Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Dewanti

Alga Sang Pengembala

Pendidikan dan Literasi | 2024-01-17 07:24:00

Judul Buku: Hei, Alga

Penulis: Cikie Wahab

Penerbit: Shira Media

Nomor ISBN: 978-623-7778-13-4

Tahun terbit: 2020

Jumlah Halaman: 108 halaman

Saya memilih buku "Hei, Alga" karya dari Cikie Wahab untuk di review karena buku ini bercerita tentang seorang anak berusia remaja seperti saya yang selalu berusaha meskipun banyak kesusahan dan rintangan yang dialami di dalam hidupnya, sehingga membuat saya tertarik karena saya bisa belajar agar tidak mudah menyerah dari buku ini. Buku ini juga menjadi Pemenang Harapan Sayembara Cerita Anak Dewan Kesenian Jakarta 2019.

Menceritakan tentang seorang anak remaja bernama Alga yang hidup menderita. Ayahnya tidak ada di rumah, ibunya pergi bekerja ke luar negeri dan tidak pernah kembali, Alga terpaksa harus menumpang hidup di rumah bibinya yaitu Mintuo. Mintuo memiliki anak yang bernama Tobi, Tobi sangat usil dan sering mengerjai sepupunya yang tidak lain adalah Alga. Alga juga sering di suruh-suruh dan di marahi oleh Mintuo. Alga pun harus bekerja paruh waktu setelah pulang sekolah menjaga kambing-kambing pak Zul untuk kebutuhan sekolah ke depannya, karena Mintuo tidak pernah memberinya uang. Uang yang diberi ayah Alga sebulan sekali hanya untuk makan dan membayar sewa rumah.

Alga juga mempunyai satu teman yang bernama Maria, ia satu tahun lebih muda dibanding Alga. Maria adalah satu satunya teman yang dimiliki Alga. Maria pun bekerja paruh waktu menjaga anjing milik keluarga Rit. Mereka berdua cukup akrab dan sering menghabiskan waktu bersama.

Watak tokoh satu dengan yang lain sangat berbeda, mulai dari tokoh utama yaitu Alga adalah seorang anak yang tidak mudah menyerah dan mandiri.

Watak Mintuo dan Tobi adalah sebenarnya sayang kepada Alga tetapi suka semena mena kepada Alga.

Watak ayah Alga yang sangat sayang kepada anaknya dan ingin anaknya mandiri dengan hidup bersama Mintuo dan sepupunya Tobi.

Watak ibu Alga adalah pekerja keras yang ingin bekerja di luar negeri untuk kebutuhan anaknya tetapi malah meninggalkan anaknya tanpa kabar sama sekali.

Cerita pada buku "Hei, Alga" karya Cikie Wahab ini memiliki alur yang maju, karena sepanjang cerita berjalan ke depan tidak melibatkan masa lalu. Latar tempat pada cerita "Hei, Alga" adalah di sebuah pedesaan yang berada dekat bukit. Dan latar waktunya pada tahun 2019.

Dengan alur maju membuat saya sebagai pembaca cepat paham apa yang disampaikan karena tidak ada kilas balik yang membuat saya agak bingung. Gaya bahasa yang digunakan dalam buku "Hei, Alga" adalah baku.

Gaya bahasa yang digunakan mudah dipahami dan tidak terlalu berat, sebagai pembaca saya bisa membayangkan kejadian yang sedih, bahagia, dan kekecewaan yang terjadi di dalam buku tersebut. Tetapi ending dari novel "Hei, Alga" ini menurut saya agak menggantung, dan ada beberapa tokoh yang tidak diceritakan tentang kehidupannya.

Buku ini bisa dibaca untuk umur 13 tahun ke atas dan sangat direkomendasikan untuk remaja yang menyukai buku tentang pelajaran hidup dan keluarga yang kurang harmonis.

Ulasan ini dibuat oleh Putri Dewanti Novsa Utami kelas VIII H SMPN 5 KARAWANG BARAT

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image