Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Salzabila Azzahra Putri

Dakwah Digital Generasi Millenial

Agama | 2022-01-11 17:55:45

Di era milenial, kita dituntut untuk mengikuti arus perkembangan zaman yang setiap hari lajunya semakin pesat. Terutama bagi generasi milenial yang tumbuh berkembang bersama arus globalisasi, dimana cakrawala dunia terbuka luas seperti tidak ada pembatas antara negara satu dan negara lainnya. Kehidupan modern bergaya barat sudah menjadi trend untuk diikuti. Tidak hanya sekadar fashion semata, dimulai dari makanan, gaya hidup, hiburan hingga mindset yang terbentuk dari budaya barat. Hal tersebut tentunya perlu ditarik perhatian, khususnya bagi kita seorang muslim yang tentunya mengetahui bahwa dunia bukanlah kehidupan yang kekal.

Dunia merupakan wadah dalam mencari bekal amal saleh untuk di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran (3) : 104). Allah memerintahkan umat muslim untuk melakukan ‘amar ma’ruf nahi munkar’ yaitu menyeru manusia kedalam kebaikan dan mencegahnya untuk melakukan kemungkaran . Upaya yang dapat kita lakukan, salah satunya yaitu dengan berdakwah.

Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat muslim. Di era milenial ini dakwah merupakan sebuah tantangan yang besar termasuk bagi para mahasiswa muslim selaku agent of change. Sebagai agen perubahan yang melekat dalam dirinya, mahasiswa harus bisa memberikan kontribusinya dan memberikan perubahan yang baik untuk dunia, terutama bagi mahasiswa muslim. Melihat kondisi islam yang semakin asing, mahasiswa harus mengambil pergerakan untuk membangkitkan islam kembali. Seorang mahasiswa seharusnya tidak hanya menjadi penonton, melihat bagaimana peradaban mengubah dunia. Budaya hidup materialistis dan hedonis sudah menjadi budaya yang melekat pada masyarakat. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin mendunia hingga membuka pemikiran-pemikiran dan perilaku barat. Dari jejaring internet yang sudah menjadi makanan pokok bagi masyarakat Indonesia.

Dengan seiring perkembangan zaman, dakwah perlu mendapatkan perhatian tentunya dari para mahasiswa milenial yang hidup bersama canggihnya teknologi. Alih-alih berdiri di depan mimbar untuk menyampaikan ceramah, kini mahasiswa muslim dapat menggunakan platform media sosial untuk berdakwah. Mulai dari Instagram, TikTok, YouTube hingga berbagai media yang disebut sebagai media baru yang menyokong kemajuan teknologi di Indonesia. Arus perkembangan zaman mendorong manusia untuk terus berkembang.

Seperti yang kita rasakan saat ini, media sosial telah menjadi fenomena yang semakin mengglobal dan mengakar hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan dapat dikatakan media sosial sudah seperti makanan pokok bagi masyarakat. Akses digital mempermudah segala sesuatunya hingga menjadi jalan pintas bagi manusia yang menyukai kemudahan secara instan. Para pengguna dapat berbagi, mengetahui, mendapatkan segala sesuatunya dengan mudah dari ruang virtual kemajuan teknologi yang semakin canggih. Disitulah peran dan tantangan bagi mahasiswa muslim milenial untuk memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut dengan berdakwah tentunya berdasarkan Qur’an dan Sunnah.

Dakwah pun tidak semudah membalikkan telapak tangan semata. Para pendakwah harus mengetahui target audience dan juga strategi mereka dalam berdakwah. Tanpa manajemen dakwah, kegiatan tersebut tidak akan terarah dan tidah terkontrol hasilnya. Sangat penting untuk mengetahui daya tarik generasi milenial yang marak dengan penggunaan teknologi canggih. Tentunya dengan melihat trend yang tengah digemari oleh masyarakat.

Saat ini podcast sedang menjadi trend milenial yang digunakan oleh banyak kalangan untuk membahas suatu perkara, hingga sekadar berbagi motivasi kehidupan. Dalam penggunaanya podcast dapat dijadikan sebagai media dalam berdakwah. Sudah banyak platform media sosial yang mendukung siaran podcast, dimulai dari Instagram, Youtube, hingga Spotify yang menyediakan layanan podcast di dalamnya. Serba mudah bukan? Walaupun memang perlu persiapan yang matang terlebih dahulu. Kita juga perlu mempelajari isu yang tengah terjadi dalam masyarakat, apalagi kalau menyangkut Islam. Sebagai mahasiswa muslim yang hidup di tengah arus peradaban kita harus bijak dalam menyikapinya. Jangan sampai mahasiswa muslim sekarang dicap dengan julukan “GapTek” atau singkatan dari “gagap teknologi”. Mahasiswa muslim milenial harus membuka diri dan menunjukkan bagaimana islam harus disyiarkan.

Dengan banyaknya tantangan dakwah milenial tidak seharusnya membuat mahasiswa muslim menjadi lemah. Kita harus ingat bagaimana perjuangan Rasulullah dahulu ketika ingin menegakkan islam di muka bumi. Dan sekarang adalah waktunya kita sebagai pemegang tongkat risalah dakwah Rasulullah untuk meneruskan perjuangannya dan kembali menjunjung tinggi cita-cita untuk menegakkan islam di atas bumi. Materi dakwah pun tidak harus dengan bahasa yang tinggi, canggih, dan terlalu baku, namun yang jadi prioritas ialah upaya yang dilakukan untuk membahasakan ajaran-ajaran agama sesuai dengan tingkat kecerdasan objek dakwah. Oleh karena itu, sebisa mungkin gunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, agar nantinya mudah untuk diketahui dan dipahami oleh objek dakwah. Materi dakwah pun harus melihat bagaimana kondisi yang tengah terjadi dalam masyarakat terutama bagi objek dakwah. Dibutuhkan kecerdasan, kepekaan, dan kejelian untuk membaca kondisi objek dakwahnya.

Harus diakui bahwa kita tidak bisa menolak lajunya arus peradaban. Dimulai dari pemikiran, budaya, kehidupan sosial yang telah terpengaruh oleh budaya luar. Itulah mengapa kita harus bijak dalam menyikapi keadaan. Bahkan kita harus memanfaatkan keadaannya agar dapat menguntungkan kita di dunia dan di akhirat. Kembali lagi sebagai mahasiswa muslim milenial yang berada di tengah arus lajunya perkembangan zaman harus memikirkan bagaimana dirinya akan memposisikan diri. Apakah ia hanya ingin sekadar menjadi penonton atau ia ingin bergerak sebagai agent of change?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image