Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad naufal aziz ramadan A_2023

Ketindihan, Gangguan Jin?

Rubrik | 2024-01-10 19:46:41

Mitos ketindihan

Salah satu gangguan tidur yang sering dialami oleh banyak orang adalah ketindihan. Ketindihan adalah kondisi di mana seseorang merasa terbangun saat tidur dan mampu melihat keadaan sekitarnya, yang sering kali menimbulkan rasa cemas. Ketika mengalami ketindihan, seseorang biasanya merasa tertekan atau terganggu dengan kehadiran sesuatu atau suara tertentu.

Terlepas dari kejadian yang dialami ketika mengalami ketindihan, banyak orang memiliki keyakinan bahwa penyebab dari kondisi ini adalah ada gangguan jin atau entitas gaib lainnya. Namun, perlu dicatat bahwa pandangan ini lebih merupakan bagian dari mitos dan kepercayaan budaya tertentu dan tidak didukung oleh bukti ilmiah yang meyakinkan.

Sejumlah faktor medis dan psikologis dapat berperan dalam timbulnya ketindihan, termasuk gangguan tidur seperti sleep paralysis (paralisis tidur), gangguan kecemasan, gangguan tidur terkait depresi, serta gangguan tidur lainnya. Ketindihan juga dapat terkait dengan kebiasaan tidur yang tidak tepat, seperti tidur dalam posisi tertentu yang tidak nyaman atau ketidakseimbangan dalam pola tidur yang mengganggu aliran tidur yang normal.

Jika seseorang mengalami ketindihan secara teratur dan merasa terganggu oleh kondisi ini, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan, seperti dokter atau psikolog. Mereka dapat membantu mendiagnosis kemungkinan penyebab ketindihan dan memberikan perawatan yang sesuai, termasuk manajemen tidur dan penanganan gangguan tidur yang mungkin terkait.

Penjelasan ketindihan sebenarnya

Ketindihan, juga dikenal sebagai sleep paralysis dalam istilah medis, adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat berbicara atau bergerak saat mereka terbangun dari tidur atau ketika mereka sedang akan tidur. Ketindihan terjadi ketika ada ketidakserasian antara tahap tidur yang disebut tahap tidur REM (Rapid Eye Movement) yang aktif dan tahap tidur non-REM yang lebih dalam.

Saat tidur, kita mengalami beberapa siklus tidur yang terdiri dari tahap tidur non-REM dan tahap tidur REM. Selama tahap tidur REM, aktivitas otak meningkat dan mimpi sering terjadi. Pada saat ini, tubuh kita juga mengalami "aton" tidur, yang merupakan kondisi alami di mana otot-otot tubuh kita menjadi rileks dan tidak dapat bergerak. Ini adalah mekanisme perlindungan yang mencegah kita melakukan gerakan aktif yang mungkin terjadi dalam mimpi dan melukai diri sendiri.
Namun, terkadang ketika seseorang terbangun atau mencoba untuk tidur, kesadaran kita bangun lebih cepat daripada kemampuan tubuh kita untuk melepaskan kondisi aton tidur ini.

Akibatnya, seseorang mengalami ketindihan di mana mereka terjebak dalam keadaan di antara tidur dan bangun, tidak dapat bergerak atau berbicara meskipun mereka sadar.

Ketindihan biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit, meskipun selama episode tersebut orang yang mengalaminya dapat merasa bahwa itu berlangsung lebih lama. Selama ketindihan, seseorang juga dapat mengalami sensasi seperti tekanan di dada, sesak napas, dan halusinasi yang sering kali terasa sangat nyata. Halusinasi ini bisa meliputi pengalaman melihat bayangan atau entitas aneh di sekitar mereka, dan ini sering kali menimbulkan perasaan intens takut atau ancaman.

Meskipun ketindihan dapat menjadi pengalaman yang menakutkan, kondisi ini biasanya tidak berbahaya.

Jenis jenis dan penjelasan

Secara umum ketindihan dapat terbagimenjadi dua jenis, yaitu hypnopompic sleepparalysis dan hypnagogic sleep paralysis. Yang pertama adalah ketindihan hypnagogic terjadi saat seseorang mengalami ketindihan saat memasuki keadaan tidur atau sedang dalam proses tertidur. Ketindihan ini terjadi pada fase peralihan antara kesadaran dan tidur. Pada fase ini, pikiran dan otot-otot menjadi rileks dan terjadi halusinasi. Seringkali, orang yang mengalami ketindihan hypnagogic melaporkan melihat atau merasakan keberadaan yang tidak nyata, dan mereka tidak dapat bergerak atau berbicara selama beberapa detik atau menit.

Selanjutnya adalah ketindihan hypnopompic yaitu ketika seseorang mengalami ketindihan saat bangun dari tidur atau dalam proses keluar dari tidur. Seperti halnya ketindihan hypnagogic, otot-otot dan pikiran mengalami periode relaksasi saat berpindah dari tidur ke kesadaran. Ketika seseorang mengalami ketindihan hypnopompic, mereka mungkin mengalami halusinasi pendengaran atau penglihatan, merasakan tekanan di dada, atau kesulitan bergerak atau berbicara setelah bangun tidur.

Ketindihan dapat terjadi karena gangguan dalam regulasi tidur, seperti pola tidur yang tidak teratur, kurang tidur, atau gangguan tidur seperti insomnia. Juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti stres, kelelahan ekstrem, perubahan pola tidur, atau konsumsi obat atau alkohol tertentu.

Cara mencegah

Penting untuk dicatat bahwa ketindihan tidak berbahaya dan biasanya berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit. Meskipun pengalaman tersebut mungkin menakutkan, mereka sebenarnya tidak membahayakan kesehatan fisik seseorang. Langkah-langkah yang baik untuk mencegah ketindihan sebagai berikut antaraain,

Pertama memastikan waktu tidur yang cukup. Untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal, penting untuk tidur selama 6-8 jam setiap malamnya. Dengan waktu tidur yang cukup, Anda dapat membantu mengurangi risiko mengalami ketindihan.

Kedua .enciptakan lingkungan tidur yang nyaman. Pastikan ruangan tempat Anda tidur memiliki suasana yang tenang dan nyaman. Matikan lampu yang terang, buat suhu ruangan yang menyenangkan, dan senyapkan kebisingan. Semua ini dapat membantu Anda tidur lebih nyenyak dan menghindari gangguan tidur.

Selanjutnya menghentikan penggunaan gadget minimal 1 jam sebelum tidur: Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar gadget dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur dan terjaga. Dengan menghentikan penggunaan gadget setidaknya 1 jam sebelum tidur, Anda memberikan waktu bagi tubuh Anda untuk bersiap-siap tidurdengan baik.

Yang terakhir yaitu membiasakan diri untuk tidur dan bangun pada jam yang sama secara teratur. Hal ini membuat tubuh memiliki ritme sirkadian, irama sirkadian seperti jam biologis tubuh yang mengatur proses penting bagi tubuh, dimulai dari kapan waktunya anda bangun dan tidur, yang mengatur kapan Anda merasa mengantuk dan kapan Anda terjaga. Dengan mencoba tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari, Anda dapat membantu mengatur ulang sirkadian Anda agar lebih teratur.

Selain langkah-langkah tersebut, beberapa hal lain yang dapat membantu adalah menjaga pola makan yang seimbang, berolahraga secara teratur, menghindari konsumsi kafein atau minuman berenergi sebelum tidur, serta mengurangi stres sebisa mungkin.

Berbagai pengamatan dan penelitian menunjukkan bahwa sleep paralysis atau ketindihan bukanlah fenomena supranatural atau hal mistis seperti yang sering dipersepsikan. Sebaliknya, itu adalah respons otak yang terjadi ketika seseorang mengalami kondisi fisik tertentu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak terlalu takut atau panik ketika mengalami sleep paralysis, karena itu merupakan kejadian alami yang sebagian orang mengalaminya secara sporadis, jika dirasa mengganggu segera menghubungi tenaga kesehatan profesional.

Dalam mencari pemahaman terhadap hal-hal yang terkait dengan sleep paralysis, sangatlah penting untuk tetap kritis dan tidak langsung mempercayai penjelasan yang berbau mistis. Sebagai gantinya, kita perlu meneliti dan memeriksa fakta secara objektif, menggunakan saringan ilmiah dan nalar yang logis dalam prosesnya. Dengan demikian, kita dapat menghadapi sleep paralysis dengan tenang dan menghentikan persepsi yang keliru bahwa itu adalah sesuatu yang jahat atau mistis, tetapi lebih sebagai kondisi alami di dalam tubuh kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image