persepsi Labelisasi Halal memiliki dampak yang positif dan signifikan terhadap minat beli.

Penulis : Eli Masnawati & Utami Puji Lestari

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image