Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zahro Al-Fajri

Bundir Meningkat, Ada Apa Gerangan?

Info Terkini | Friday, 12 Jan 2024, 14:48 WIB
Sumber: medikomkemkes

Pilu, berulang kali kasus bunuh diri terjadi di Malang. Akhir tahun 2023 publik dihebohkan dengan temuan kasus bunuh diri sekeluarga di daerah Pakis di kabupaten Malang. Tak lama setelahnya, di awal tahun 2024, sesosok mayat pria ditemukan di aliran sungai Brantas. Berdasarkan investigasi ditemukan bahwa mayat itu adalah seorang mahasiswa yang bunuh diri karena depresi akibat tidak kunjung bisa menyelesaikan skripsi.

Indonesia pada umumnya dan Malang pada khususnya saat ini mengalami kondisi darurat kesehatan mental. Kasus bunuh diri terus meningkat dari tahun sebelumnya Berdasarkan data yang dicatat Polres Malang, terjadi peningkatan kasus bunuh diri mencapai 52,38% dari tahun 2022 ke tahun 2023. Pemicunya diantarnya sakit menahun, ekonomi, dan depresi (27/12/23, detik.com).

Upaya yang saat ini dilakukan oleh pemerintah adalah mencegah terjadinya bunuh diri dan konseling. Akankah pencegahan tersebut efektif?

Bila ditilik, sejatinya penyebab bunuh diri terus meningkat ialah kehidupan sekuler kapitalis yang menyelingkupi masyarakat. Masyarakat memiliki agama namun agama tidak diperbolehkan masuk dan mengatur urusan masyarakat. Alhasil, iman goyah, hidup untuk kesenangan dunia, manusia hanya disibukkan dengan kehidupan dunia dan capaian materi semata. Saat tak mampu mencapai capaian ala kapitalis (red. harta, tahta, dan segala kesenangan materi dan duniawi) manusia seakan hancur dan lebih baik meninggalkan dunia. Keimanan pun runtuh karena keyakinan akan pertolongan Allah terus terkikis.

Kehidupan ala kepitalis memang membentuk manusia materialis. Capaian materi seakan hal yang harus diwujudkan dalam hidup ini agar hidup bahagia. Ya bagaimana tidak, seluruh hal dalam kehidupan kapitalis harus dipenuhi sendiri. Sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, tidak ada jaminan dari negara. Membuat hidup semakin berat. Alhasil, manusia sejak kecil dididik hidup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi. Bahayanya, jika tidak bisa mencapainya, manusia akan mudah depresi. Lingkungan pun tercipta lebih individualis. Ditambah iman yang terus terkikis membuat manusia lebih mudah melakukan bunuh diri.

Ustadz Ismail Yusanto, cendekiawan muslim, menuturkan, setidaknya ada dua pemicu seorang melakukan bunuh diri, faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi kehidupan materialis, hedonistik, pencitraan yang begitu luas khususnya di media sosial. Faktor internal meliputi mindset yang salah dalam menjalani kehidupan dan iman yang lemah.
Islam jelas melarang bunuh diri. Nawawi melalui Syarah Riyadhus Shalihin melampirkan riwayat dari Abu Zaid Tsabit bin Adh-Dhahhak Al-Anshari, di mana Nabi SAW bersabda,
وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ، عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: "Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu." (Muttafaq Alaih).

Seorang yang bunuh diri, berarti dia dzolim kepada dirinya dan berputus asa akan Rahmat Allah. Padahal Allah tidak menguji hamba melebihi kapasitasnya.

Islam juga memiliki tata cara agar kaum muslimin memiliki keimanan tinggi dan menggunakan hidupnya untuk ibadah. Mindset kaum muslimin tentang kehidupan adalah untuk ridho Allah SWT. Untuk menanamkan keimanan dalam diri masyarakat adalah dengan pendidikan dari ranah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sejak dini penanaman keimanan ini dilakukan. Iman yang kuat menjadikan muslim yakin akan pertolongan Allah dalam menghadapi setiap ujian.

Islam diterapkan bukan cuma dalam ranah peribadatan atau pun individu semata. Namun, aturan Islam juga diterapkan dalam setiap lini kehidupan, seperti sistem pergaulan sosial, ekonomi, politik pemerintahan, pendidikan, dan sanksi. Masyarakat menjalankan aturan hidup pun karena keimanan. Sehingga masyarakat senantiasa terkait dengan Allah dalam setiap lini kehidupan.

Negara pun berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi para pencari nafkah dan menerapkan sistem ekonomi sesuai Islam sehingga rakyat terpenuhi kebuhan primer dan sekundernya. Sehingga tidak ada alasan ekonomi dalam kasus bunuh diri.

Gaya hidup flexing, hedonis, dan materialis juga tidak diperbolehkan muncul di media sosial. Media sosial diisi dengan dakwah Islam yang semakin menguatkan keimanan dan mengarahkan masyarakat hidup produktif sesuai dengan syariat.
Masyarakat dalam Islam adalah masyarakat yang saling tolong menolong dalam kebaikan. Islam melarang sikap individualis dan acuh. Islam memerintahkan amar makruf nahi mungkar. Sehingga jika ada masalah, individu bisa meminta bantuan tanpa ragu.

Dengan demikian masyarakat akan fokus melakukan amal kebaikan, penuh optimisme dalam menjalani kehidupan, dan berusaha menjadi terbaik di hadapan Allah SWT.Pikiran bunuh diri akan sirna.
WaAllahu'alam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image