Aksi Damai 100 Hari Genosida Di Gaza
Kabar | 2024-01-15 15:53:45Kemarahan masyarakat dunia atas tragedi pembantaian di Palestina tepatnya di Jalur Gaza, sudah mencapai titik puncak, bagaimana tidak aksi pemusnahan massal masyarakat sipil secara sistematis dilakukan zionis Israel itu, dipertontonkan kasat mata melalui layar ponsel kita masing-masing, hampir setiap jam masyarakat dunia disuguhi gambar atau video sangat memilukan dan menyedihkan, atas terus bertambahnya korban jiwa dari kalangan masyarakat sipil yang sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Aksi genosida yang dilakukan militer Israel pada bangsa Palestina, menuai reaksi sangat keras masyarakat dunia, selain melakukan aksi turun ke jalan menunjukkan simpati dan solidaritas kepada Palestina, masyarakat dunia juga memberikan donasi kemanusiaan untuk meringankan beban penderitaan penduduk Gaza, sudah tiga bulan lamanya menerima perlakuan tidak beradab serta tidak manusiawi militer Israel pasca operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan perjuang Izzuddin Al-Qassam, sayap militer kelompok Hamas.
Kemarahan masyarakat dunia semakin bertambah, ketika melihat pemerintahan di negara-negara barat, selama ini rajin menyerukan demokrasi dan hak asasi manusia keberbagai penjuru dunia, justru memberikan dukungan penuh kepada Isreal melakukan invasi ke Jalur Gaza, dengan dalih hak pembelaan diri Israel atas serangan para pejuang Palestina. Tentu dukungan pemerintah negara-negara barat, terutama Amerika Serikat kepada Israel, ternyata berbanding terbalik dengan keinginan warga negaranya, terbukti dari maraknya aksi demonstrasi di negara mereka yang dihadiri puluhan ribu orang menghendaki kemerdekaan bangsa Palestina.
Hampir seratus hari aksi genosida berlangsung serta belum terdapat tanda-tanda berkahir, masyarakat dunia mengambil sikap tegas, yang disepakati para aktifis pendukung kemerdekaan Palestina lintas negara untuk memperbesar gaung tuntutan, dengan melakukan aksi serentak secara global pada tanggal 13 Januari 2024, menyuarakan satu tuntutan menuntut terjadinya gencatan senjata permanen serta diberikannya status kemerdekaan bagi Palestina.
Aksi 13 Januari 2024
Aksi global menuntut gencatan senjata permanen di Indonesia sendiri terjadi diberbagai kota dibeberapa daerah, seperti di Bandung dan Yogyakarta, sedangkan pusat aksi sendiri dilaksanakan di depan Kedubes Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Penulis memutuskan mengikuti aksi itu sebagai bentuk dukungan (solidaritas) kepada bangsa Palestina. Artikel ini merupakan mengalaman penulis mengikuti aksi global bela Palestina.
Penulis memperoleh informasi adanya aksi dari akun Instagram (aksi.idn) hari jumat dini hari, artinya H-1 dari jadwal pelaksanaan. Pengumuman atau informasi aksi terdiri dari dua poster yang berisi photo para tokoh yang akan hadir, denah tempat aksi, gambar logo organisasi masyarakat yang terlibat, serta himbauan atribut aksi dikenakan (ikhwan menggunakan pakaian berwarna putih) dan (akhwat menggunakan pakaian serba hitam), terakhir dihimbau membawa bendera Indonesia dan bendera Palestina.
Di dalam poster juga tercantum pelaksanaan waktu aksi, yaitu pada hari Sabtu, 13 Januari 2023, Jam 06.00 WIB – selesai, dengan lokasi di depan Kedubes AS, Jakarta.
Bagi penulis yang tinggal jauh dari Kedubes Amerika Serikat, tentu harus cermat dan tepat dalam memilih moda transportasi untuk mencapai lokasi titik aksi, mengingat aksi dimulai pagi hari, maka menggunakan transportasi publik, KRL Commuterline, menjadi pilihan. Penulis menaiki KRL Commuterline jam 04.45 dari Stasiun Cikarang, kemudian transit di Stasiun Manggarai, dilanjutkan naik KRL Commuterline jurusan Stasiun Kota, dan turun di Stasiun Gondangdia, kemudian berjalan kaki kurang lebih satu kilometer menuju depan Kedubes Amerika Serikat.
Di sepanjang perjalanan ketika menaiki KRL Commuterline, penulis banyak bertemu dengan para peserta aksi, bisa dikenali dari atribut yang mereka kenakan, umumnya memakai syal yang mereka pakai, syal sangat khas sering dikenakan para aktifis pendukung kemerdekaan Palestina, syal yang diujungnya terdapat dua bendera, yaitu bendera Indonesia dan bendera Palestina. Di antara para peserta aksi terlihat diantara mereka sudah kenal satu sama lain, asumsi penulis sepertinya mereka satu kelompok organisasi, satu pengajian, liqo, atau usrah, tetapi banyak juga para peserta aksi yang tidak saling mengenal, hal ini bisa terlihat ketika menaiki KRL Commuterline mereka tidak berkelompok, naik sendiri-sendiri serta tidak bertegur-sapa dengan peserta aksi di dalam kereta.
Ketika penulis berjalan kaki dari Stasiun Gondangdia menuju Kedubes Amerika Serikat, disepanjang sisi jalan kanan dan kiri, banyak pedagang kaki lima menawarkan atribut-atribut aksi dari bendera, ikat kepala, syal, stiker, atau topi bertema Palestina, bagi para peserta aksi yang belum memiliki atribut aksi bisa membeli dari para pedagang tersebut, tentu dengan harga variasi dan umumnya murah (terjangkau).
Jalannya Aksi
Memasuki arena aksi bela Palestina, penulis melihat peserta perempuan (akhwat) umumnya berbusana muslimah dengan jilbab lebar, meskipun terdapat juga peserta aksi tidak menggunakan hijab, hal ini menandakan peserta aksi sangat beragama, yang berasal dari latar belakang berbeda-beda, mereka dipersatukan olah satu ikatan kuat, yaitu kemanusiaan. Peserta laki-laki (ikhwan) hampir sebagian besar menggunakan pakaian berwarna putih, meskipun penulis banyak juga melihat peserta memakai kaos berwarna hitam bergambar para pejuang Palestina.
Para peserta aksi juga membawa poster berisi kecaman kepada Israel yang melakukan aksi genosida kepada masyarakat sipil di Gaza, serta kritik kepada Amerika Serikat yang selalu membela Israel di forum-forum Internasional, termasuk di dalam sidang-sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sepanjang aksi bela Palestina para orator (tokoh masyarakat dan ulama) tidak henti-hentinya mengingatkan para peserta aksi, bahwa aksi hari ini merupakan aksi damai, tidak diperkenankan berbuat anarkis dan destruktif. Serta menyampaikan tuntutan segera diwujudkannya gencatan senjata secara permanen. Di sela-sela pergantian para orator peserta aksi disuguhkan pernampilan tim nasyid Ar-Ruhul Jadid, dimana lirik-lirik nasyidnya memberikan semangat buat para peserta aksi, serta dukungan pada perjuangan bangsa Palestina.
Aksi solidaritas Palestina diprediksi semakin menguat tidak hanya di Indonesia, tetapi diseantero dunia, tindakan zionis Israel harus segera dihentikan, karena melanggar hukum internasional, mereka menghancurkan rumah sakit, sekolah, rumah ibadah, dan melakukan pembunuhan secara sistematis pada perempuan serta anak-anak. Masyarakat dunia jangan diam menyaksikan pembantaian penduduk sipil Palestina. Birruh Biddam Nafdika ya Aqsa!
Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Karawang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.